Sebenarnya kalau diminta memilih antara
perjalanan darat atau udara, saya jelas lebih memilih perjalanan udara karena
lebih tidak memakan waktu, juga tenaga. Namun, ada kalanya perjalanan darat
tidak bisa dihindari. Seperti perjalanan dari Barabai menuju Balikpapan yang
saya jalani minggu kemarin.
Perjalanan itu
pun menimbulkan beberapa kekhawatiran dari berbagai pihak. Di antara
kekhawatiran itu adalah :
Pertama, jalan lintas provinsi
Kalsel-Kaltim itu rusak. Walau tidak sepanjang perjalanan ditemani jalanan yang
rusak, namun ada beberapa titik yang mengalami kerusakan parah.
Setahun kemarin saya dan kakak sudah pernah
melewati jalanan tersebut. Jadi, sedikit banyak saya sudah tahu medannya. Yang
tambah mengkhawatirkan adalah ada kabar kalau kerusakannya semakin parah. Walau
ada juga kabar yang menyampaikan kalau sudah ada perbaikan di beberapa titik.
Kabar yang saya terima masih simpang siur.
Kedua, mobil yang saya tumpangi bukan
tipikal mobil yang siap dibawa untuk jalanan rusak tersebut. Mobil itu lebih
siap untuk berpetualang di dalam kota. Jadi, ada kekhawatiran mobil tersebut
tidak bisa melewati jalanan yang rusak parah tersebut.
Ketiga, sopirnya belum memiliki jam
terbang yang tinggi. Hehehe…. Sebelumnya ada rencana kakak saya bersama
istrinya yang akan membawa mobil tersebut ke Balikpapan. Sekalian mereka juga
ingin liburan ke Samarinda dan Tenggarong. Saya malahan sudah survey hotel buat
mereka. Namun, karena satu dan lain hal rencana itu batal. Maka, suami saya lah
yang akan menjadi sopir dan saya menjadi satu-satunya penumpang.
Ketiga
kekhawatiran itu tidak membatalkan perjalanan kami. Saat saya bertanya pada
suami apa dia tidak masalah membawa mobil sendiri ke Balikpapan? Dia bilang
tidak masalah. Maka, yuk, ah, kita berangkaaaat.
Persiapan
Sebelum Berangkat
Perjalanan ini
adalah perjalanan yang kami rencanakan. Bukan tiba-tiba berangkat, jadi memang
ada persiapan yang dilakukan, yaitu :
Pertama, packing. Yup, berhubung jaraaaang sekali membawa mobil sendiri
dalam perjalanan kali ini, maka lumayan banyak barang yang saya bawa dari rumah
orangtua. Semacam, barang-barang yang dulu tertunda dibawa, kini bisa diangkut
semua. Ada juicer, coffee maker, rice cooker, sampai meja belajar yang dulu
saya gunakan waktu masih ngekost. Wkwkwk…. Berasa pindahan deh.
Semua barang
sudah saya siapkan dalam satu tempat. Jadi, saat hari H tinggal mengangkut
semua ke dalam mobil.
Kedua, cek kondisi mobil. Ini penting
juga. Apalagi suami apalagi saya masih awam sekali dengan masalah mobil.
Jadinya, sehari sebelum berangkat kakak saya memeriksa kondisi mobil. Tekanan
ban diapakan deh, saya juga kurang tahu. Satu-satunya yang tidak disiapkan
adalah kondisi bbm yang tidak full.
Tapi kami tidak menganggap itu masalah karena mobil yang kami tumpangi lumayan
irit. Perkiraan sih bisa sampai di Panajam tanpa mengisi bensin sama sekali.
Ketiga, logistik selama perjalanan.
Hihihi…. Ini juga penting. Saya membawa roti, camilan, kopi panas dalam termos,
juga air putih yang banyak. Karena rencananya kami hanya akan mampir satu kali
buat makan di jalan. Setelahnya akan mengisi perut di Balikpapan saja.
Keempat, merencanakan perjalanan dan
persinggahan. Ini juga perlu diatur agar perjalanan bisa efisien. Kami
merencanakan perjalanan dimulai setelah shalat subuh. Setelah shalat subuh
langsung meluncur. Terlebih saya sangat suka sekali perjalanan pagi buta, saat
langit masih gelap. Perubahan langit dari gelap menuju terang saat dalam
perjalanan selalu memukau saya. Seolah, langit berbisik pada saya, “Lihat, Yanti. Akan ada terang setelah
gelap. Akan selalu ada harapan setelah beragam kesulitan.”
Sayangnya, saya
justru keluar rumah setelah hari sudah lumayan terang. Setelah subuh, ada satu
dan lain hal yang saya dan suami lakukan jadinya kami baru-baru berangkat saat
jam menunjukkan angka 05.59, satu menit sebelum pukul 6 pagi. Hari sudah agak
terang saat itu.
Selain itu, saya
merencanakan kalau mobil kami akan berhenti buat sarapan di Paringin atau
Tanjung. Dua ibukota kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan yang akan mobil
lewati. Sebelum hari H keberangkatan, saya bertanya dulu ke adik tingkat saya
di kampus dulu yang tinggal di Tanjung, Winyka dan Ilis. Warung sarapan mana
yang bisa kami singgahi dalam perjalanan. Salah satu yang keduanya usulkan
adalah nasi kuning di dekat tugu obor di Tanjung.
Tugu Obor Tanjung |
Rencana wiskul di
Tanjung buat sarapan ini, Alhamdulillah terwujud. Warungnya mudah ditemukan
karena petunjuk dari Winyka jelas. Ada banyak mobil dan motor di depan warung.
Begitu juga tempat makan tersebut adalah tempat yang dilewati jika menempuh
perjalanan Kalsel-Kaltim. Maka, jadilah nasi kuning dengan telur dan haruan
masak habang menjadi menu sarapan dalam perjalanan kami.
Nasi Kuning Masak Habang |
Setelah sarapan,
mobil kembali membelah jalanan provinsi Kalsel-Kaltim. Saya dadah dadah ke kota Tanjung. Tanjung
Tabalong adalah kabupaten terakhir di ujung provinsi Kalimantan Selatan,
berbatasan dengan Kalimantan Timur.
Saat Perjalanan
Seperti yang saya
ceritakan di atas, perjalanan dimulai kurang satu menit dari pukul 6 pagi. Saya
dan suami menganggapnya pukul 6 saja. Biar bisa mudah diingat. Tak lupa sebelum
berangkat, pasang status dulu di Path. Media sosial yang saya miliki khusus
buat keluarga. Itu juga karena permintaan kakak saya untuk melaporkan
perjalanan selalu di path. Jadi, setiap ada signal saya akan masang status
baru. Menunjukkan di kawasan mana saya berada.
Perjalanan dari
Barabai ke Tanjung, Alhamdulillah lancar. Pukul 7 pagi, kami sudah berada di
Tanjung, menikmati sarapan nasi kuning. Setelahnya kembali meluncur di jalanan.
Jalanan bisa dikategorikan lancar jaya, saya menikmati pemandangan sepanjang
perjalanan. Beberapa kali dibuat berdecak kagum akan indahnya alam ciptaanNya.
Betapa tidak, ada terlihat hutan yang masih perawan, hijau-hijau menyegarkan
mata. Pun dengan gunung yang tersapu awan pada puncaknya. Ah, indah sekali.
Itulah bonus ketika melakukan perjalanan darat. Ada suguhan pemandangan luar
biasa.
Pemandangan saat perjalanan |
Tak lama
kemudian, mobil menyentuh perbatasan provinsi Kalsel-Kaltim, tak lupa saya
menjepret pintu gerbang perbatasan. Dan itulah pintu gerbang perjalanan penuh
tantangan dimulai. Setelah melewati pintu gerbang tersebut, jalanan sudah tak
bisa dikatakan mulus. Ada banyak kerusakan di sana sini. Bahkan di beberapa
titik kondisinya sangat parah. Miris sekali, padahal Kaltim adalah privinsi
yang sangat kaya.
Perbatasan Kalsel-Kaltim |
Namun, kabar
baiknya ada beberapa perbaikan di jalanan yang kami lewati. Ada usaha buat
memperbaiki jalanan yang rusak tersebut dengan jalan beton. Semoga saja segera selesai
semua perbaikan tersebut. Saya juga sangat bersyukur perjalanan kami walau
melewati medan yang rusak tapi tetap bisa melewatinya. Oya, ingat jangan
terlalu ngebut juga saat melewati perjalanan ini, apalagi dengan jalanan yang
banyak tikungan karena ada jalan yang mulus tapi begitu di tikungan ternyata
rusak. Jalan rusak itu tidak terlihat karena berada persis setelah tikungan.
Perbaikan jalan |
Semoga cepat selesai |
Perjalanan ini
melewati hutan-hutan dan kawasan dengan jalan naik turun juga berkelok-kelok.
Di beberapa bagian ada pemandangan yang sangat indah. Bahkan ada air terjun
yang tepat berada di tepi jalan. Saat melewatinya, saya membuka jendela mobil
dan udara sejuk langsung terasa begitupun ada sedikit percikan air yang
mengenai tubuh saya. Menyegarkan sekali.
Air terjun di tepi jalan |
Pemadangan |
Tebing Batu di tepi jalan |
Beberapa daerah
yang dilewati adalah Paringin – Tanjung – Muara Uya – Batu Kajang – Kuaro –
Long Ikis – Long Kali – Babulu – Waru – Lawe-lawe – Panajam Paser Utara (PPU)
Balikpapan belok kiri |
Setelah sampai
Kuaro, jalanan bisa dikatakan lebih stabil. Tidak banyak lagi hutan dan jalan
bergunung-gunung seperti sebelumnya. Jalanan sudah standar ala jalanan lintas
kota biasa. Di Kuaro biasanya juga dijadikan tempat persinggahan, namun kami
tetap melaju. Yang menjadi masalah sekarang adalah bbm yang kian menipis.
Karena tak kunjung menemukan spbu, atau kalau ada justru spbunya masih tutup
jadi suami memutuskan untuk membeli sedikit premium di pedagang eceran. Ada
banyak yang menjual bbm sepanjang perjalanan.
Akhirnya ketemu SPBU yang buka |
Mobil akhirnya
singgah di sebuah mesjid di Babulu. Waktu dzuhur sudah sampai. Saya dan suami
shalat di sana dan setelahnya memakan bekal roti plus kopi yang masih hangat
karena disimpan di termos. Perjalanan berlanjut dan bertemu SPBU di satu
kawasan yang bernama Pasar Petung. Setelah melanjutkan perjalanan, tak lama
kemudian kami sudah sampai di Penajam Paser Utara (PPU). Di sinilah perjalanan
dilanjutkan dengan ferry untuk menyebrang menuju Balikpapan.
Kotanya bersih @Penajam Paser Utara |
menuju masuk ferry |
Dulu, ketika
pertama menuju Balikpapan, antrian untuk masuk fery ini lamaaaa sekali.
Alhamdulillah pada perjalanan kemarin mobil langsung bisa masuk ferry tanpa
antri. Hanya menunggu muatan penuh dan begitu penuh fery langsung jalan
melintasi selat Balikpapan. Jangan lupa ada tarif yang harus dibayar jika
membawa mobil untuk menyebrang.
Tarif Penyebrangan Penajam |
Saat di atas
ferry, saya menelpon mama dan mama kaget aja gitu kalau kami sudah sampai di
atas fery. Kata mama, kalau sudah tiba di Panajam artinya sudah bisa dibilang
sampai di Balikpapan. Tadinya mama saya mengira kalau kami akan sampai pada
saat malam hari, tapi ternyata hari belum beranjak malam mobil kami sudah menyentuh
Balikpapan.
Sampai di Balikpapan |
Alhamdulillah, perjalanan kemarin lancar dan
sampai di Balikpapan dengan selamat.
Total perjalanan adalah 8,5 jam perjalanan darat dan sekitar satu jam
perjalanan laut, menyebrang dari Panajam ke Balikpapan.
Untuk biaya, memang lebih murah dengan
menggunakan transportasi darat ketimbang udara. Suami juga mengaku tidak
terlalu capek menyetir sejauh 300 km lebih. Kami pikir, tidak ada salahnya
sesekali melakukan perjalanan darat lagi asalkan…. Perbaikan jalan sudah
selesai atau ada rezeki beli mobil lagi yang bisa dipakai untuk My Trip My
Adventure. Ahahaha… Teteup berasa ngeri ngelewatin jalanan yang rusak.
Usul modif mobil aja biar bisa lebih tinggi sekaligus ganti ban kalo diperlukan.. Hehehe
BalasHapusHihihihi... Iyaaa... Boljug, Ki. Kita pertimbangkan nanti yaa ;-)
HapusHihihihi... Iyaaa... Boljug, Ki. Kita pertimbangkan nanti yaa ;-)
Hapusberarti km melewati gunung rambutannya sianglah yan?
BalasHapusInggih, Ka. Siang barataan yang dilewati :D
HapusInggih, Ka. Siang barataan yang dilewati :D
HapusPantas aja banyak yg suka perjalanan malam, gak ada warga lokal yg perbaiki jalan trus minta sumbangan.. :p
HapusHahahaa... Iya, Ki. Bujur banar :p
Hapusasik banget yah mbak, wow perjalanan total hampir 10 jam! tapi terhibur pemandangan nan indah :)
BalasHapusIya, Mbak. Perjalanannya jadi ga berasa :-)
Hapusada air terjun di tepi jalan, seru juga ya buat cuci mata,
BalasHapusSeru banget, Mbak. Banyak Pemandangan indah sepanjang jalan :D
HapusKeren, met long weekend ya.
BalasHapusMet long weekend jg mbak :-)
Hapuskamu bisa tidur ga yan selama 8 jam lebih itu?
BalasHapusGa bisa. Hahahaha... Nemenin suami, Mbak. Jadi navigator :D
HapusWah liburan panjang ini sebenarnya diajak kakak ke Balikpapan tapi anakku mau UN.
BalasHapusSemoga bisa ke Balikpapan suatu saat nanti ya mbak Lusi :-)
Hapuswakkkssss... jauh banget ya jaraknya sampai 300 km lebih... kalau gak brenti-brenti bisa bosan banget di jalan..
BalasHapusIya, Mbak. Lumayan juga jauhnya. Tapi ga bosan juga karena banyak pemandangan indah sepanjang jalan :D
HapusAku paling jauh ke Gerogot. Belum pernah ke Kalsel.
BalasHapusDari Balikpapan ya, Mbak? Kalau ke Grogot berarti ga melewati Gunung Rambutan ya, Mbak :-)
HapusGa ada macet lah mba? Untung sblm malam sdh menyebrang. Ga kebayang kalau malam di tengah hutan....ngerii
BalasHapusGa ada, Mbak. Jalanan cendrung sepi malahan karena bus2 antar provinsi biasanya malam :D
Hapusiya, Mbak. Makanya pilih perjalanan siang. Ngeri kalau malam :D
Aih jadi kepingin ke Balikpapan, nyicipin nasi kuningnya. Semoga perbaikan jalan segera selesai mba,bentar lagi kan lebaran,mau pada mudik.. Eh puasa dulu ding.
BalasHapusAamiin... Iya, Mbak. Moga dikebut pekerjaannya tapi hasilnya maksimal. Jadi lancar kalau mudik :D
HapusDimna di barabai ?
BalasHapus