Ngobrol tentang hoax di status
seorang teman, saya jadi ingat sama cerpen Rani Ditangkap Polisi. Cerpen yang
saya tulis pada saat gemes banget sama orang yang dengan mudahnya menyebarkan
berita yang belum tentu kebenarannya. Cerita dibalik layarnya pernah saya
ceritakan di sini.
Ada beberapa perubahan dari cerpen
yang saya kirimkan ini dengan yang tayang di majalah. Di cerpen yang saya
kirimkan, Rani ‘diangkut’ memakai mobil patroli polisi dengan bak terbuka.
Sementara di majalah, mobil patroli semacam sedan gitu kalau dari ilustrasinya.
Cerpen yang diedit oleh Kakak redaksi Bobo, membuat cerpen saya lebih bagus
dari aslinya. Ini naskah asli yang saya kirimkan. Happy reading ^_^
Cerpen ini dimuat di Majalah Bobo Edisi 43, Terbit 28 Januari 2016.
Cerpen Rani Ditangkap Polisi |
Rani
Ditangkap Polisi
Oleh : Hairi Yanti
Oleh : Hairi Yanti
Tika
keluar dari gerbang sekolah. Ada Pak Polisi yang berjaga di depan sekolah.
Jadi, Tika dan teman-teman bisa menyebrang dengan aman. Pak Polisi akan
memberikan aba-aba kapan mulai menyebrang. Tika menunggu dengan sabar.
Saat menunggu, Tika melihat mobil patroli polisi yang lewat.
Tika melihat ada seorang anak SD di atas mobil patroli. Dia duduk diapit 2
orang polisi di samping kiri dan kanannya. Mata Tika terbelalak melihatnya.
Tika tidak mungkin salah mengenali orang.
“Itu
kan Rani.” Tika menunjuk ke arah mobil patroli yang sudah semakin menjauh.
“Siapa
Tika?” Lena, kakak kelas Tika yang ada di sampingnya melihat ke arah jari
telunjuk Tika.
“Itu,
Kak Lena, ada Rani. Rani ditangkap polisi. Rani sepupu Tika,” seru Tika dengan
kekagetan yang masih tergambar di wajah dan suaranya. Kak Lena yang
mendengarnya ikut panik.
“Kasih
tau ibu kamu, Tika,” Tika mengangguk setuju. Saat aba-aba pak polisi
membolehkan Tika dan teman-teman menyebrang, Tika langsung menyebrang dengan
berlari.
Di
jalan, Tika bertemu dengan Echa, teman sekolahnya. Echa menjejari langkah Tika
yang tergesa-gesa.
“Kenapa
jalan cepat-cepat, Tika?” Echa Nampak kepayahan mengimbangi langkah Tika.
“Aku
harus segera sampai rumah, Cha. Rani, sepupuku ditangkap polisi,” kata Tika
sambil berjalan.
“Apa?
Rani yang punya lesung pipit itu?” Echa berseru dengan kaget. Tika mengangguk.
Echa juga mengenal Rani. Kalau Rani sedang main ke rumah, mereka bertiga sering
bermain bersama.
“Kenapa
Rani ditangkap polisi, Tika?” Tika menggeleng. Itu juga yang membuat Tika
penasaran. Tika harus menyampaikan berita ini pada Ibu. Mereka sudah sampai di
depan rumah Tika.
“Nanti
kasih tahu aku kenapa Rani ditangkap polisi, ya, Ka.” Tika mengangguk dan
bergegas masuk ke rumah serta memanggil ibu. Ibu yang sedang menyiapkan makan
siang di dapur kaget dengan kedatangan Tika yang terlihat panik. Ibu memberikan
segelas air putih agar Tika bisa tenang sebelum bercerita.
“Rani,
Bu. Rani ditangkap polisi. Tika melihat Rani duduk di atas mobil polisi. Dia
duduk diapit sama 2 orang polisi, Bu. Mirip para penjahat yang ditangkap
seperti berita di TV.” Ibu terlihat kaget. Tapi kemudian tersenyum. Ibu meraih
ponselnya dan menekan sesuatu di dalamnya.
“Ibu
telpon Tante Risna dulu.” Tika mengangguk. Tak lama kemudian terlihat ibu yang
berbicara dengan tante Risna. Tika gemes mendengarnya. Ibu bukannya bertanya
langsung tapi membahas resep kroket tanpa kentang. Huh, kenapa sih ibu enggak langsung bertanya, Tika kan penasaran,
gumam Tika dalam hati. Telinga Tika menegak saat ibu menyebut nama Rani.
“Rani
sudah pulang sekolah?” Tanya ibu.
“Tadi
katanya Tika melihat Rani di atas mobil polisi,” kata ibu lagi. Tika mencoba
menempel pada ponsel ibu. Ingin ikut mendengarkan. Tapi suara Tante Rani tidak
terdengar jelas. Ibu Nampak ber-o ria dan mengangguk-angguk. Kemudian ibu
menutup telpon dan tersenyum pada Tika yang tak sabar menanti cerita ibu.
“Rani
tidak ditangkap polisi.” Tika lega mendengarnya.
“Hari
ini Rani ada perlombaan membaca puisi di kantor Gubernur. Di tengah jalan,
motor Bu Guru yang membawa Rani mogok. Kemudian ada mobil patrol polisi yang
lewat. Salah satu polisi yang ada di mobil itu suaminya Bu Guru yang membawa
Rani. Jadi, Rani dititipkan sama mobil polisi itu agar bisa sampai di sekolah
saat waktu pulang sekolah.” Mulut Tika membulat dan berseru O dengan panjang
sambil mengangguk-angguk.
“Kenapa
juga Rani duduk dibelakang. Jadi, seperti orang ditangkap polisi,” sungut Tika.
“Kata
Tante Risna, Rani memang minta duduk di belakang. Katanya asyik.” Tika geli
sendiri. Tak sabar mendengar cerita Rani tentang pengalamannya duduk di atas
mobil patrol polisi. Tika juga tiba-tiba ingin duduk di belakang mobil patroli
yang melaju. Tapi, bukan untuk ditangkap. Tika pun bisa dengan tenang menyantap
makan siangnya.
“Ya.
Halo.” Ponsel ibu berdering lagi. Ibu segera mengucapkan halo ketika menerima
telpon.
“Eh,
bukan ditangkap, Bu. Keponakan saya itu…” Tika mendongak ke arah Ibu. Ibu
menjelaskan lagi tentang Rani. Seperti penjelasan ibu pada Tika.
“Tika
bilang tentang Rani sama Echa?” Tanya ibu begitu menutup telpon. Tika menepuk
keningnya dan mengangguk lemah. Ponsel ibu berdering lagi. Ibu melihat ke layar
ponselnya.
“Tumben
Tante Ella nelpon Ibu,” gumam Ibu. Tika tahu Tante Ella adalah mama Kak Lena.
“Anu, Bu. Tadi juga Tika cerita pada Kak Lena tentang Rani,”
kata Tika sambil nyengir. Dalam hati Tika berjanji, akan mencari tahu dulu apa
yang terjadi baru kasih tahu orang lain.
***
Cernaknya bagus mbak, buat pembelajaran. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga perlu tahu pentingnya kebenaran cerita sebelum tersebar ke masyarakat.
BalasHapusSalam kenal :)
Alhamdulillah. Makasiiih, Mbak. Iya. Itu pelajaran dan peringatan buat saya juga supaya tidak sembarangan menyebarkan berita sebelum cek dan ricek. Salam kenal juga, Mbak :-)
HapusHahaha.. Ceritanya lucu, Mbak.. Mungkin itu juga bisa terjadi kalau kita asal share berita di Media sosial, tanpa tau kebenarannya ya, Mbak.
BalasHapusIya, Mbak Elisa. Idenya dari medsos. Sebel ya orang mudah banget share link-link yang kadang udah basi beritanya dan ga benar pulak :D
Hapuskeren juga naik di mobil patroli :)
BalasHapusPengalaman pribadi itu :D
Hapusdapet banget nih poinnya :).. ngajarin anak2 utk ga lgs aja nyebarin berita yg blm jelas ya mbak... :). Jangan sampe kyk org2 dewasa di kebanyakan medsos, yg lgs aja njeplak share link2 provokatif yg ga jelas -__-
BalasHapusIya, Mbak. Idenya dari medsos juga. Gemes saya banyak yang nyebarin berita tanpa cek dan ricek. Semoga pesan cerpennya sampai. Buat pengingat saya juga sih :D
HapusAyo kirim cerpen lagii
BalasHapusnunggu kouta balik, Yang. Lambreta nih buka inet #alasan :p
Hapuskereen ih mba yan, jadi udh berapa cerpen di bobo? *kepo :D
BalasHapusAda 13, Mbak. Alhamdulillah :-)
Hapushehe... ternyata begitu toh ceritanya, kirain ditangkap polisi karena sesuatu hal yg buruk
BalasHapusBukan, Mbak. Kalau dulu saya karena ada teman yg ulang tahun :D
HapusBisa naik mobil patroli gtu kirain bapaknya polisi :))
BalasHapusOh ya, ini pelajarn spy cari tau dulu kebenaran sblm nyebarin berita :))
Iya, Mbak April. Gerah sy orang mudah banget nge-share berita yg belum tentu benar :D
Hapusorg kalo dengar cerita heboh suka diterusin pake bumbu lagi. hsilnya ya gitu
BalasHapusBenar banget, Mbak Jiah. Gemes saya :-)!
HapusAku ngakak wkwwkk
BalasHapusPenulis itu jeli ya, nangkep ide :-D
Makasiiiih, Nyi. Aku kangen menangkap ide lagi. Hehehe....
HapusAku mau nulis cerpen juga nih, tp masih bingung soal ide uniknya...
BalasHapus