Masih bercerita tentang Ibu, mumpung hari Ibu. Dan cerita yang rada beda karena ini adalah cerita tentang perjuangan mencapai sebuah karier dalam hidup seorang wanita : menjadi IBU. Yah, cerita tentang kerinduang seorang wanita untuk hamil, melahirkan dan mempunyai anak.
Mengetahui tema novel ini membuat banyak tanya melayang-layang dalam benak saya. Sebenarnya apa sih pentingnya kehadiran seorang anak bagi sebuah pernikahan? Apakah sama pentingnya dengan adanya harum pada melati?
Tapi bagaimana jika anak yang dinanti tak kunjung tiba hingga usia pernikahan yang semakin menua? Apakah rumah tangga masih bisa tetap utuh tak terpengaruh? Atau harus ada kerelaan berbagi? Atau malah pengakhiran sebuah hubungan?
Novel ini dibuka dengan setting sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak. Tiga wanita bertemu dengan keperluan yang sama, ingin berbagi dengan sang dokter kandungan. Tapi berbeda dengan wanita-wanita yang datang dengan perut membuncit di sekitar mereka, tiga wanita itu datang ke ruang konsul obsgyn itu bukan untuk periksa sejauh mana perkembangan janin yang ada dalam rahim mereka, tapi untuk cek rahim.
Dengan permasalahan yang berbeda antara ketiganya :.
Sisy, kondisi seusai blighted dengan mioma dan kista di rahim.
Tya, selama usia pernikahan dia dan suami tak pernah menemukan strip dua di test pack.
Anna, pengidap tekanan darah rendah, rahimnya sehat, suaminya juga sehat, tapi dia belum hamil juga.
Yah, tiga wanita yang menjadi tokoh utama dari novel ini bernama Sisy, Tya dan Anna. Kalau banyak orang bilang bahwa wanita gampang sekali merasa dekat dengan sesama wanita yang senasib mungkin memang benar adanya, begitupun dengan tiga wanita itu, mereka cepat sekali merasa nyaman dengan obrolan-obrolan yang memihak kepada apa yang mereka alami sekarang walaupun dengan jarak perkenalan yang singkat tapi mampu membawa ke sebuah ikatan persahabatan yang kuat.
Tiga wanita dengan latar belakang rumah tangga yang berbeda, Tiga wanita dengan konflik rumah tangga masing-masing seiring sejalan dengan problema anak yang mereka tunggu-tunggu tak kunjung tiba.
Anna yang naluri keibuannya tak bisa ditahan lagi sehingga keinginannya buat mengadopsi seorang bayi yang lucu menghentak begitu kuat, tapi tak kunjung mendapoat izin sang suami. Apalagi keluarga suaminya adalah keluarga yang sangat memperhatikan bibit, bebet dan bobot sehingga tak gampang membawa masuk anak adopsi dalam keluarga besar.
Tya yang merasa seakan dunianya hancur lebur setelah mengetahui bahwa dia baik-baik saja. Tak ada masalah dengan alat reproduksinya, tapi yang bermasalah ternyata adalah suaminya.
Dan yang paling tegar serta yang paling rumit konfliknya adalah Sisy. Sisy yang baru saja mendapat pengakuan bahwa tak pernah ada cinta dari sang suami yang jauh sebelum menikah sudah sebegitu dikaguminya. Sisy yang harus bertahan ditengah perasaan perihnya dilukai dan nyerinya diabaikan. Ketika dia divonis mengidap kanker rahim justru disaat itu dia merasa terbuang dan tersia-sia.
Bagaimana kemudian tiga sahabat itu menjalani hidup mereka?
Saat mengetahui tema novel ini saya lantas langsung teringat pada Test Pack-nya Ninit Yunita. Tema yang sama tapi dengan adanya tiga tokoh utama dalam novel ini membuat novel ini terasa lebih 'kaya'. Di dalam novel ini juga bertabur penjelasan medis. Satu hal yang saya sukai karena dengan begitu sukses membuat saya melahap hal-hal seputar medis yang mengingatkan saya akan pelajaran biologi semasa putih abu-abu masih menjadi seragam kebanggaan. Info-info terkait tentang reproduksi disajikan lengkap dengan gejala, penyebab, pencegahan hadir di novel ini.
Di novel ini juga terselip cerita-cerita nyata dan inspiratif tentang pasangan-pasangan yang mereka butuh perjuangan dan penantian yang panjang demi kehadiran seorang anak. Cerita-cerita ini membuat novel ini semakin 'kaya'. Dalam cerita-cerita itu kita.. eh.. saya kembali diingatkan Allah Maha Kuasa, apa yang kita rasa tidak mungkin terjadi tapi jika dia berkata Jadi maka Jadilah. So, jangan pernah putus asa :)
Tak ada gading yang tak retak, begitupun sebuah novel. Saya tidak tahu bagaimana cara menulis mbak Ifa, apakah runtut dari awal sampai akhir, atau menuliskan satu per satu per tokoh kemudian 'dijahit'? Sehingga ada bagian yang seharusnya menjadi kejutan tapi sudah tersampaikan di chapter sebelumnya sehingga mengurangi unsur kejutan itu. Hal ini saya dapatkan di bagian cerita Tya yang sekilas menceritakan kisah tentang Sisy. Padahal cerita tentang Sisy baru dimulai di chapter berikutnya..
Dan novel ini hadir tetap dengan gaya menulis khas mbak Ifa.. Segar, menarik dan asyik, ga ngebosanin. Paling yang bikin bosan ada pada penjelasan-penjelasan medisnya. Ahaha… teteup.. ga suka Biologi :p
Jujur membaca novel ini sangat menguras emosi saya. Saya rasa buku ini punya nilai yang sangat positif. Buat mereka yang sedang dalam penantian menanti buah hati novel ini memberi energi positif untuk terus berprasangka baik padaNya dan tidak putus asa. Buat yang sudah atau akan mendapatkan buah hati, novel ini juga memberi nilai bahwa syukurilah dengan apa yang telah diamanahkanNya.
Tak banyak quote yang saya temukan di buku ini, tapi yang paling membuat saya tertarik dan seolah punya kekuatan bagi saya adalah kalimat yang dilontarkan Sisy di hatinya : "Tuhan, peluk aku sekarang. Jangan lepaskan aku."
Entah kenapa saat membacanya dan mengulanginya kembali dalam hati, saya benar-benar ingin berlari padaNya dan memohon padaNya untuk dipeluk.
Semoga Allah memberikan kepada kita keturunan yang sholeh dan sholehah. Aamiiiin….
Judul : Long and Lasting Love
Penulis : Ifa Avianty
Penerbit : Jendela
Tebal : 352 Halaman
Terbit : Juni 2010
ISBN : 978-979-063-594-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^