Ketika
ditanyakan tokoh siapakah saya dalam karya fiksi di mana karya itu bisa dibeli
di toko buku Gramedia, maka saya tak ragu untuk mengatakan kalau saya adalah Noaki Neomarica. Tak masalah jika Noaki
sekarang masih berusia 11 tahun. Toh,
nantinya dia akan menjadi dewasa juga. Iya kan, Mbak Ary? (Menyapa penulisnya
Ary Nilandari).
Bio Noaki. Sumber : https://www.facebook.com/NoaKeo/ |
Ketika
membaca kalau Noaki bisa berubah dari manis menjadi ketus, seketika itulah saya
merasa saya punya kemiripan dengan Noaki. Seb, sahabat Noaki, kemudian
memberitahu tentang nama sikap Noaki ini. Noa itu moody (bahasa
Inggris) atau Lunatique (bahasa
Prancis) yang artinya mudah berubah-ubah suasana hati, terutama murung,
merajuk, dan marah. Ah...
Seperti itulah saya.
Saat
halaman-halaman selanjutnya saya baca saya semakin menemukan kemiripan saya dan
Noaki. Noaki pernah marah-marah kepada Seb karena ada sesuatu hal yang
dikerjakan Seb yang mengkhawatirkannya. Keo yang memahami maksud Noaki kemudian
memberitahu Seb dengan bahasa yang lebih halus. Di mana kemudian Seb bilang
paham maksudnya dan seharusnya Noaki tidak perlu marah-marah. Di bagian itu
saya merasa geli sendiri karena saya juga sering mengemukakan sesuatu yang
tidak sesuai dengan kehendak saya dengan ngomel-ngomel. Padahal jika tidak
dengan ngomel-ngomel juga bisa kan ya?
Salah satu ilustrasi di serial Go, Keo! No, Noaki! 2 |
Kemudian
saat Noaki menjadi berubah sikap terhadap Keo menjelang pertandingan untuk
memperebutkan kembali layang-layang Keo yang ada di tangan Kinanti. Noaki
khawatir. Khawatir kalau ia tidak bisa memberikan yang terbaik. Takut andaikan
kekalahan justru disebabkan olehnya hal itulah yang membuat Noaki menjauhi Keo.
Aaah... Saya juga sering merasa seperti itu. Bukan tidak ingin membantu tapi kekhawatiran-kekhawatiran
itu selalu mengiringi langkah ketika ingin mempersembahkan yang terbaik.
Mengapa
saya begitu mirip dengan Noaki? Mungkin karena latar belakang saya dan Noaki
sama. Noaki adalah anak ketiga yang punya dua kakak laki-laki. Persis sama
dengan saya. Bedanya Noaki adalah bungsu yang tidak jadi karena kemudian dia
punya adik bernama Hana, sementara saya adalah bungsu yang jadi karena mama
saya tidak pernah melahirkan seorang adik untuk saya.
Sikap
dan sifat ibu Noaki juga agak mirip dengan mama saya. Seperti saat Noaki bilang
ibu seperti punya mata di belakang, tahu saja di mana Noaki berada. Mama saya
juga seperti itu. Jangankan keberadaan saya, terkadang masalah saya pun mama
bisa tahu tanpa saya pernah bercerita. Saya sering dibuat takjub karenanya.
Suatu
hari Noaki ingin piknik bersama teman-temannya. Noaki bilang dia agak susah
menjanjikan dengan pasti kalau bisa pergi karena ibunya selalu punya tugas
dadakan yang membuat Noaki terhalang pergi. Keo kemudian mengusulkan bagaimana
kalau Noaki bertanya dulu pada ibunya. Apa tugasnya buat hari minggu agar bisa
dikerjakan di hari sabtu dan hari minggu bisa piknik. Ahahaa... Samaaa... Saya
juga begitu. Terkadang kalau saya bersiap pergi, mama juga punya tugas dadakan
dengan saya. Sama halnya dengan solusi dari Keo. Saya juga melakukan hal yang
sama. Memberitahu mama kalau saya ingin pergi dan bertanya apa tugas saya jadi
saya bisa pergi dengan tenang.
Dengan
segala kemiripan sifat dan latar belakang keluarga, maka saya merasa Noaki adalah
saya. Karena itulah segala yang dirasakan Noaki dalam serial Go, Keo! No,
Noaki! yang diterbitkan Penerbit Kiddo juga saya rasakan. Saat Noa gugup, saya
juga ikut gugup. Sewaktu Noa berdebar-debar, saya pun begitu. Ketika Noa
khawatir, saya khawatir juga. Noa gregetan, saya ikut gregetan. Sampai-sampai
ketika Noa tersipu dan senang dipanggil Keo dengan panggilan Noa yang artinya
'cintaku', saya juga ingin dipanggil Noa oleh suami saya. Hahaha....
4 seri Go, Keo! No, Noaki! |
Itulah
Noaki. Itulah saya. Membaca segala sikap, sifat, dan cerita Noaki justru
membuat saya memahami diri saya sendiri. Ternyata saya seorang Moody. Saya adalah Lunatique. Saya sampaikan ke suami tentang Noaki yang mirip saya
dan semoga dia paham jika sewaktu-waktu istrinya bisa mengalami perubahan mood yang sangat dramatis. Walaupun
selama ini ia sudah memahami saya lebih dari apa pun.
Membaca
kisah Noaki juga membuat saya menyadari kalau segala seseuatu yang tidak sesuai
dengan harapan tidak harus disikapi dengan bamamay alias ngomel-ngomel (Bahasa
Banjar mode on). Tapi itulah... Kadang begitu susahnya mengatur emosi karena
saya Hairi Yanti Moody Lunatique :D
Namun tidak ada yang tidak mungkin kan?
Ya.. Ya.. Ya.. Mirip.. :p
BalasHapus:p
HapusSeru ya, serasa bercermin pas baca :)
BalasHapusKalo aku dulu pas masih labil juga suka moodyan, sekarang happy, semenit kemudian bisa jadi cemberut, belom bisa mengontrol emosi, tapi sekarang sudah berkurang :)
Saya belum bisa nih, Mbak. Masiiih moody. Suka berubah dengan seketika :D
HapusHihii lucu juga bahasa banjarnya ngomel2.. bamamay..
BalasHapusIya, Mbak. Bahasa banjarnya bamamay. Orang yang suka ngomel2 namanya pamamayan :D
Hapuspokoqnya mamay-mamay gitu lah yaa.. =D
Hapusnovel jepang fiksi aku mah ngga terlalu suka. apalagi belum pernah melirik lirik lebih mendalam dari karya sastra jepang. mungkin naoki bagian karya fiksi yabankah?
BalasHapusIni novel Indonesia dengan setting Indonesia dan ditulis penulis Indonesia :-)
Hapuspenulisnya keren ya... menciptakan karakter yg manusiawi bgt sampai2 ada yg mirip :D
BalasHapussaya jg kadang msh susah sih mba mengatur emosi...
Iyaa.. Betul, Mbak. Penulisnya memang jawara kalau nulis cerita anak :D
HapusHuhuhu... Sama kita ya, Mbak. Susah ngatur emosi. Hiks
Suka deh ulasannya. Jadi tahu bahasa banjar. Aku juga moody hahaha
BalasHapus