Sabtu, 31 Oktober 2015

Awal yang Baru Mengirim Resensi ke Media

Mengulas sebuah buku adalah kesenangan saya sejak dulu, sejak saya menggandrungi yang namanya membaca. Setelah membaca buku rasanya otak saya ini penuh sekali, ada banyak hal yang ingin saya keluarkan atau ceritakan. Salah satu cara bercerita saya akan buku tersebut dengan menulis ulasan, review, atau resensinya di blog. Blog saya pun penuh dengan cerita tentang buku, buku, dan buku. 

Sekitar tahun 2013, saya mendapati beberapa teman saya mengabarkan tentang resensi mereka yang dimuat di media. Oh... Saya melongo. Takjub sebentar. Ternyata peluang menulis di media tidak hanya selalu berbentuk cerpen atau opini. Ulasan tentang buku juga bisa tampil di media cetak.

Kendala muncul saat membaca resensi teman-teman yang dimuat di media saya merasa... Oh.. Ini bukan saya banget. Kenapa? Saya terbiasa bebas dan lepas saat meresensi. Menuangkan semua yang ada di pikiran saya. Saat itu saya tidak mau tunduk dengan aturan yang harus saya patuhi saat meresensi yang ditujukan untuk media.


Aturan seperti apa? Bahasannya biasanya lebih formal dan kaku. Sedangkan saya terbiasa menyertakan hahahaha, hihihihi, xixixixi, wkwkwkwk, dan lain sebagainya di resensi saya. Di media menyertakan kikikan seperti itu? Bisa langsung ditutup awak redaksi tulisan saya dan tidak ditengok lagi. Selain itu saya merasa kemampuan saya untuk menulis resensi baru sekadar untuk dipajang di blog pribadi. Saya belum pede buat menulis untuk media. Ikut lomba resensi saja kalah mulu. #pukpukYanti

Semuanya berubah saat negara api menyerang saya ikut kelas Penulis Tangguh. Di sana semangat saya terpompa, rasa minder perlahan terkikis. Tulis tulisan terbaik dan kirim ke media, begitu kata Ibu Guru. Selain tulisan-tulisan yang saya dapatkan hasil belajar di kelas, saya pun memulai melirik kira-kira tulisan apa lagi yang bisa saya kirim ke media cetak?

Kemudian saya teringat akan satu resensi yang pernah saya tunjukkan ke teman-teman di komunitas BaW Community. Saat itu saya meresensi satu buku antologi. Mbak Binta Al Mamba memberikan komentar pada resensi saya tersebut, beliau bertanya apa buku yang saya resensi itu terbitan baru? Saya jawab ya. Buku itu memang terbitan baru yang saya dapatkan dari giveaway yang diadakan Mbak Ika Koentjoro.

Mbak Binta kemudian mengatakan lebih baik resensi saya itu dikirimkan ke media, tepatnya ke Koran Jakarta. Walaupun kata beliau dan Mbak Nining Sumarni, untuk mengirimkan resensi itu saya harus merombak resensi tersebut hingga layak kirim. Nah... Di situlah saya malasnya. Masa saya harus menghilangkan hahahaha, hihihihi, wkwkwkwk yang selalu saya sertakan di resensi saya. Namun saat mengikuti kelas Penulis Tangguh, saya pun rela dan ikhlas buat merombak resensi saya tersebut.

Saya pelajari contoh resensi yang pernah dimuat, mengedit nyaris sebagian besar resensi yang sudah saya tulis, mengamati syarat dan ketentuan dari redaksi dan kemudian sent! Resensi itu saya kirimkan di hari senin pagi. Itulah yang menjadi awal yang baru saya berani mengirim resensi ke media. Bagaimana rasanya? Dag dig dug tidak karuan. Setelah menekan tombol sent di laptop, saya rasanya ingin ngumpet di bawah meja. Padahal redaksi tidak akan melihat bagaimana rupa saya. Tapi tetap saja ada perasaan berdebar dan malu.

Hari rabu, selang satu hari setelah saya mengirim resensi tersebut, saya mendapatkan informasi dari Mbak Naqiyyah Syam kalau resensi saya dimuat di Koran Jakarta. Huwaaa.... Saya terkejut dan senang luar biasa. Akhirnya saya bisa nembus media. Akhirnya nama saya bisa tercetak di media. Satu bulan kemudian saya bertambah senang karena ada tambahan saldo di rekening saya. Wuiiih... Pulang dari ATM, senyum saya terus merekah sepanjang jalan. Alhamdulillah...

Awal yang baru itu membuat saya lebih bersemangat mengirimkan resensi-resensi lainnya. Walaupun kerap ada perasaan tidak percaya diri dan minder. Perasaan ingin ngumpet di bawah meja itu tetap ada sampai sekarang.

Alhamdulillah sudah beberapa resensi saya yang dimuat di media. Ada di Koran Jakarta, Kompas Anak, dan Tribun Kaltim. Selain honor yang bisa didapat, menulis resensi juga bisa membuat kita mendapatkan reward dari penerbit. Entah itu berbentuk buku baru atau berbentuk dana segar atau keduanya. Tapi lebih dari semuanya, dengan menulis resensi kita bisa mengabarkan kepada masyarakat informasi tentang sebuah buku. Bisa mengajak masyarakat untuk gemar membaca. Semakin bagus sebuah buku, biasanya semakin membuat saya bersemangat menuliskan resensinya.
Beberapa resensi saya di media

Sekarang saya ingin memulai awal-awal yang baru lainnya. Mencoba mengirim genre tulisan yang belum pernah saya kirim sebelumnya. Jika saya tidak memulai, maka saya tidak tahu berhasil atau tidaknya.


11 komentar:

  1. Hebat, ya, Mbak Hairi Yanti ini. Resensi oke, cerpen juga oke. Sukses selalu ya, Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum hebat saya, Mbak Diah. Masih banyak yang lebih hebat :D Saya masih harus banyak belajar. Hehehe...
      Sukses juga buat Mbak Diah :-)

      Hapus
  2. Saya berguru pada Mbak Yanti, lho! ;) Terima kasih, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aih, Kak Nia sekarang mah jauuuh lebih keren dan hebat dari saya :D

      Hapus
  3. Mbak Yanti suka gitu. Hehehe. Kalau saya keren berarti gurunya lebiiih keren ;)

    BalasHapus
  4. Ah mak.. Hebring pisan ih.. Sampai sekarang kirim ke media masih off the radar. Masih belom yakin sama kemampuan mengolah bahasa baku. Ditambah lagi kalo baca buku, masih harus nunggu mood dulu. Walaupun kalo udah baca, malah terus-terusan sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo, Mak Mira. Dicoba. Kita tidak pernah tahu berhasil atau tidaknya kalau belum dicoba. Iyaa... Itu juga masalah sy dulu tentang mengolah bahasa baku. Saya bahasanya campur aduk dan suka ada cekikannya. Hihihi... Makasiiih ya, Mak Mira... :-)

      Hapus
  5. waaahhh hebat banget mbak yanti... saya masih gak pede kalo harus kirim tulisan ke media..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo, Mbak Pipit, dimulai nulisnya. Bisa dapat honor lho... #Matresaya :D

      Hapus
  6. ingin jago nulis resensi kaya mbak yanti

    BalasHapus
  7. Sekali tulisan kita dimuat di media, semangat nulis berkobar-kobar ya,Mbak :-D

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...