Indonesia
adalah negara yang luas, terbentang dari Sabang sampai Marauke. Negara seluas
Indonesia tentu punya kekayaan budaya yang melimpah ruah. Jangankan antar
pulau, antar kota yang masih dalam satu provinsi saja bisa mempunyai budaya
yang berbeda.
Pada
saat Bali ditetapkan sebagai destinasi wisata kuliner, Gubernur Bali, I Made
Mangku Pastika mengatakan kalau salah satu aspek budaya adalah kuliner, di
samping seni rupa, tari, dan suara. Kuliner adalah cerminan budaya, adat suatu
bangsa yang ditandai bagaimana cara masak, apa bahan makanan, bagaimana cara
makannya. (Sumber : Surabayaonline.co , 2016)
Bicara
tentang kuliner sebagai bagian dari budaya bangsa adalah pembicaraan yang tak
habis-habis. Indonesia kaya akan beragam macam kuliner Nusantara. Sebut saja
salah satunya soto. Soto yang ada di Indonesia tidak hanya satu jenis, tapi
beragam jenis sesuai daerah masing-masing. Dari ibukota negara kita mengenal
soto Betawi, dari tanah Jawa kita tahu ada soto Lamongan, dari Kalimantan Selatan
tentu saja ada soto Banjar yang menjadi andalan kuliner Kalimantan Selatan.
Soto Banjar |
Pernah
mendengar mie bancir? Mie bancir adalah olahan mie yang mirip dengan soto Banjar
karena memakai bahan dari soto Banjar kecuali ketupat. Kuah kaldu untuk soto Banjar
digunakan untuk memasak mie. Taburan di atasnya pun seperti soto Banjar, ada
ayam suwir, irisan telur, dan bawang goreng. Bancir adalah bahasa Banjar yang
artinya banci. Disebut mie bancir karena kuliner yang satu ini bukan mie
goreng, juga bukan mie kuah. Mie bancir adalah olahan mie yang mirip mie goreng
tapi masih ada kuahnya sedikit.
Mie Bancir Agus Sasirangan |
Namun,
kuliner Kalimantan Selatan atau kuliner Banjar bukan hanya soto dan mie bancir.
Ada banyak sekali ragam kuliner khas yang dapat dinikmati dari tanah
Kalimantan. Ikan-ikan sungai yang mudah ditemui di Kalimantan Selatam termasuk
ragam kuliner khas Banjar. Sebut saja ikan haruan dan ikan papuyu. Di beberapa
rumah makan di Kalimantan Selatan menempatkan ikan-ikan tersebut sebagai menu
andalan mereka.
Dua
jenis ikan tersebut bisa diolah menjadi beragam masakan. Ikan haruan misalkan,
bisa menjadi pelengkap kuliner khas dari kota Kandangan, yaitu Ketupat
Kandangan. Tak lengkap rasanya menyantap ketupat Kandangan tanpa ikan haruan.
Ketupat Kandangan |
Sedangkan ikan papuyu, digoreng atau dibakar sama lezatnya. Ikan air tawar
dengan daging yang manis itu jika dibakar dinamakan papupu baubar (papuyu
bakar). Papuyu baubar adalah sebuah sajian yang sangat lezat. Jangan lewatkan
untuk mencicipinya ketika berkunjung ke Kalimantan Selatan.
Papuyu Bakar |
Ikan
yang diawetkan agar tahan lama juga menjadi andalan kuliner tanah air. Di
Kalimantan Selatan, pengawetan makanan tak hanya dalam bentuk ikan asin. Di
Barabai, salah satu kota kabupaten di Kalimantan Selatan dikenal dengan salah
satu kuliner khasnya berupa pakasam. Pakasam adalah ikan yang diawetkan dengan
digarami kemudian dicampur dengan samu.
Pakasam di Pasar Barabai |
Apa itu samu?
Samu adalah
beras yang ditumbuk kemudian disangrai sampai kering. Samu ini kemudian
dicampur dengan ikan sehingga ikan yang diawetkan ini tidak hanya berasa asin
tapi juga masam. Masam yang enak tentunya yang membuat pakasam diminati oleh
warga Kalsel. Penjual pakasam banyak dijumpai di pasar Barabai. Pakasam yang
digoreng dengan bawang merah dan putih serta cabe besar adalah sajian yang siap
menggoyangkan lidah para penikmatnya.
Mandai |
Tak
hanya ikan, nenek moyang kita dulu juga menemukan alternatif lauk pengganti
selain ikan yang kelezatannya juga tak terkalahkan. Salah satunya mandai. Buah
cempedak yang banyak tersebar di Kalimantan tak hanya dinikmati buahnya saja,
kulitnya pun dijadikan olahan yang disebut mandai. Mandai ini bisa diawetkan
dengan menggunakan garam dan tahan hingga berbulan-bulan. Maka, ketika musim
cempedak tiba para penggemar mandai ini memburu buah cempedak untuk dimakan
buahnya dan kulitnya dijadikan mandai. Mandai adalah warisan budaya leluhur
yang sangat berharga.
Mandai |
Selain
mandai, buah tarap juga bisa dijadikan olahan makanan sebagai pengganti lauk.
Jaruk tarap biasa ia disebut. Buah tarap yang masih muda diawetkan sedemikian
rupa. Bisa juga dicampur dengan samu atau beras yang ditumbuk kemudian
disangrai. Untuk para penggemar mandai dan jaruk tarap, kelezatan makan kedua
kuliner ini dengan nasi yang hangat adalah cara ampuh untuk menggagalkan diet
jika sedang berdiet.
Jaruk Tarap |
Selain
ikan dan olahan tumbuhan yang dijadikan lauk, kue juga bagian kuliner yang tak
boleh dilewatkan untuk dicicipi saat berkunjung ke satu daerah termasuk
Kalimantan Selatan. Di daerah saya ada satu kue yang terkenal bernama ipau. Kue
ini memang banyak dijual saat bulan Ramadan. Namun sekarang, juga ada yang
menjualnya di luar bulan Ramadan.
Dalam kue ipau
ada pengaruh timur tengah di dalamnya. Konon, kue ini memang diperkenalkan
pertama kali dari kampung Arab di Banjarmasin. Ada sentuhan bumbu kari dalam
daging yang menjadi pelengkap kue ipau. Kue ipau ada beberapa jenis, ada kue
ipau berlapis-lapis dengan isian di setiap lapisan, juga kue ipau yang
bentuknya seperti lumpia dan disiram dengan saos santan. Keduanya punya rasa
yang lezat.
Ipau Siram |
Uniknya, di
Barabai kue ini lebih dikenal dengan nama pizza dibanding nama aslinya ipau.
Disebut pizza karena biasanya bentuknya lingkaran dengan toping yang ada di atasnya.
Padahal kalau dilihat, ipau lebih mirip lasagna daripada pizza karena walaupun
ada toping di atasnya tapi bentuknya berlapis-lapis seperti lasagna.
Selain yang
saya sebut di atas, tentu saja masih banyaak sekali kuliner khas Kalimantan
Selatan yang menjadi bagian dari budaya Kalimantan khususnya, dan Indonesia
secara luas. Ada apam barabai, kacang jaruk, kue lam, dodol kandangan, wadai
bingka, roti pisang, puracit, kikicak, balik kuhay, paisan patin, tiwadak
baparung, dan masih banyak lagi. Setiap wisatawan datang ke suatu daerah,
mereka juga tentunya ingin menikmati makanan khas suatu daerah tersebut. Bagi
penduduk daerah tersebut, kuliner khas dari kampung halaman adalah sesuatu yang
kerap dirindukan ketika pergi jauh. Tak hanya hati yang bisa merindu, lidah pun
juga kerap diterjang rasa kangen.
Sekarang
banyak media untuk menyampaikan kepada masyarakat Indonesia tentang kuliner
daerah masing-masing. Media sosial adalah cara ampuh buat menyentuh banyak mata
jika ingin memperkenalkan kuliner khas suatu daerah. Selain lewat media sosial,
saya juga ingin memperkenalkan kuliner daerah saya pada anak-anak Indonesia
lewat cerita. Maka, saya menulis tentang beberapa kuliner daerah dalam cerpen
yang kemudian dimuat oleh satu majalah anak-anak yang beredar secara nasional.
Saya bercerita
tentang mandai, si kulit cempedak dalam cerpen yang berjudul Mandai, si Kulit
Cempedak.
Cerpen tentang Mandai di Majalah Bobo |
Saya juga menceritakan tentang kuliner khas dari kampung halaman
suami saya, Balikpapan. Pada cerpen tersebut, saya bercerita tentang pisang
gapit. Pisang yang dijepit, kemudian dibakar, dan disiram dengan kuah manis
yang lezat.
Cerpen Pisang Gapit di Majalah Bobo |
Dengan adanya
cerpen-cerpen tersebut saya ingin memperkenalkan pada anak-anak Indonesia
kuliner-kuliner Kalimantan yang mungkin selama ini belum mereka tahu. Semoga
anak-anak menyadari kalau banyak sekali kekayaan budaya kuliner yang dimiliki
oleh negeri ini. Semuanya bukan untuk diadu yang mana yang lebih lezat, tapi
untuk dinikmati sebagai bagian dari kekayaan budaya nusantara.
Apa kuliner
khas dari daerah kamu? Yuk, saling berbagi cerita untuk menambah wawasan akan
kekayaan budaya kuliner Indonesia.
Moga menang yee.. Terus bikin cerpen juga yee..
BalasHapusHahahaha... Aduh laki sayang. Ngingetin bikin cerpen mulu :p
HapusMasih santai-santai ini :p
Wah keren mbak.
BalasHapusFoto-foto makanannya juga sangat menggoda selera.
Penasaran dengan ipau :)
Makasiiih, Mbak Lianny. Dokumentasi pribadi semua fotonya karena saya suka makan. Ipau memang lezat, Mbak :D
Hapuskenapa sih maya yang dibuka yang isinya makanan semua hahahahahaha
BalasHapusHihihi.... Mari makan, Mbak :D
HapusWaah keren sudah masuk majalah Bobo...saya ditolak mulu hihihi
BalasHapusCoba lagi, Mbak :D
Hapusjam segini liat makanan..bikin laperrrrrr.....
BalasHapusBagus artikelnya mbak...sangat informatif...saya juga masih belajar bangun blog kuliner.Thnks ya mbak
BalasHapus