Dari cerita-cerita yang
saya baca dan saya dengar, sepertinya saya paling suka cerita tentang meraih
mimpi dan tentang manajemen waktu. Termasuk juga tentang bagaimana kita harus
gigih meraih sesuatu. Mungkin karena …. Errr… saya pemalas! Ihiks.
Ini salah satu cerpen
favorit saya karena isinya nonjok saya sendiri. Bahwa keahlian itu harus terus
dilatih. Seseorang yang ahli tapi malas akan dikalahkan oleh mereka yang belum
ahli tapi rajin. Seperti cerita Caca di bawah ini.
Happy Reading ^_^
Kue Istimewa
Oleh : Hairi Yanti
Dimuat di Majalah Bobo Edisi 37, 18 Desember 2014
"Tadaaaa..." Caca membuka kotak yang
dibawanya.
"Kue wortel istemewa bikinan Caca."
Katanya sambil menyodorkan kotak itu ke arah mama dan papa. Keduanya langsung
mengambil sepotong kue wortel.
Caca melihat mama mengunyah pelan kue
wortelnya. Caca tersenyum menunggu komentar dari mama dan papa.
"Ini enak banget, Ca," seru Mama.
Senyum Caca semakin melebar.
"Mirip sekali dengan kue wortel bikinan
nenek," kata Papa. Caca tersenyum puas mendengarnya. Caca dan sepupunya
Rara memang belajar bikin kue wortel dari nenek. Setelah beberapa kali membantu
nenek membikin kue wortel sambil belajar, nenek menyuruh Caca dan Rara membikin
sendiri.
Kue bikinan Caca mendapat pujian dari nenek.
Sementara pada Rara, nenek bilang ada beberapa kekurangan di kue yang dibikin
Rara.
"Masa sih mirip sama kue bikinan nenek?
Aku mau nyicip." Tita sepupunya tiba- tiba muncul. Tita mengambil sepotong
kue wortel. Matanya terbeliak setelah mengunyahnya pelan.
"Iya, Ca. Ini enak banget. Mirip dengan
kue bikinan nenek." Caca tersenyum senang mendengarnya.
"Kamu sih nggak ikutan belajar bikin kue
juga." Kata Caca. Caca, Tita dan Rara memang tiga cucu nenek yang usia
mereka hampir sama.
"Aku lebih suka makan, Ca." Jawab
Tita sambil tertawa. Caca juga ikut tertawa. Hari ini dia senang sekali bisa
bikin kue yang enak. Lebih enak dari punya Rara.
"Caca, kapan kamu bikin kue lagi?"
Pertanyaan Tita ini sering sekali didengar Caca. Semenjak Tita memakan kue yang
dibikin Caca, Tita selalu bertanya dan bilang ingin mencicipi kue Tita.
"Nanti lah, Ta. Aku masih sibuk,"
elak Caca.
"Aku pengin banget makan kue bikinan kamu,
Ca. Enak banget. Tapi kamu nggak pernah bikin lagi." Kata Tita lagi. Caca
tertawa.
"Itulah namanya kue istimewa, Tita. Kalau
tiap hari nanti nggak istemewa lagi." Kata Caca. Tita cemberut
mendengarnya. Dia sudah sangat ingin menikmati kue wortel kesukaannya itu.
Nenek sudah jarang sekali membuatnya. Nenek bilang sudah mengajari Caca dan
Rara bikin kue itu. Nenek sudah tua dan suka cepat lelah kalau memasak.
“Caca, ada perlombaan
bikin kue. Caca mau ikut?” Mama bertanya pada Caca. Mama membawa selebaran
berisi informasi perlombaan bikin kue. Ada lomba bikin kue untuk anak-anak di
kelurahan.
“Iya, Ma. Caca mau
ikutan. Caca pasti menang. Kue bikinan Caca kan enak Ma,” kata Caca setelah
membaca selebaran itu. Mama tersenyum mendengarnya.
“Iya, kue bikinan Caca
enak banget. Nanti mama belikan bahan-bahan buat Caca latihan bikin kue sebelum
lomba, ya.” Kening Caca berkerut
mendengar perkataan mama.
“Nggak, Ma. Caca nggak
perlu latihan, kok. Caca masih ingat betul bagaimana cara bikin kuenya. Mama
jangan khawatir, Caca pasti menang.” Caca meyakinkan mama.
Hari yang dinanti pun
tiba, perlombaan digelar di sebuah aula. Di sebelahnya ada Rara yang juga sedang
sibuk bersiap-siap.
“Halo, Rara. Ikutan
juga?” Caca menyapa Rara. Rara tersenyum ke arah Caca.
“Iya, Ca. Sayang
sekali kalau nggak ikutan. Bisa nambah pengalaman ikutan lomba,” kata Rara
dengan riang. Caca hanya tersenyum tipis. Dalam hati Caca bilang kalau Rara
akan kalah dari dia. Dulu saja kue bikinan Rara tidak seenak dibandingkan
dengan kue bikinan Caca.
Perlombaan pun
dimulai. Semua peserta sibuk dengan kocokan telur, tepung, margarien dan aneka
bahan makanan lain. Sesekali Caca melirik ke arah Rara yang terlihat sangat
serius.
Sejam kemudian, wangi kue-kue buatan peserta
sudah mulai tercium. Satu per satu para peserta mengumpulkan kue bikinan mereka
ke meja juri. Caca sempat kaget saat melihat Tita juga ikut dalam perlombaan.
“Aku tadi datang telat dan dapat tempat di
belakang,” jelas Tita ketika Caca bertanya.
“Sejak kapan kamu bisa bikin kue?” Caca
bertanya lagi dengan nada heran.
“Karena kamu nggak pernah bikinin aku kue
wortel lagi, Ca. Jadi, aku belajar dari mamaku. Nenek pernah ngajarin mama,”
jelas Tita. Pembicaraan mereka berhenti ketika MC mengatakan kalau pemenang
lomba akan diumumkan. Wajah tegang terlihat di hampir semua peserta.
“Dan pemenang pertama untuk perlombaan kali ini
adalah...” MC sengaja memberi jeda dalam kalimatnya. Kemudian berkata dengan
suara lantang.
“Titaaa... Selamat buat Tita. Kue wortelnya
enak sekali kata para juri.” Tita melompat senang mendengarnya. Caca terdiam di
tempatnya. Wajahnya murung menyadari kue buatan Tita lebih enak dari yang dia
bikin.
“Aku mencoba terus bikin kue wortel sampai bisa
seenak bikinan Caca,” kata Tita. Sementara para juri memberikan penjelasan
kenapa kue Caca tidak menang. Caca kebanyakan memasukkan gula. Caca lupa
takaran gula yang benar karena tidak pernah berlatih bikin kue.
***
jleb jg buat saya mba :D
BalasHapusHihihi... Sama2 jleb ya, Mbak :-)
HapusBagus ceritanya Mbak Yanti. Caca malas sih ya... Hihihi...
BalasHapusIya, Mas. Caca ga pernah latihan :-)
HapusWaah Mbak Yanti ini cerpennya dimuat melulu yaa di Bobo. Salut deh. Saya mah gak bisa bikin cerpen mbak.
BalasHapusGa dimuat mulu, Mb Nunung. Ini cerpen2 lama yg baru sy posting di sini. Ini malah udah nyaris setahun yg lalu dimuatnya :-)
HapusApa judul cerpen terbarunya? Hihihi
BalasHapusBRD belum dikirim. WSK belum ditulis. Hihihi... Baru diceritakan idenya :p
HapusCaca malas dan terlalu PD ya hihihi sementara Tita mau berusaha. Keren mak, bikin jleb :))
BalasHapusIya, Mak. Yang malas akan dikalahkan oleh yang rajin :D
HapusJadi semakin semangat nulis lihat Mba pamer karya terus...doakan saya nyusul. (bukan ke akhirat lho..itu nanti saja) hehe...
BalasHapustinggalkan jejak lagi.
BW.= Kunjungi balik Mba. ayoberbagi-manfaat.blogspot.com dan jejakkukini.blogspot.com
Ahaha... Sy kan jg belum ke akherat, Mas :-)
HapusAamiin... Semoga segera dimuat di Bobo. Sy jg semoga bisa rajin nulis resensi lagi spt Mas Saleh :-)
Salit banget mba hairi cerpennya bermutu dan selalu menginspirasi
BalasHapusJadi kangen baca Bobo. Cerita anak-anak dengan pesan yang makjleb buat dewasa.
BalasHapus