Bulan berganti bulan, sesuatu yang dulunya menjadi mimpi bisa
jadi telah berubah menjadi kenyataan. Seperti sebuah film yang dulu diharapkan
kehadirannya kini telah tayang di bioskop-bioskop tanah air. Film yang berjudul
Ketika Mas Gagah Pergi.
Sumber : |
Saya masih ingat saat dulu Mbak Helvy Tiana Rosa selaku
penulis cerpen Ketika Mas Gagah Pergi mengadakan acara di Balikpapan. Saya ogah
datang. Saya enggan untuk berhadir. Karena saya tak pernah merasa ingin dan
perlu untuk mendukung film Ketika Mas Gagah Pergi.
Banyak hal yang
berkecamuk dalam pemikiran saya saat mendengar adanya penggalangan dana untuk
film tersebut. Seperti dari sekian banyak karya islami mengapa Mas Gagah yang
diperjuangkan difilmkan sampai harus menggalang dana? Lebih banyak mana manfaat
atau mudharatnya dengan memperjuangkan Mas Gagah sampai harus menggalang dana?
Apa tidak ada
kegiatan dakwah lain yang bisa dilakukan dengan dana tersebut? Bikin sekolah kek, membuka lapangan pekerjaan kek. Kenapa uang bermilyar-milyar harus
dikumpulkan hanya untuk sebuah film? Demikian berambisikah penulisnya untuk
memfilmkan Mas Gagah hingga harus menggalang dana? Apa ingin seperti adek
beliau yang karyanya difilmkan, tapi berhubung tidak ada yang berminat
memfilmkan jadi harus digalang dana? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang memenuhi
pikiran saya.
Jadinya, jangankan
untuk mendukung film tersebut, untuk datang ke acaranya saja saya malas tak
terkira. Ketika pertanyaan-pertanyaan itu saya tuturkan di salah satu grup WA
yang saya ikuti dan kemudian teman-teman memberikan masukan apa saya harus
datang atau tidak, dan ketika saya datang teman-teman pun mengatakan saya
mendapatkan hidayah. Hahaaha….
Kemudian bagaimana saat saya datang?
Saya menyimak
penuturan Mbak HTR tentang impian beliau tentang film tersebut. Patungan buat
KMGP bukan karena tidak ada PH yang tidak mau memfilmkan KMGP. Bahkan untuk
saat itu, sudah ada tujuh PH yang melamar KMGP, juga ada seorang sutradara
ternama yang ingin menyutradai KMGP. Tapi semuanya ditolak Mbak Helvy. Itu
semua disebabkan karena ada idealisme-idealisme yang ingin dipertahankan Mbak
Helvy. Jika film Mas Gagah ditangani oleh PH-PH tersebut, Mbak Helvy takut
kalau idealisme itu meluntur. Ada hal-hal prinsipil yang akan berbenturan
dengan keinginan dan kepentingan pihak lain.
Mbak Helvy juga
bercerita beliau menangis saat menonton film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Suami beliau bertanya, apa Mbak Helvy sebegitu terharunya sampai terisak? Mbak
Helvy menjawab bukan. Mbak Helvy bilang membayangkan betapa sedihnya seandainya
Buya Hamka duduk menonton film yang diangkat dari novel yang beliau tulis,.
Buya Hamka seorang ulama besar dan kita lihat bagaimana filmnya? Oh bahkan
tokoh wanita di sana menggunakan tank top.
Mbak Helvy sedih
sekali melihatnya dan hal itu tidak ingin mbah Helvy alami. Karena mbak Helvy
masih hidup, maka beliau tidak ingin sedih melihat film dari cerita yang beliau
tulis. Mbak Helvy ingin mengawal film Mas Gagah agar bisa benar-benar sesuai
idealisme beliau dan memperkenalkan pada dunia bahwa seperti itulah film islami
yang sesungguhnya. Hal itu hanya bisa dicapai jika didanai dengan dana sendiri.
Hingga kita tidak tunduk pada industri yang membuat idealisme meluntur.
Lalu, bagaimana
setelah film itu berhasil difilmkan dan ditayangkan di bioskop-bioskop tanah
air?
Yuk, kita tonton film
tersebut. Sudah mulai tayang pada 21 Januari 2016 kemarin. Mumpung besok weekend ayo menjawab rasa penasaran
terhadap film yang islami. Sebelumnya mari lihat trailer dari film tersebut.
Yuk kita pesan tiket dan kopinya..
BalasHapusPopcorn juga dunk :p
HapusAhay penasaran abis
BalasHapusSabar ya mbak Naqiy ;-)
Hapusmusti dijadwalkan ni nonton pilem ini, terimakasih sharingnya :)
BalasHapusSama-sama. Semoga udah nonton filmnya :-)
Hapuswahh, tayangnya sejak kemarin yah Mbak :)
BalasHapusmudah-mudahan bisa nonton kebetulan di daerah saya baru ada bioskopnya, hehe :)
Iya, Mbak Irawati. Sudah nonton ga, Mbak?
Hapusiya mak.. bener, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck failed banget.. sempet liat trailer aktingnya.. hadeeeeuhhhh sinetron pisan..
BalasHapusSettingnya juga ga terlihat seperti zaman dulu, Mbak. Mewah banget...
HapusNovelnya dulu sukses bikin nangis, jaman masih SMA skrg udah tua..haha
BalasHapusSemoga filmnya sekeren novelnya
Aamiin... Saya lupa2 ingat sama cerpennya, Mbak. Udah beli bukunya tapi belum baca :D
Hapuspingin nonton, soalnya dulu novelnya aku baca
BalasHapusAyo nonton, Mbak :D
HapusMana review filmnya?
BalasHapusBeloooom :p
HapusMasyaallah keren sekali.. idealisme memang prinsip yang harus dipegang teguh, salut bisa bikin film pakai artis top tapi dengan dana sendiri :)
BalasHapusartis topnya jadi cameo aja, Mbak. Iya. Salut dengan perjuangannya mbak HTR dan rekan2 :D
HapusMemang layak diacungi jempol Mbak Bunda Helvy. Saya mendukung idealismenya. Semoga bisa bikin film yang bagus lagi dan lagi setelah KMGP.
BalasHapusMenanti KMGP 2 ya pak. Bukan rahasia lagi endingnya. Hehehe... Saya batal ikut lombanya. Hiks.
HapusKMGP 2 kapan ya munculnya :D hehe
BalasHapus