Maghrib menjelang, kami pun melaksanakan shalat maghrib
berjamaah. Setelah selesai shalat, saya mendengar lantunan takbir berkumandang
di tenda tetangga di maktab kami. Air mata saya kembali menderas.
Ini malam
Idul Adha, saya tersadar kembali akan hal itu. Kerinduan akan kampong halaman
langsung menyusup cepat ke hati, ini Idul Adha pertama saya tak melewatinya
beserta keluarga di rumah, tapi ini juga Idul Adha impian saya. Berada di
Arafah.
Selepas maghrib kami kembali diminta makan (saya cerita
makanan mulu ya )… setelah isya, kami pun segera beranjak meninggalkan arafah
menuju Muzdalifah.
Kata muthawif kami, jika kami sampai di Muzdalifah sebelum
tengah malam, maka kami akan berdiam dulu di Muzdalifah sampai tengah malam.
Tapi jika kami sampai sesudah tengah malam, maka kami hanya mampir buat
mengambil batu buat melempar jumroh. Selanjutnya melakukan perjalanan ke Mekkah
buat thawaf dan sa’i.
Hemm… seharusnya di Muzdalifah kita bermalam? Yah, mungkin
begitu sesuai dengan sunnah Rasul. Tapi saya sungguh tak punya daya dan hanya
mengikuti jadwal travel. Karena itu lah saya sangat berharap jika suatu saat
saya berkesempatan lagi buat berHaji, ingin sekaliiii melaksanakan Haji sesuai
yang dicontohkan Rasulullah. Aamiin… Saya malah menyimpan keinginan buat melakukan
perjalanan dengan berjalan kaki, saya dengar beberapa travel ada yang
menerapkan hal tersebut. Yang full mengikutiiii Haji seperti yang dicontohkan
Rasul. Semoga Allah memberikan yang terbaik menurutNya untuk saya. Aamiin…
Rombongan kami tiba di Muzdalifah setelah lewat tengah
malam, jadinya kami hanya mampir mengambil batu dan kemudian melaju lagi menuju
Mekkah. Oya, kondisi jalan dari Arafah menuju Muzdalifah memang padat sekali
karena semua tumpah ruah di sana. Kakak smsan dengan temannya yang katanya bada
ashar sudah meninggalkan Arafah, beranjak menuju Mekkah buat thawaf dan sa’I,
kemudian baru ke Muzdalifah. Kakak bertanya kondisi Mekkah, yang dijawabnya
sudah padat sekali orang thawaf di Masjidil Haram.
Sepanjang perjalanan saya sesekali terlelap walau rasanya
banyak terjaganya. Sekitar jam 2 atau jam 3 dini hari kami sampai di Mekkah.
Alhamdulillah barang bisa kami tinggalkan di bis, jadi hanya membawa barang
yang berharga saja yang harus kami bawa. Kami pun langsung masuk masjidil Haram
setelah sebelumnya mengambil wudhu dulu karena kehilangan wudhu tertidur di
perjalanan. Suasana Masjidil Haram ramai sekali.. Kami melaksanakan thawaf dan
sa’I, lebih padat tentu saja memakan waktu lebih lama dan juga disertai kondisi
yang letih karena kurang istirahat. Karena itulah… saya setujuuuu sekali jika
ada yang menganjurkan kita untuk meniatkan Haji saat masih muda, saat kondisi
badan masih prima, karena prosesi ibadah Haji memang perlu fisik yang oke.
Semoga Allah mengundang kita. Aamiin…
Thawaf dan sa’I selesai, kalau tak salah ingat memakan waktu
kurang lebih 2 jam, menjelang subuh semua prosesi selesai. Saya hanya berdua
dengan kakak, terpisah dengan rombongan yang lain karena padatnya masjidil
Haram saat itu. Saya dan kakak segera menuju tempat kami sepakati untuk
berkumpul kembali selepas melaksanakan thawaf dan sa’i. Oya, berhubung thawaf
dan sa’I sudah dilaksanakan, saya sudah bisa bertahalul awal. Alhamdulillah…
Di tempat perjanjian jamaah travel kami berkumpul, saya
bertemu dengan beberapa teman jamaah yang sudah tiba lebih dulu. Kami
berpelukan satu sama lain. Di saat itulah air mata saya kembali tumpah pah pah…
rasa syukur dan haru menyergap saya sedemikian kuat. Alhamdulillah….
Kakak minta saya menelpon keluarga di Tanah Air, saat itu
memang dini hari di Arab Saudi, tapi di Tanah Air sudah pagi. Saya menelpon
mama, mengabarkan kalau sudah thawaf dan sa’I, sudah tahalul awal. Mama di
ujung telepon mengucapkan hamdalah, ada keharuan yang saya dengar dari suara mama.
Saya tau, ini termasuk impian mama yang paling besar.. anaknya bisa berHaji
dengan segera. 2 tahun kemudian, kakak saya yang kedua menyusul pergi Haji
juga.
Oya, saat itu.. seluruh jamaah pria bersepakat untuk
mencukur habis rambut mereka alias digundul
Subuh datang menjelang, belum semua jamaah berkumpul. Saya
melaksanakan shalat subuh di pelataran Masjidil Haram. Pengin masuk lagi ke
dalam mesjid khawatir padatnya jamaah membuat kami susah buat keluar karena
kami harus bergegas menuju Mina. Saat shalat subuh selesai, saya melihat
semberut jingga di arah timur Mekkah. Fajar Idul Adha. Sungguh, itu fajar
terindah yang saya rasakan dengan suasana hati yang ah… saya tak bisa
melukiskan dengan kata-kata. Indah sekali. Segala letih rasanya menguap
Sayang sekali kami tak bisa mengikuti shalat ied karena
harus bergegas menuju Mina dan selanjutnya mabit di Mina. Travel kami
menjadwalkan kami menjalani nafar awal saja, artinya hari ke 12 bulan
Dzulhijjah kami sudah beranjak meninggalkan Mina dan esoknya menuju Madinah.
Ooh Yanti pake nafar awal ya, aku mah nafar tsani. Jadinya nggak pulang dulu ke Mekah. Kebetulan, ada KBIH yg satu kloter sama aku yg pake jalan kaki. Mereka udah nyiapin staminan banget, kan lumayan juga perjalanan Mekah-Mina (skitar 12Km).
BalasHapusIya Ry, nafar awal. Tanggal 13 kami sudah menuju Madinah. Kalau reguler bisa milih sendiri ya, mau nafar awal atau tsani. Kalau plus ikut jadwal travel deh,
BalasHapusWaaaaah... iya ya Ry? Aku pengin lho nyoba. Emang mesti siapin fisik banget ya.