Pertengahan
minggu kemarin, saya mendapatkan sebuah kabar lara. Sebuah kabar yang membuat
semua rencana berubah. Sehingga saya harus menempuh sebuah perjalanan dadakan
dan sendirian. Itulah pertama kalinya saya menginap di sebuah hotel sendirian,
pun pergi ke bandara sendirian.
Selama ini naik pesawat sendiri sih udah sering,
tapi ke bandaranya selalu diantar. Bagi orang lain mungkin hal itu sudah biasa
di usia seperti saya. Tapi, bagi saya itu adalah pengalaman pertama. Hehehe….
Suka ilustrasinya ^^ |
Segala rencana yang berubah itu
mengingatkan saya pada cerpen saya yang judulnya Gara-gara Papa. Cerpen
tersebut sudah dimuat di Majalah Bobo. Di sana saya juga menyelipkan pesan
tentang sesuatu yang kita inginkan terjadi tapi tidak terjadi bisa jadi itu adalah
kondisi terbaik untuk kita. Seperti yang difirmankan olehNya :
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Cerita di balik layar cerpen
tersebut bisa dibaca di sini. Untuk merayakan pengalaman pertama saya itu, maka
saya posting cerpen Gara-gara Papa. Happy Reading ^_^
Dimuat di Majalah Bobo Edisi 32 Terbit 12 Novembe 2015
Gara-gara
Papa
Oleh : Hairi Yanti
Hari
sudah malam tapi Maya belum bisa tidur. Maya terus membayangkan esok hari. Maya
beserta papa dan mama akan mengunjungi rumah beruang madu. Beruang madu adalah maskot
kota tempat Maya tinggal. Maya tinggal di Balikpapan.
“Beruang
madu itu seperti Winnie the Pooh, Ma?” Maya bertanya lagi pada mama. Maya ingat
kalau Winnie the Pooh itu beruang
madu yang suka makan madu.
“Beruang
madu kan banyak gambarnya, Maya. Yang seperti itu nantinya ada di KWPLH itu.”
Maya mengangguk-angguk. Di Balikpapan memang sering sekali ada gambar beruang
madu. Tapi maya belum pernah melihatnya secara langsung.
KWPLH itu singkatan dari
Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup. Letaknya ada di kilo 23, jalan ke
arah Samarinda. Maya akan berlibur ke sana besok dengan papa dan mama. Maya
sudah tak sabar menanti hari esok tiba. Apalagi kata Tika yang sudah pernah ke
sana, udara di sana segar sekali. Banyak pepohonan hijau di sekitarnya. Juga
ada rumah kucing. Maya tambah bersemangat ingin ke sana.
“Apa kamera sudah diisi
baterainya, Ma?” Maya muncul lagi di hadapan mama. Maya ingin memotret beruang
madu besok.
“Sudah, Maya. Ayo cepat
tidur, jadi besok segar dan enggak ngantuk.” Maya mengangguk. Dia pun ke kamar,
berdoa dan tidur.
Esok harinya Maya bangun
dengan semangat. Hari ini adalah hari yang dinanti Maya sejak lama. Kata papa
mereka akan berangkat sekitar jam 8 pagi. Beruang madu akan diberi makan jam 9
pagi dan jam tiga sore. Ketika proses diberi makan itu bisa membuat para
pengunjung melihat beruang madu keluar dari tempat persembunyiannya untuk
makan.
Maya sudah siap untuk
sarapan. Tapi hanya mama yang menyuguhkan nasi goreng di ruang makan.
“Papa sudah sarapan, Ma?”
Maya menyendok nasi goreng dan menyuapnya. Tidak ada jawaban dari mama. Maya
melirik mama yang sedang mencuci piring. Mungkin mama membereskan dapur dulu
sebelum mereka berangkat.
“Papa sudah siap, Ma? Kita
berangkat jam 8, kan?” Kata Maya lagi setelah menyelesaikan sarapannya. Mama
duduk di samping Maya.
“Maya, ke rumah beruang
madunya kita tunda, ya.” Mama berkata sambil mengelus rambut Maya. Maya kaget
mendengarnya.
“Kenapa ditunda, Ma?’Maya
langsung bertanya.
“Papa ada operasi penting.
Kan tugas Papa menolong pasien, May. Ini kondisi darurat. Kalau enggak segera
dioperasi, pasiennya bisa bahaya. Jadi, Papa minta maaf ke Maya…” Maya sudah
tidak mendengarkan mama lagi. Maya berlari menuju kamarnya, langsung berbaring
di tempat tidurnya dan menangis.
Maya tahu tugas papa sebagai
dokter adalah menolong pasien. Tapi rencana liburan ini sudah sangat dinantikan
maya. Tadi malam Maya sampai bermimpi bertemu beruang madu saking penginnya
pergi ke sana. Gara-gara papa rencananya harus batal.
“Kita ke sana minggu depan
ya, May.” Mama sudah duduk di sisi tempat tidur Maya.
“Kita doakan semoga operasi
papa berhasil.” Mama menepuk pundak Maya. Maya mendengar langkah kaki mama yang
keluar dari kamar Maya. Maya tetap menggerutu kesal. Minggu depan kan 7 hari
lagi, itu masih lama. Maya ingin bilang ke mama kalau mereka bisa berangkat
sore hari nanti. Tapi Maya tahu setelah operasi papa pasti butuh istirahat.
Apalagi besok senin papa juga akan kembali bekerja. Maya kembali menangis dan
kemudian tertidur.
“Mayaaa…” Suara teriakan Mama
membuat Maya terbangun. Maya mengucek matanya dan melihat ke arah jendela. Di
luar hujan deras sekali. Maya mendengar lagi suara mama memanggilnya. Dia
bergegas menemui Mama.
“Gentengnya bocor, May.
Selamatkan buku-buku kamu. Nanti basah.” Mata Maya terbeliak melihat
tetes-tetes air di sekitar lemari bukunya. Mama menaruh ember dengan handuk di
dalamnya untuk menampung tetes-tetes air hujan yang bocor. Maya segera meraih
buku-bukunya. Bolak balik memindahkan buku-bukunya ke dalam kamar.
Hujan masih turun dengan
deras. Maya sudah selesai memindahkan buku-bukunya ke dalam kamar. Tempias air
hujan membasahi lemari buku Maya. Mama menaruh handuk juga di sekitar lemari.
Agar lemari tidak rusak kena air. Maya memandangi tetes-tetes air yang jatuh ke
ember sambil memikirkan kejadian hari ini.
Gara-gara papa ada operasi,
mereka batal pergi ke rumah beruang madu. Jadi, Maya bisa menyelematkan
buku-bukunya karena genteng yang bocor. Maya tidak bisa membayangkan kalau
buku-buku kesayangannya basah kena air.
Saat papa pulang, Maya
menyambut papa dengan senyum. Maya juga membikin teh hangat buat papa.
“Biar Papa tetap sehat jadi
minggu depan kita bisa ke rumah beruang madu.” Papa berterimakasih pada Maya.
Maya tersenyum, dia juga berterimakasih pada papa.
***
Baca juga : Cara mengirimkan cerpen ke Majalah Bobo
saya senang dengan pesan moral dari ceritanya, memang benar kadang yang kita inginkan belum tentu kita butuhkan dan sebaliknya seperti dalam cerita ini.
BalasHapusMakasiiih, Mb Meutia. Iyaa. Ini mengingatkan diri saya sendiri pesannya :-)
HapusMenulis cerita anak memang ga gampang ya Mbak. saya perhatikan bahasa dan pesannya bagus. Saya pernah nulis untuk media lokal, dan sukses ditolak. Ikut lomba cerpen bobo juga pernah tp nihil hehe...enak baca aja :)
BalasHapusSaya belum pernah ikut lomba cerpen Bobo, Pak :D
HapusIya, Pak. Kadang emang susah. Apalagi kalau lama ga nulis... Susah banget. Tapi bukan berarti tidak bisa :-)
Di tempat say sudah jarang ad majalah Bobo, jadi kepikiran langganan majalah bObo buat si kecil.. :)
BalasHapusWah... Tinggal di mana, Mbak? Saya tinggal di kota kecamatan jg susah dapat Bobo. Harus ke Balikpapan dulu :(
HapusMoga gak terulang yg seperti awal cerita itu ya..
BalasHapusIyaaaa.... Aamiin.. Ga enak ah sendirian :D
HapusSigkat, tapi pesannya kena banget, ya? ^^
BalasHapusMakasiiih, Mbak Anis :-)
HapusCeritanya bagus, tidak bertele-tele dan lugas, juga mengandung pesan moral yang bermanfaat sebagai pelajaran kita semua. Majalah Bobo itu sudah lama banget, dulu majalah kesukaan saya waktu kecil, sampai punya koleksi banyak.
BalasHapusTerima kasih yah,,,
Iya, sama. Saya juga suka dari kecil. Tapi waktu kecil ga leluasa membelinya. Harus hemat :-)
Hapusselamat saay, pengen jajal lagi nulis cerpen, kirim ke majalah...
BalasHapusWaduh saingan berat nih kalau mb Dedew kirim ke Bobo. Hehehe... Makasiiih, Mb Dedew :-)
Hapusanak2 cepet banget ya, baru merajuk eh udah baik semenit berikutnya :)
BalasHapusTapi kalau Maya di atas kan merajuknya setelah bobo siang, Tante ;-)
HapusDapat aja idenya nih...
BalasHapusKangen dapat ide lagi, Teh. Hihihi
HapusMembaca cerpen mba hairi selalu enak. Jangan anak2 mak2nya aja suka..
BalasHapusKarakter maya di sini kuat sekali.. suka..
Makasiiiih, Mbak Ira. Semoga anak2 suka sama cerpen sy. Iyaa.. Pengalaman Maya mirip pengalaman saya dulu :-) tapi abah sy bukan dokter. Hehehe...
HapusLama, nggak baca cerita anak mbak. Suka banget sama pesan penutupnya, meskipun serius susah banget nerapinnya. :(
BalasHapusIya ya mbak. Kadang perlu waktu yang lamaaaa buat kita mengambil hikmah dari satu kejadian ya :-)
HapusIya ya mbak. Kadang perlu waktu yang lamaaaa buat kita mengambil hikmah dari satu kejadian ya :-)
HapusHehehehe kaget namanya sama ;) aku sukaaaaa banget cerpen bobo! Thank u mbak cerpenmu jadi tmn menunggu pesawatku nih
BalasHapusHihihi... Namanya sama ya mbak Maya. Makasiiih, Mbak. Semoga lancar perjalanannya. Eh udah mendarat ya?
HapusKeren loh, aku pinjam cernaknya buat contoh belajar
BalasHapus