Ada
yang bertanya kepada saya tentang apa rahasia supaya cerpen dimuat di majalah Bobo? Pertanyaan yang
bikin bingung karena pada dasarnya memang tidak ada rahasia-rahasiaan. Tapi
tidak apa-apa deh. Supaya seru, anggap saja ini rahasia, ya. Jangan bilang
siapa-siapa. Hihihi...
1.
Membeli
majalah Bobo dan melahap semua cerpen dan dongeng yang ada di sana.
Ketika saya ingin menembus majalah Bobo
dikasih tips begitu loh. Bukan ayo nulis dulu. Tapi beli beberapa edisi majalah
Bobo. Kalau tidak bisa beli yang baru, beli aja edisi bekas, begitu pesan Uni
Dian Onasis. Mbak Nurhayati Pujiastuti dan Mas Bambang irwanto pun bilang
begitu. Dengan membaca majalahnya kita bisa mengenali karakter majalah
tersebut. Bisa mempelajari bagaimana cerita yang diinginkan redaksi.
Dengan membaca majalah Bobo, kita juga bisa
melihat bagaimana pembukaan cerpen, konflik yang bergulir, hingga ending pada
cerpen tersebut. Duluuu... Saya membeli 3 atau 4 edisi langsung. Di Gramedia
Balikpapan biasanya ada beberapa edisi Bobo. Karena tidak ketemu bekas, akhirnya saya beli di Gramed. Agak ragu pada
awalnya, tapi suami mendorong saya untuk membelinya. Alhamdulillah... Sekarang
balik modal berlipat-lipat setelah membeli beberapa edisi untuk belajar.
2.
Jika
tulisan yang dikirim tak kunjung dimuat, cari apa kekurangannya?
Akhir tahun 2013, saya mengirimkan 5 cerpen
ke Bobo. 3 cerpen dimuat, 2 yang tidak dimuat. Saya pun membaca ulang cerpen
yang tidak dimuat dan ternyataaaa.... Saya salah membidik usia pembaca dan usia
tokoh.
Dalam ketentuan majalah Bobo disebutkan
kalau masalah cocok untuk anak-anak SD. Sedangkan cerita saya cocoknya
untuk anak TK. Hihihi... Saya nulis tentang anak yang belum
bisa membaca. Pantas saja tidak dimuat. Jadi mempelajari tulisan yang sudah
dimuat itu pentiiing sekali.
3.
Jika
tulisan dimuat, pelajari apa kelebihannya.
Masih sama dengan poin kedua. Ketika tiga
cerpen saya dimuat di akhir tahun 2014, yaitu Kacamata Pak Rusdi, Tarian Aya,
dan Kue Istimewa. Saya pelajari lagi ketiga cerpen tersebut. Saya menyimpulkan
kelebihan cerpen itu adalah ada nilai pelajaran yang bisa diambil dari
ceritanya. Berdasarkan hal tersebut, saya mengusahakan ada nilai kebaikan dalam
cerpen yang saya tulis. Atau bahasa mudahnya ada pesan moral.
Kemudian ketika cerpen saya yang ada unsur
kedaerahan atau lokalitas dimuat, saya pun mencoba mencari hal-hal yang
berkaitan dengan kedaerahan yang bisa saya jadikan cerita. Tapi, tentu saja
sambil mencari hal lain untuk menjadi ide yang unik juga. Tidak berkutat di situ-situ saja idenya.
Bagaimana kalau belum pernah dimuat?
Gampang... Pelajari aja yang sudah dimuat, walau bukan karya kita. Hehehe...
Kembali ke poin satu ya, beli majalah Bobo. Sampai sekarang saya masih sering membaca cerpen-cerpen
di Bobo. Banyak cerpen yang wow, yang bikin saya minder. Tapi dari situ saya
belajar.
4.
Membaca,
Mempelajari, dan Mempraktikkan Tips dari Nenek
Di Majalah Bobo ada rubrik Klinik
Cerita yaitu serial belajar mengarang cerita bersama nenek. Artikelnya tidak
panjang. Singkat saja. Hanya setengah halaman. Tapi tips-tips di sana layak
kita perhatikan jika ingin menembus Majalah Bobo.
Mengapa? Karena saya beranggapan apa yang
disampaikan nenek adalah suara redaksi. Apa yang dikemukakan nenek adalah
keinginan redaksi. Nenek berkata cerita yang baik seperti ini dan seperti itu,
ikuti saja tips nenek tersebut. Seperti saat nenek bilang berpikirlah dari
sudut pandang pembaca, hal yang biasa kita temui, bisa jadi buat pembaca itu
bukan hal yang biasa. Tips itulah yang mendorong saya menulis cerpen Mandai, siKulit Cempedak.
Ketinggalan tips-tips nenek di majalah Bobo
yang sudah lama terbit? Tenaaang... Kita bisa mengaksesnya di link ini.
5.
Mengikuti
Ketentuan dan Syarat dari Majalah Bobo
Syarat dan ketentuan mengirimkan cerpen ke
Majalah Bobo pernah saya tuliskan di sini. Jika mau membaca dari sumber
pertamanya, sila klik link fanpage Majalah Bobo di sini. Atau saat membeli
majalah Bobo di rubrik Apa Kabar, Bo? Ada woro-woro tentang pengiriman cerita.
Ini woro-woro di Majalah Bobo |
Semua hal harus diikuti. Bobo mensyaratkan
cerpen 600-700 kata untuk cerpen dua halaman dan 250-300 kata untuk cerpen satu
halaman. Ikuti saja ketentuan tersebut. Jangan kemudian kita malah mengirimkan
cerpen hanya 50 kata atau malah kepanjangan jadi 1000 kata.
Di majalah Bobo disebutkan kalau tulislah
biodata di bagian bawah setiap cerita. Turuti saja seperti itu. Setiap satu cerita,
di bawahnya ditulis data diri kita berupa nama lengkap, jenis kelamin, tempat
tanggal lahir, alamat rumah lengkap, nomor hape, email, nomor rekening, nomor
KTP dan NPWP (bila ada). Jangan menuliskan data diri ini di bagian terpisah
dari ceritanya. Khawatir Kakak redaksi susah mencari data diri kita kalau
dipisah-pisah.
6.
Mulai
Menulis
Sesungguhnya poin satu sampai lima di atas
tidak bisa membuat tulisan kita dimuat di Majalah Bobo kalau kita tidak memulai
untuk menuliskannya. Yuk ah, mulai menulis.
7.
Mengirimkannya
ke Majalah Bobo
Dan poin satu sampai enam juga tidak akan
membuat tulisan kita dimuat di Majalah Bobo kalau kita tidak mengirimkannya.
Mengirim juga perlu diperhatikan. Di jagad dunia maya beredar alamat email
untuk Bobo adalah bobonet itu. Padahal alamat yang sebenarnya untuk mengirim
naskah bukan itu, tapi naskahbobo@gramedia-majalah.com
Alamat email itu bukan alamat rahasia
lho... Alamat email itu tercantum di majalah Bobo. Coba saja beli majalahnya
dan buka rubrik Apa Kabar, Bo? Di bagian bawah, ada tulisan seperti ini.
Jadiiii... Itulah 7 (hal yang sebut saja) Rahasia untuk menembus
majalah Bobo yang bisa saya sampaikan. Sampai jumpa di rahasia berikutnya
(jikalau ada). Hihihi...
nah itu, yg point utama aku blm tuh mbk, bisanya cm baca2 cerpen blogger yg prnh dimuat di bobo, slh satunya baca cerpen dikau mbk..
BalasHapustengkiu tipsnya yak, kudu banyak belajar lagi nih daku.
Iya, Mak. Kalau baca di blog2 aja sensasinya beda. Dan kita jadi terpaku sama satu atau dua penulis aja. Kalau di majalah langsung lebih banyak variasinya :D
HapusSama2 belajar kita ;-)
Mantap..makasih tipsnya.. Padat dan lugas..mudah dipahami.. Aku ijin ngeshare artikel ini boleh ya Mba..
BalasHapusSilakan, Mbak Rita. Dengan senang hati :-) makasih ya, Mbak :-)
HapusBoleh cerita fantasi gak?
BalasHapusBoleh, Yang. Masuknya ke dongeng. Nanti baca2 cerpen Bobo di rumah yaa :-)
HapusAku kena no 5 hiks
BalasHapusPukpuk, Mbak Naqiy. Coba lagi :-)
Hapuskeren tipsnya yan
BalasHapusAiih, makasiiih, Mbak Lyta... :-)
Hapuskalau aku lebih suka menulis biodata di file terpisah sebenarnya, he he. soalnya biar lebih rapi gitu. jadi aturan yg harus ditulis di bawah cerita itu barusan aja aku tahunya :D
BalasHapusJadi mb Lia di file terpisah ya? Berarti ga terlalu masalah ya mbak. Karena cerpen mb Lia kan juga ada yg dimuat :D
HapusSy selalu di bawah cerita atau tulisan, Mbak. Kirim ke mana aja selalu gitu. Kecuali untuk lomba yg mensyaratkan biodata terpisah :-)
Terima kasih mau berbagi rahasia, Mbak Hairi Yanti :) Bermanfaat banget, nih! Sukses selalu yaaa ...
BalasHapusHehehe.. Mbak Rara.. Ini rahasia yang bukan rahasia sebenarnya. Kan udah sering dikasih tau kakak2 penulis lainnya. Sama2, Mb Rara. Sukses jg buat Mb Rara :-)
HapusTipsnya mantep nih, Mbak.
BalasHapusaku pernah kirim cerpen ke Bobo tapi belum pernah dimuat.
semoga nanti ada kesempatan praktekkin tips ini biar cerpennya dimuat deh :D
Terima kasih, Mbak Mel. Yuk, mbak, dicoba lagi. Ini sih sebenarnya tips yang sudah sering beredar. Tapi anggap saja rahasia. hehehe...
HapusWah... jadi pengen coba. Kemarin sudah baca2 tips mbak, tp komentar gagal terus
BalasHapusSemoga bermanfaat ya, Mbak. Yang penting sabar menjalani prosesnya :D
HapusKalau gagal beli, sering mampir ke perpuskota mbak tuk melahap cerpennya. Tapi, entahlah saya gagal ide sepertinya
BalasHapusWaah... di perpuskota Balikpapan ada ya, Mbak? Dah lama banget ga main ke sana. Terakhir sptnya waktu ada bazar buku :D
Hapusjadi inget waktu SD, tulisan saya sering di muat di Bobo tahun 80an
BalasHapusWah keren, Bu Avy. Tahun 80an saya masih balita :-)
HapusSemoga selalu sukse Mba, saya jadi pengen belajar nulis cerpen hehhe.salam kenal mba ^^
BalasHapusSalam kenal juga, Mbak Herva. Yuk mbak. sama2 belajar. Saya juga masih belajar nih :D
HapusNoted, semoga bisa nulis cerpen lagi :D
BalasHapusMakasiiih, Mbak Ila, sudah mampir di sini :D
HapusWah..ada rahasia yang dibagi-bagi..^^
BalasHapusMakasiiih mba informasinya.. :)
Sama-sama, Mbak Arinta. Sebut saja ini rahasia, padahal sih tips ini udah sering dikatakan para senior. hehehe... Saya cuma mengulangnya aja berdasarkan pengalaman juga :D
HapusMasih ada kok Majalah Bobo. Terbit tiap hari Kamis :D
BalasHapusCerpenku pernah dimuat dimajalah Bobo judulnya Kincir Bianglala habis itu aku sibuk terus ngga sempat nulis cerpen lagi..pdhal kangen juga nulis lg
BalasHapusLl
Wah... Selamat ya. Judulnya bagus, Kincir Bianglala :D Iyaa. Sering kangen sama nulis ya kalau dah lama ga nulis. Yuk, kita nulis lagi :-)
HapusWaahh Bobo... Bobo majalah pertama aku nih Mba.. Gak pernah ketinggalan baca majalah ini dulu.
BalasHapusWaktu aku SMA, aku beberapa kali coba kirim cerpen ke majalah remaja. Tapi selalu di tolak. AKhirnya gak pernah lagi ngirim cerpen. Coba tau rahasia ini dari dulu.
Waktu SMA sy ngapain ya? Cuma nulis-nulis curhat di diary aja, Mbak. Hehhee.... Yang penting pelajari tulisan di media yang kita tuju ya. Saya juga baru tau beberapa tahun belakangan :-)
HapusWow, infonya keren banget! ^__^
BalasHapusTerima kasih, Mbak Aira :-)
Hapusinget waktu kecil duluuu..
BalasHapusdan waktu anakku masih kecil sukaa banget bacaa2 majalh bobo
makasih tips rahasianya Mak !
Sama-sama, Mak Nchie. Iya, Mak. Bahkan saya rasanya masih ingat aroma toko buku yang menjual Majalah Bobo waktu saya masih kecil dulu :-)
HapusMakasih tipsnya mba.. saya juga fans majalah bobo waktu kecil..
BalasHapusSama-sama, Mbak. Sesama fans Bobo ya :-)
Hapussaya bookmark tips2nya ya... siapa tau saya punya keberanian buat ngirim ke Majalah Bobo hehe... Makasih mba Yanti.. :)
BalasHapusSama-sama, Mbak Santi. Semoga bermanfaat ya :-)
Hapushuwaaaahhh, terima kasih mbaaak sudah berbagi rahasia *ketjup*
BalasHapus*ketjup balik*
HapusSama-sama, Mbak Orin :-)
Makasih ya Bu sarannya, saya jadi bisa memperbaiki tulisan-tulisan saya. Saya masih SMA, tapi lumayan senang dengan tulis-menulis. Ohiya, kalau saya boleh tau, cerpen Ibu yang berjudul Krayon Apri itu dikirim pada bulan apa, ya bu? Selamat karena sudah dimuat lagi ya buu cerpennya :)
BalasHapusHai, Nidya. Terus semangat ya. Krayon Apri saya kirim bulan Januari 2015. Perlu waktu 14 bulan sampai dimuat :-)
HapusTerima kasih ya, Nidya :-)
Makasih loh mbak artikelnya.aku baru baru aja punya minat nulis di bobo, belum ada ide nih.kalo bole tau, itu honornya dikirim berapa lama setelah diterbitkan ya mba? Dan apa kalo kita gatau cerpen kita terbit, kita gaakan dapet honor? Atau honor dikirim secara otomatis?
BalasHapusHonor dikirim biasanya setelah 2 minggu pemuatan, Mbak. Iyaa.. Otomatis kok masuk ke rekening kita. Di pemuatan pertama, biasanya ada konfirmasi dari pihak Bobo buat verifikasi data-data kita. Seperti nomor KTP dan nomor rekening, tapi hanya di pemuatan pertama :-)
HapusMba aku mo tanya, kalo misal cerpen kita dimuat lagi, kita bakal dikasih tau lagi ndak ya? Kalau ga, ntar kita dapet honornya gimana dong? Apa kalau kita ndak tau kita ndak dimuat, kita ga akan dapet honor kita? Atau honornya terkirim otomatis gitu?
BalasHapusHanya di pemuatan pertama biasanya kita dikasig tau, Mbak. Di pemuatan selanjutnya tidak lagi. Honor ditransfer langsung kok ke rekening kita :-)
Hapuslangsung ngacir ke link-link yang direkomendasikan.. keren euy! jadi mulai belajar bikin cernak. Semoga saya bisa mengikuti jejak mbak yanti *salim*
BalasHapusSemangat ya, Mbak Wiwid. Sama2 belajar kita *Salim balik :D
HapusSharingnya sangat bermanfaat Mbak, kebetulan istri saya lagi belajar2 nulis. Ya siapa tahu aja nanti bisa seperti Mbak kan? Amin Ya Allah...
BalasHapusSemoga bisa bermanfaat ya, Pak. Semoga bisa lebih baik dari saya. Aamiin. Salam buat istrinya ya, Pak :-)
HapusMakasih banyak, ya, Mbak, sarannya. Aku baru-baru ini kirim dua cerpen ke majalah Bobo, karena menulis biodata hanya yang ada di rubrik Apa Kabar, Bo? Aku jadi lupa cantumin no. Rekeningku. Gimana nih mbak...
BalasHapusTidak apa-apa kalau menurut saya, Mbak. Biasanya di pemuatan pertama pihak redaksi akan menelpon kita. Meminta konfirmasi nomor rekening kita. InsyaAllah honor tak akan ke mana-mana. Bobo amanah soal honor :-)
HapusWaktu kecil aku pelanggan setia bobo. Ketika anak2 kecil pun mereka juga pelanggan setia. Kalau nunggu dpt cucu baru langganan bobo lagi kelamaan kali ya? Heheee
BalasHapusHihihihi... Iya, Mbak. Kelamaan. Langganan sekarang aja ;-)
HapusMba mau tanya nih,kalau misalkan kirim cerpen ke bobo trus caranya kita tahu cerpen kita ditolak bagaimana ya?Apa ada email untuk cerpen tidak layak muat?Makasih :) ,udah baca cerpennya mba di blog ini bagus.*terpesona*kagum
BalasHapusTidak ada pemberitahuan, kak. Jadi ya gitu deh.. Sabar aja menanti :-)
Hapus