Adakah alternatif lain? Ada. Jawabnya dengan cara backpacker. Seperti buku2 tentang backpacker yang lain, yang bercerita dan ngasih tips buat qta tentang jalan2 yang hemat, begitu pun buku ini. Namun bedanya, ini Haji, yang bukan perjalanan wisata biasa. Buku ini memang berisi memoar penulisnya ketika melaksanakan ibadah Haji dengan cara backpacker dan hanya membutuhkan dana sekitar 12 juta rupiah. Bagaimana bisa? Ada banyak rahasia dan kiat serta petualangan jatuh dan bangunnya yang ada dalam buku ini.
Salah satu rahasianya ya penulisnya yang punya latar belakang sebagai mahasiswa Al Azhar Mesir dan tentu saja bisa berbahasa Arab. Jujur, waktu awal nemu buku ini sy rasanya semangat bener pengin Naik Haji dengan cara backpacker, malah udah janjian dengan beberapa teman. hehee.... tapi begitu tahu kalau latar belakang penulisnya inilah yang banyak memudahkan jalan bagi penulisnya semangat saya mengendur.
Yups, untuk urusan visa yang konon susahnya di sini, dan untuk masalah menembus imigrasi dan melewati cek point yang tersebar sebelum kita memasuki Tanah Suci, semua itu bisa dilewati karena si penulis punya koneksi dengan para Tenaga Musiman Haji yang banyak diambil dari mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Timur Tengah.
Namun, di tengah semangat sy yang mengendur itu, sy tetap bersemangat menuntaskan buku ini. Di awal kata pengantarnya saja sudah sukses membuat sy berkaca2 dan bikin hati sesak akan rindu.
Tempat merenung mana yg lebih indah dari suasana ba'da ashar di Arafah dgn awan yang bergerak perlahan sangat rendah? Bagaimana pula orang tak rindu untuk kembali pergi Haji?
Begitu pula dengan perjuangan penulisnya untuk nekat ingin melaksanakan Ibadah Haji dengan dana yang nyaris nol, mencari pinjaman ke sana ke mari untuk memuluskan niatnya berHaji. Dan cerita dari penulisnya ini semakin membuat saya yakin kalau untuk masalah Haji, jangan berhitung dengan kalkulator manusia karena akan banyak keajaiban yang terjadi di sana. Mereka yang secara ekonomi kita lihat biasa saja, justru bisa pergi berHaji. Allah Maha Kaya.
Oke, saya cerita dikit tentang buku ini. Penulisnya adalah seorang mahasiswa Indonesia di Mesir, pengin berHaji kembali setelah tahun sebelumnya sudah melaksanakan Haji. Tapi dananya tidak ada. Dan juga... ada aturan kalau berhaji di sana hanya boleh 5 tahun sekali. Banyak jalan menuju Roma eh Mekkah, tidak bisa lewat Mesir, penulisnya pun berencana buat pergi Haji dari Tanah Air. Tapiu ternyata dari Tanah Air sulit sekali buat dapat visa.. maka berangkatlah mereka ke Malaysia buat mencari visa.
Ketika visa di dapat dan mereka pun akhirnya berangkat, masalah ditemukan lagi di Jeddah. Saat pemeriksaan imigrasi.. mereka tak bisa melewatinya.. Tapi tertolong dengan bantuan Allah lewat teman2 Temus Haji hingga sampai ke Mekkah, melaksanakan umrah pertama.
Karena minimnya dana... penulisnya pengin dapat kerja. Tapi kerjaan tak kunjung didapat. Di saat itulah penulisnya bertemu dengan jamaah Haji plus dari Indonesia yang ditelantarkan travel mereka. Dan kemudian..... merasa terpanggil penulisnya pun berniat secara ikhlas mendampingi jamaah Haji plus yang terlantar itu. Cerita pun jadi semakin 'berwarna', patungan buat bisa berziarah, diusir di tengah malam di Arafah, dll.
***
Sy suka dengan gaya menulis penulisnya, ngalir banget.. krenyes2 gitu 'ngunyah'nya jadi terkadang ada bagian di mana sy akan terkekeh membacanya. Tapi juga ada selipan2 renungan dan pengalaman spiritual penulisnya dalam berHaji, yang bikin haru dan merindu..Buku ini juga dilengkapi dengan ringkasan manasik Haji.
Selain itu ada beberapa hal yang bisa kita ambil pelajaran ketika membaca buku ini.
Pertama, berhati2 memilih travel ketika ingin menunaikan Ibadah Haji atau Umrah. Coba saja baca pengalaman para jamaah Haji plus yang terlantar di buku ini. Miris, sedih dan membuat kita iba.
Kedua, seperti yang dikemukakan penulisnya di halaman 16 tentang persiapan berHaji...
"Sebaiknya anda harus matang dengan Manasik haji, sebab ibadah Haji adalah ibadah yang paling banyak aturan fiqihnya."
Diceritakan ketika si penulis mendorong seorang jamaah dengan kursi roda untuk thawaf, di akhir thawaf ketika penulisnya mengajak shalat, apa kata jamaah itu : "aku tidak punya wudhu.". Padahal dalam thawaf kita harus selalu dalam kondisi suci seperti shalat.
Apa lagi yaaa? Ya sudah lah... kapan2 insyaAllah disambung lagi.
Judul : Haji Backpacker 2 (Rp. 12 juta Naik Haji)
Penulis : H. Aguk Irawan MN
Penerbit : edelweiss
Tahun : 2010
Tebal : 268 Halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^