Rengganis - Azzura Dayana |
Perjalanan selalu membuahkan banyak cerita. Tentang hal-hal
yang ditemui sepanjang jalan atau tentang teman yang menyertai kita dalam
perjalanan tersebut. Terlebih jika perjalanan yang ditempuh melalui medan yang
tak biasa. Alam yang masih jarang disentuh oleh manusia, tumbuhan yang tumbuh
alami di hutan, hewan liar yang masih banyak berkeliaran, juga alam gaib yang
tak bisa kita sangkal keberadaannya. Hal itulah yang dialami oleh delapan anak
manusia dalam perjalanan mereka menjelajahi Argopuro. Sebuah kawasan yang
menyimpan misteri tentang puteri Majapahit bernama Dewi Rengganis.
Perjalanan lima pemuda (Dimas, Dewo, Fathur, Rafli, dan Acil)
dan tiga pemudi (Ajeng, Nisa, dan Sonia) dimulai dari Terminal Bungurasih
Surabaya yang menjadi titik pertemuan mereka. Dari situlah mereka bertolak menuju
Probolinggu dan kemudian menuju Baderan, titik awal pendakian mereka.
Perjalanan awal para pendaki itu sudah penuh dengan tantangan. Mereka dihadang
oleh ribuan pacet, cacing dan ulat sebelum pemberhentian pertama di satu tempat
yang bernama Mata Air Pertama.
Dari Mata Air Pertama perjalanan terus berlanjut ke Alun-alun
kecil, Alun-alun Besar, Cikasur, Cisentur, Rawa Embik hingga ke Puncak Rengganis. Banyak cerita yang tercipta dalam
perjalanan tersebut, informasi tentang daerah-daerah di Argopuro pun
disisipkan.dalam dialog di antara tokoh-tokoh di dalam novel ini. Argopuro
adalah trek terpanjang di Pulau Jawa. Dewo dan teman-temannya merencanakan lima
hari perjalanan untuk pendakian gunung tersebut.
Kawasan Gunung Arguporo sering dikaitkan dengan cerita
tentang Dewi Rengganis. Informasi tentang Dewi Rengganis ini masih simpang
siur, ada banyak cerita yang tak utuh dan simpang siur, tapi tetap menarik untuk
disimak. Ada yang menyebut Dewi Rengganis adalah salah satu selir Prabu
Brawijaya, Raja Majapahit di era terakhir, namun ada juga yang menyebut kalau
Dewi Rengganis adalah puteri dan Prabu Brawijaya dan selirnya.
Dewi Rengganis mempunyai istana di puncak gunung Argopuro.
Tentang latar belakang mengapa istana ada di puncak gunung pun masih simpang
siur. Ada yang menyebut bahwa sang putrid ingin mengasingkan diri, ada juga
yang mengatakan kalau Prabu Brawijaya ingin memanjakan sang puteri, tapi kabar
lain juga menyebutkan kalau Dewi Rengganis sengaja diasingkan ke puncak gunung
karena diramalkan takhta kerajaan akan jatuh ke tangannya. Apapun cerita di
balik itu semua, membangun istana di puncak gunung adalah sesuatu yang membuat
kita berdecak kagum. Apalagi hal itu dilakukan di masa lampau.
Separuh cerita di novel ini hanya bercerita tentang
perjalanan dan dialog tokoh-tokoh di dalamnya. Konflik baru timbul saat mereka
di Puncak Rengganis. Acil yang mejadi guide
perjalanan mereka turun dari puncak dan kembali ke basecamp di Rawa Embik. Hal itu membuat Sonia gelisah hingga ia
bersikeras untuk menyusul Acil ke Rawa Embik. Perbedaan pendapat antara Dewo
yang menghalangi niat Sonia dan Rafli yang mendukung Sonia pun tak dapat
dihindari. Hal ini lah yanv kemudian membuat hubungan antara Dewo dan Rafli
menjadi meruncing. Nyatanya, firasat Sonia benar adanya. Terjadi sesuatu dengan
Acil yang membuat rencana perjalanan mereka berubah dan para pendaki itu pun
harus mempercepat perjalanan mereka untuk sampai ke titik finish pendakian.
Namun, perjalanan tak sepenuhnya berjalan lancar. Suatu kejadian
yang besar menghadang perjalanan mereka. Pemandangan sunrise yang indah pun menjadi tak berarti apa-apa. Seseorang di antara mereka ‘melihat’ pentas
yang tengah dilangsungkan oleh Sang Dewi.
Rengganis adalah novel yang berkisah tentang pendakian ke
wilayah Argopuro. Dari awal cerita sudah bisa dirasakan betapa penulisnya
sangat mengetahui detail jalur pendakian. Ibaratnya kita harus belok kiri atau
kanan, diceritakan detail di novel ini. Jika ingin mendaki Argopuro, novel ini
layak dijadikan panduan.
Informasi tentang kawasan Argopuro juga menambah wawasan buat
pembaca. Saya yang awalnya tidak tahu menjadi tahu dalam banyak hal. Tentang
Putri Rengganis, tentang kawasan pendakian terpanjang di pulau Jawa, informasi
tentang gunung yang paling sulit di daki di Indonesia, dan banyak lagi.
Tak lupa beberapa tips untuk.mendaki gunung pun dibeberkan di
novel ini. Penjelasan tentang pendakian gunung ada dalam dialog dan narasi.
Lewat novel ini saya kaget sendiri mendapati banyaknya logistik yang harus
dibawa tim pendaki. Hal jni disebutkan di halaman 21, ada rincian tentang
logistik yang mereka bawa di antaranya ulekan kayu, sayur-sayuran dan
buah-buahan pun diikutsertakan dalam pendakian. Sempat terpikir di benak saya,
mengapa tidak membawa abon, mie instant atau rendang saja? Kan lebih praktis tinggal dilahap.
Keheranan saya terjawab di halaman 85 di mana salah satu
tokoh bernama Dewo berkata, “Beginilah perihal memasak dan menyiapkan menu
dalam pendakian yang seharusnya, Son. Bukan hal sederhana atau harus
diremehkan. Semakin lama waktu tempuh pendakian atau semakin berat trek yang
akan dilalui, asupan makanan yang dibutuhkan tubuh tidak main-main. Kalau
pendaki hanya mengandalkan makan mi instan saja setiap hari, bisa berakibat
menurunnya daya tahan tubuh.” Apa yang disampaikan Dewo ini menambah wawasan
saya tentang pendakian gunung.
Nilai-nilai keislaman pun menyusup dengan cantik di novel
ini. Seperti para pendaki yang diceritakan tidak meninggalkan shalat mereka,
juga tentang nilai keislaman yang disampaikan secara tersirat pada hal
mengangkat pemimpin. Dalam hadist disebutkan Jika tiga orang berada dalam suatu perjalanan
maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai pemimpin. (HR Abu
Dawud). Dan di
novel ini titah Nabi disisipkan dengan cantik dalam sebuah dialog.
“Siapa nih yang mau cari carteran?”“Gimana kalau ketua ekspedisi ini aja?” usul Fathur sambil meregangkan tulang-tulang pundaknya.“Memang ketuanya siapa, sih?” Dewo balik tanya ke Fathur.“Ah, lagakmu itu, lho, Wo, kayak baru pertama nge-trip aja. Mana mungkin ekspedisi besar gini tanpa pucuk pimpinan?” (Halaman 16-17)
Sayangnya keseruan perjalanan para pendaki ini tidak membuat
saya melebur dalam tokoh-tokohnya. Latar belakang kehidupan tokoh-tokoh di
dalamnya tidak diceritakan. Hal itu membuat kedekatan pembaca dengan tokoh
tidak terjalin sejak awal cerita sehingga di awal penyajian cerita terasa
membosankan. Untunglah dalam novel ini prolog yang disajikan sangat menjanjikan
dan membuat penasaran, hal itulah yang membuat saya betah membacanya.
Karakter-karakter dalam tokoh baru bisa dikenali setelah
melewati pertengahan cerita. Tetapi latar belakang mereka tetap terasa gelap
buat pembaca. Hal yang mengejutkan ternyata penjelasan tentang tokoh justru ada
di bagian akhir cerita. Mengapa tidak ditaruh di depan? Sebagai saran, ada
baiknya melibatkan satu dua cerita tentang kehidupan tokoh di dalamnya untuk
menambah konflik dan keterikatan emosi dengan pembaca.
Walaupun begitu, Rengganis tetap sebuah karya yang layak
diacungkan jempol. Membacanya pembaca mendapatkan wawasan yang banyak. Tentang Arguporo,
tentang Dewi Rengganis, tentang kerajaan Majapahit, tentang trik dan tips
selama pendakian, juga tentang alam gaib.
***
Judul :
Rengganis (Altitude 3088)
Penulis :
Azzura Dayana
Penyunting Bahasa : Mastris
Radyamas
Penerbit :
Indiva
Tahun Terbit : Cetakan Pertama, Agustus 2014
ISBN :
978-602-1614-26-6
Tebal Buku & Ukuran : 232 Halaman.
; 20 cm
Harga Buku : Rp.
46.000,-
buku ini cocok dibaca buat yang sudah mendaki nih :)
BalasHapusYang belum juga cocok, Mbak Titis. Biar nambah wawasan ;-)
HapusDuh. Membaca novel2 ttg pendakian ga ada matinya. Selalu bikin iri dan pengen pergi...
BalasHapusGunung Arguporo? Hmmm kayaknya seru nih mba bacanya soalnya belum banyak ditulis...
Iyaa.. Kebanyakan yg ngebahas mendaki gunung itu mendaki Mahameru ya. Ini emang jarang dibahas :-)
Hapusgaya bercerita di buku ini membuai dan bikin penasaran :D
BalasHapusIya, Mbak. Penasaran. Apalagi pas udah sampai tengah cerita :D
Hapusaku penasaran sama argopuro, mba. :D kalo denger tentang pendakian itu rasanya jadi pengin njejak ke daerah yang para pendaki udah taklukkan. hehe
BalasHapusPengin lihat keindahannya ya, Mbak Ila. Kalau udah di atas katanya indaaaah banget. Dulu baca novel ttg pendakian sy sampai googling fotonya. Saking penasaran gimana indahnya :D
HapusNama rengganis menyiratkan sosok yg anggun dan berwibawa plus tenang. Demikiankah sosok Rengganis yg sebenarnya? *penasaran*
BalasHapusIya, Mbak. Sosok Rengganis sebenarnya masih misteri. Kalau menurut info di novel tersebut :-)
Hapusjadi inget nama citra rengganis, anak didik di kantor yg sekarang jauh :)
BalasHapusjadi penasaran sosok rengganis..
Nama yang bagus ya, Mbak :-)
HapusAkan menambah wawasan buat yang gak pernah mendaki seperti saya, ya, pastinya :) trus cerita sejarahnya juga pasti menarik :)
BalasHapusMenambah wawasan banget, Mbak. Banyak informasi baru yg saya dapatkan setelah membaca novel ini :-)
HapusSeneng baca postingan ini, secara bisa juga tahu tentang cerita putri Majapahit itu. Setelah baca ini, perlu gak ya, beli bukunya, hehe...
BalasHapusPerlu dunk, Bunda. Biar dapat informasi lebih banyak. Ini kan hanya sedikit :-)
Hapussamaan deh.. kita ngeresensi buku yg sama.. Sukses yaa, buat kita berdua.. hehe..
BalasHapusHihihi... Iya, Mbak. Good luck ya, Mbak :-)
HapusBaca buku tentang pendakian, tertarik mendaki juga ga? Mendaki gunung kawi di Balikpapan aja gimana? Hehehe.....
BalasHapusMendaki gunung kawi naik motor ya yang? :p
HapusBagusan mana sama altitude 3878 yan?
BalasHapusMasing2 punya kelebihan dan kekurangan, Mbak. Tapi bagusan altitude 3878 sih. hehehe....
HapusMakasih atas resensinya ya sist Hairi Yanti :-)
BalasHapusSaya barusan mereview buku ini juga sebagai penulisnya sendiri, berbagi beberapa unek-unek. Monggo dibaca di sini: http://azzura-dayana.blogspot.co.id/2016/01/menjawab-rengganis.html
Hai, Mbak Yana. terima kasih juga sudah mampir. Saya sudah mampir di tulisan Mbak Yana. Salut sama penulis seperti Mbak Yana. Sukses selalu, Mbak :-)
Hapus