Sambungan dari tulisan ini
Hari Arafah, 9 Dzulhijjah 1429 H
Selepas shalat subuh, rombongan kami langsung beranjak meninggalkan
maktab di Mina menuju Bis yang akan membawa kami ke Arafah. Sebelumnya
sempat terjadi kegamangan juga kapan mau berangkat ke Arafah? Karena
beberapa rombongan yang bertetangga dengan tenda kami sudah menuju
Arafah dini hari sekali, bahkan ada yang berangkat bada isya. Namun,
para ustadz pembimbing bertahan agar kami serombongan tetap melaksanakan
shalat wajib sebanyak 5 waktu dulu sebelum ke Arafah, karena sunnah
Rasulullah seperti itu. Jadi kami akan berangkat bada subuh. InsyaAllah
masih sempat mengejar waktu, kalau terjebak kemacetan yang parah, risiko
terburuk ya harus jalan kaki.
Untuk ke Arafah, kami diperintahkan tak membawa semua barang, hanya
barang yang penting saja. Karena tidak tahu bagaimana kondisi yang akan
kami hadapi nanti, bisa saja kami akan berjalan menuju Arafah, bisa
juga saat thawaf nanti, kami tak bisa meninggalkan barang di Bis dan
harus di bawa thawaf, akan memberatkan tentunya jika barang akan dibawa
saat thawaf. Karena itulah saya hanya membawa barang di tas selempang
dari travel. Oya, barang yang lain ditinggal di tenda di Mina karena
sekembalinya dari Arafah kami akan mabit di Mina selama hari tasyrik.
InsyaAllah aman saja barang kita ditinggalkan di Mina.
Kemudian, apa aja isi tas yang saya bawa ke Arafah? Saya lupa. Tapi
saya membawa satu stelan pakaian komplit. Dari ujung kaki sampai ujung
kepala, di mana pakaian itu pakaian yang serba baru semua. Kata mama
saya, Arafah itu hari penting. Di mana dosa-dosa kita akan diampuni,
kita seperti terlahir kembali, putih bersih, karena itu pakailah pakaian
yang serba baru, seperti seorang bayi yang baru lahir yang mengenakan
baju serba baru. Hehehe… Hal ini ternyata sudah familiar di kalangan
keluarga saya. Tiap wukuf di Arafah mereka menyediakan pakaian yang
serba baru yang akan dikenakan pas waktu wukuf, jadi saya berganti
pakaian saat menjelang dzuhur. Dan yang tak boleh dilupakan, bawalah
mushaf dan juga buku-buku kumpulan doa yang kita punya. Inilah puncak
dari ibadah Haji itu ^_^
Alhamdulillah, walau padat dengan kendaraan bis yang kami tumpangi
tiba di dekat maktab di Arafah lumayan cepat. Sekitar jam 8 pagi kalau
saya tak salah ingat. Oya, di sepanjang jalan dari Mina menuju Arafah
memang padat sekali, hampir semua berpakaian ihram (laki-laki yang
paling terlihat). Sopir bis kami juga berpakaian ihram, yang artinya
beliau juga berhaji. Setelah bisa berhenti kami pun segera turun, ada
beberapa orang yang membagikan makanan dan minuman di sekitar bis.
Hadoh, saya lupa apa istilahnya. Intinya.. menurut kabar yang saya
dengar, orang-orang kaya di Arab Saudi berebut memberikan makanan buat
para jamaah Haji, buat para tamu Allah. Waktu itu saya mendapatkan susu
unta, yang kadaluarsanya hanya dalam hitungan jam.
Sebelum sampai maktab, seorang wanita paruh baya berwajah arab
mencegat langkah saya. Entah apa yang beliau katakan, saya ga ngerti.
Waktu itu beliau memandang saya sembari tersenyum dan berkata-kata serta
mengusap wajah saya. Hihihi… Saya hanya mengaminkan kata-katanya saja.
Karena itu hari arafah dan di padang arafah, insyaAllah apa yang
dikatakan beliau yang baik-baik saja. Wanita itu terus memandang saya
walaupun saya telah berlalu dari hadapan beliau, entah apa yang ada
dalam pikiran beliau.
“Mungkin takjub karena Anti berHaji masih sangat muda sekali,” kata
seorang teman jamaah yang saya ceritakan hal tersebut. Entahlah, saya
tak yakin. Toh, banyak jamaah dari Negara lain yang juga muda-muda.
Sesampai di maktab, kami langsung menuju tenda yang bertanda buat
travel kami. Kondisi tendanya lebih bersih dari Mina, mungkin karena
tenda di sini tidak bersifat permanen, jadi hanya dipasang ketika hari
Arafah tiba. Para muthawif meminta kami agar segera mengambil sarapan,
yah sarapan tetap dengan menu prasmanan dan antri seperti di Mina, kami
diminnta menjaga kesehatan dengan tak telat sarapan, karena puncak
ibadah haji memerlukan stamina yang kuat.
Selepas sarapan, para muthawif mengarahkan kami agar beristirahat.
Tidur kalau bisa. Ya itu, karena selepas ini kami akan menghadapi puncak
ibadah Haji yang bisa jadi membuat kami tak tidur layak sehari semalam.
Saya pun mencoba untuk memejamkan mata, tapi rasanya hanya terlelap
sesaat.
Menjelang dzuhur, saya sudah berganti pakaian yang baru
para jamaah lain juga sudah bersiap-siap. Akan ada khutbah wukuf
sebelum waktu dzuhur. Kami melaksanakan khutbah hanya di tenda saja,
tidak bergabung dengan jamaah lain di maktab ini, oya satu maktab
terdiri dari beberapa tenda dari beberapa travel. Kami tetap bertahan di
tenda saja walau banyak jamaah lain yang menyemut di sekitar jabal
Rahmah. Sebagian besar bukan jamaah dari Indonesia. Yang penting tetap
masuk di wilayah Arafah. Walau saya pribadi ingin sekali mengejar
keutamaan wukuf dengan mendekat ke Jabal Rahmah. Hehehe… tapi cukup
sampai pada ingin saja.
Khutbah Jum’at kali itu sungguh membuat saya mewek abis-abisan. Air
mata saya tumpah pah pah…. Teringat dosa-dosa saya, khilaf-khilaf saya,
kekurangan, kemalasan saya dalam beribadah tapi Allah begitu baiknya
mengundang saya menjadi tamuNya. Teringat juga akan besarnya pengorbanan
kedua orang tua saya, melahirkan, membesarkan, mendidik hingga terus
mengupayakan agar mimpi saya terwujud, termasuk ke Tanah Suci kali ini.
Saya tau betapa besarnya keinginan mama untuk kembali ke Tanah Suci
setelah menunaikan Haji tahun 92. Tapi mama selalu bilang, mama ingin
anak-anak mama ke Tanah Suci semua, baru mama ke sana lagi. Huhuhu….
Finally, harapan mama memang terwujud, mama dan abah umrah tahun 2009
setelah ke 3 anaknya sudah pernah ke Tanah Suci semua.
Menit-menit menjelang dzuhur kakak menelpon ke rumah, meminta ampun
atas kesalahan pada mama abah dan juga minta doa karena sebentar lagi
waktu wukuf akan datang. Huwaaa… saya mewek lagi deh. Ga sanggup ngomong
sama orang rumah. Kakak juga menelpon ustadz dan minta doa untuk
kelancaran prosesi Haji kami. Apa saja yang dilakukan waktu wukuf? Apa
pun bisa. Berdiam diri pun tak mengapa. Karena jika kita sudah berada di
Arafah, itu sudah masuk rukun Haji. Tapi tentu saja, karena saat wukuf
adalah saat-saat yang mulia.. sayang jika melewatkannya hanya dengan
berdiam diri. Saya pernah membaca kalau ada yang membagi waktu wukuf
mereka. Dari menit ini ke menit ini tilawah. Menit sekarang ke menit
sekian shalat, trus menit yang lain dzikir ini, doa ini dan ini. Hal itu
saya rasa patut dicontoh, supaya lebih mengefektifkan wukuf kita. Ah,
saya sangat ingin kembali mengulang prosesi wukuf lagi. Semoga Allah
mengabulkan. Aamiin… Saya ingin melaksanakannya beserta suami. Aamiin…
Makan siang gimana yan? Tenang… sehabis shalat dzuhur ada makan siang tersedia. Sempatkan makan di sela aktivitas wukuf kita.
Menit terus melaju… sampailah kemudian kita di detik-detik terakhir
wukuf. Ah, saya sangat sepakat dengan kata-kata yang saya temukan di
buku Haji Backpacker Aguk Irawan MN.
Tempat merenung mana yg lebih indah dari suasana ba’da ashar di Arafah dgn awan yang bergerak perlahan sangat rendah? Bagaimana pula orang tak rindu untuk kembali pergi Haji?
Karena suasana menjelang senja di Arafah sungguh membuat merindu.
Saat semua mengantar saat wukuf itu dengan hati yang berat. Saya lihat
jamaah-jamaah Haji berdiri, menghadap kiblat, menengedahkan tangan,
memanfaatkan detik-detik terakhir wukuf sampai adzan maghrib
berkumandang. Saya terus berharap agar saya bisa mengulang kembali
prosesi wukuf di waktu yang akan datang. Aamiin….
Aq juga inget banget suasana pas wukuf itu, nggak bisa dilukiskan dengan apapun ya Yan. Hanya bisa menangis dan memmohon ampun :)
BalasHapuspengen mengulaaaaaaaang
BalasHapusRy... Iyaa... hari terindah dalam hidup qta ya. Alhamdulillah...
BalasHapusmbak Indri.. Aamiin ya Rabb.. Yanti pun ingin sekali mengulang semua prosesi itu mbak. Semoga Allah kembali mengundang.