Bahkan sampai di titik ini aku masih meragu..
Hari ini sibuk berpikir kalau ternyata aku adalah sosok yang begitu peragu, yang suka ga yakin bahkan oleh2 hal2 yang sebenarnya benar2 akan terjadi. Tentu saja masih ada kuasaNya tentang terjadi atau tidaknya sesuatu.
Sewaktu berangkat Haji 3 tahun yang lalu, aku dihujani protes oleh teman2 yang tak kuberitahu perihal keberangkatanku. Kenapa tidak memberitahu? Karena aku meragu. Benarkah berangkat? Benarkan bisa benar2 ke Mekkah?
Entah kenapa keraguan itu begitu kuat, walau aku sangat mengingini hal itu terjadi. Mungkin keraguan itu ada karena kegagalan kakak setahun sebelumnya. Karena keraguan itu aku enggan pamit ke teman2. Aku hanya memberitahu beberapa orang terdekat, itu pun di detik2 aku mau berangkat. Saat perjalanan menuju Banjarmasin aku pamit ke adik2. Bahkan untuk 2 teman baikku. Aku baru mengabarkan ke mereka saat sudah berada di Mina di hari Tarawiyah. Kukirimkan sms ke mereka..
"Wi, aku di Mina. InsyaAllah esok wukuf di Arafah. Tolong doa ya Wi."
Bayangkan betapa terkaget2nya Iwi menerima sms dariku saat itu :)
Jangankan untuk pergi Haji. Untuk sebuah rencana ke Banjarmasin saja aku kerap meragu. Benar berangkat ga ya? Biasanya keputusan akhir justru di detik2 terakhir. Huff... keraguan itu mungkin juga karena aku meyakini kalau Allah pemilik segala Kuasa. Aku hanya berencana dan Dia yang memutuskan.
Keraguan itu mungkin juga kerana aku sibuk berpikir terlalu jauh yang kerap diprotes orang2 terdekatku.
Hufff... Aku harus lebih bisa belajar memenej pikiran, agar tak suka berpikiran yang tidak2. Untuk selalu berprasangka baik padaNya. Untuk selalu berharap padaNya.
sipp
BalasHapus