Kalau kata Fatin dalam lagunya ada banyak cara Tuhan
menghadirkan cinta. Kalau kata penulis ada banyak cara Tuhan menghadirkan ide.
Saya setuju sekali. Terkadang ide muncul dari mana saja.
Jadi, saya mau cerita bagaimana ide-ide datang ke
saya. Karena saya sering sih merasa tidak punya ide. Huhuhu.... Dan jadilah
saya terkenang-kenang pada cerpen-cerpen anak yang berhasil saya tulis dan
kemudian berhasil dimuat. Mengenang sembari berpikir, kok bisa kemarin dapat
ide nulis gituan? Hihihihi...
Ide menulis cerita anak itu bisa dari :
1. Kejadian saat kita masih kecil.
2. Hasil mengamati apa yang dialami oleh anak-anak di
sekitar kita.
3. Pengalaman kita saat dewasa kemudian dieksekusi
menjadi cerita anak-anak dengan tokoh anak-anak.
4. Sebuah pesan atau quote yang membekas dalam ingatan kita.
5. Perenungan.
6. Mengikuti Kelas Menulis.
7. Perpaduan dari semuanya.
Untuk poin
pertama seperti dalam cerita saya di Kacamata
Pak Rusdi. Itu berdasarkan ingatan akan masa sekolah SD dulu. Kenangan akan
seorang Guru yang sangat sabar dan tak pernah saya lihat beliau marah walau
kami sekelas nakal dan bandel.
Cerpen Gara-gara
Papa juga pengalaman saya. Waktu ingin liburan, kemudian tidak jadi saya
sedih dan sebal. Seiring berjalannya waktu saya tau gagalnya liburan itu adalah
kondisi yang terbaik untuk saya.
Poin
kedua, hasil mengamati anak-anak di sekeliling kita, ini terjadi di
cerpen saya yang berjudul Tarian Aya.
Itu adalah kejadian yang menimpa adek sepupu saya. Nama tokohnya pun tak saya
ubah. Hanya saja ending cerita yang saya ubah agar lebih mengandung hikmah buat
pembaca.
Aroma
Kopi Ayah juga, lagi-lagi dari sepupu kecil saya yang bernama Aya plus
pengalaman saya sendiri. Aya pernah menyeruput kopi yang saya minum dan mamanya
bilang dia tidak bisa tidur sampai jam 12 malam. Saya juga terkadang bisa susah
tidur kalau minum kopi.
Poin
ketiga, ini sering nih saya pakai. Karena beberapa masalah orang
dewasa juga relevan dengan anak-anak. Beberapa sih tidak semua. Seperti cerpen
saya yang berjudul Misteri Uang Niken.
Cerpen itu idenya dari mama saya yang kehilangan uang
di dompet. Kebetulan saat itu ada yang masuk ke dalam rumah. Menjadi curiga
tapi kemudian kecurigaan itu terbantahkan dengan abah yang mengaku memakai uang
di dompet mama. Merasa cerita itu menarik, saya mengambilnya menjadi ide
cerpen.
Poin
keempat, ini juga menarik. Ada enggak sih quote atau pesan yang begitu membekas dalam ingatan kita? Saya suka
sekali dengan perkataan Ali bin Abi Thalib yang berbunyi Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya. Itu lah yang menjadi ide cerpen
saya yang berjudul Kue Lempeng Nenek.
Dipadukan dengan pengalaman saya yang suka lupa dengan resep.
Saya juga suka dengan quote mbak Shabrina WS yang berbunyi Kalah itu Perlu agar kau tau dunia bukan milikmu. Itu juga saya
bikin cerpen dari sana. Tapiii... Belum bisa cerita terlalu banyak karena
cerpennya masih berjuang di satu media. Semoga segera membawa kabar baik :D
Poin
kelima, perenungan. Duilee... Bahasanya serius amat ya Kue Istimewa.
Jadi begini hasil mengamati sekitat saya sering melihat sebuah kenyataan kalau
seseorang yang sebelumnya tidak bisa apa-apa bisa menjadi lebih bisa dari yang
ahli kalau dia terus berlatih dan belajar. Sementara yang ahli jika tak giat
melatih diri bisa jadi ketinggalan dari yang sebelumnya tak bisa apa-apa itu.
Hal itulah yang menjadi ide cerita dari cerpen yang berjudul
Untuk poin
keenam, ini biasanya melahirkan ide yang tak disangka-sangka. Biasanya di
kelas menulis disebutkan ide atau ada gambar yang memancing ide. Nah... Bisa
jadi dari situ justru keluar ide yang tak pernah kita duga sebelumnya.
Seperti cerpen saya yang dimuat di Kompas Anak yang
berjudul Lari, Rheina! Cerpen tersebut dari kelas menulis yang dipandu oleh
Mbak Nurhayati Pujiastuti. Beliau memberikan beberapa gambar untuk panduan.
Idenya dari situ. Atau dari kelas mingguan di PT yang waktu itu salah satu
clue-nya adalah Gula. Maka kemudian jadilah Protes si Gula Manis.
Poin yang terakhir yaitu perpaduan beberapa poin atau
perpaduan semuanya. Seperti cerpen Kue Lempeng Nenek itu perpaduan dari quote yang saya suka dengan pengalaman
saya di masa dewasa. Di mana saya suka lupa dengan resep-resep masakan padahal
pernah memasaknya dengan Mama di rumah. Jadiii... Solusinya adalah ditulis di
blog. Karena saya bisa berpindah-pindah tempat, kadang di Kaltim, kadang di
Kalsel. Solusinya adalah menyimpan secara digital.
Itu hanya beberapa sih ya sumber ide yang saya
sebutkan. Kalau mau di-list
sebenarnya banyaaaak sekali hal-hal yang bisa memancing ide. Kenangan, lagu,
peristiwa, secuplik berita, dll. Tinggal kitanya yang harus lebih peka untuk
'membaca'. Kita? Saya aja kaliii... Huhuhu...
Tertanda,
Seseorang yang galau mencari ide.
Nice post, Mba. Jadi nambah-nambah ide saya untuk nulis cernak :)
BalasHapusMakasiiih. Iya nih saya juga lagi nyari ide buat nulis cernak :D
Hapuswuihhh keren banget mak :) saya suka pusing duluan mau bikin cernak, soalnya takut bahasanya gak nyampe buat anak-anak :(((
BalasHapusSaya juga pernah merasakan hal itu, Mbak. Tapi dicoba aja dan dikirim. Ternyata dimuat. Eh, saya ikut kelas menulis juga sih :D
Hapusnice, makasih sharingnya
BalasHapusSama2, Mbak :-)
Hapusdraft cerpen saya kebanyakan bertema anak-anak, tapi cara bertutur saya kurang nge pas kayaknya, terlalu bertele-tele
BalasHapusBisa dibaca cerpen2 yang dimuat di Bobo atau Kompas anak atau media lainnya, Mbak. Jadi dibandingin sudah ditulis dengan yang sudah disaring redaksi :-)
Hapuswaaah keren mba cerpen2 anaknya...bahkan idenya bisa berasal dr hal yang sederehana yaa. cerita anak itu kayaknya beda ya cara penyajiannya dengan cerpen biasa. ceritanya simpel sederhana, bahasanya juga...tp kenapa jadi mengena banget malahan
BalasHapusSaya juga masih belajar, Mbak. Iya, kalau cerpen anak karena untuk anak-anak memang bahasanya lebih simpel dan langsung to the point ke masalah serta penyelesaiannya :-)
Hapuskeren mak
BalasHapusAlhamdulillah. Belum keren, Mbak Inna. Masih belajar saya :-)
HapusSip, belajar lagi biar nambah idenya
BalasHapus