Hidup
adalah rangkaian memilih pilihan demi pilihan. Dari pilihan kecil hingga besar.
Sarapan pagi saja kita memilih, mau nasi kuning, nasi uduk, bubur ayam, atau
sarapan sehat buah ala food combining.
Pilihan dalam hal yang lebih besar? Tentu saja ada. Memilih menerima atau tidak
sebuah lamaran untuk menikah misalkan, ini termasuk pilihan yang besar karena
akan ada kehidupan baru yang akan kita hadapi setelahnya. Termasuk pilihan
besar adalah memilih menepi dari dunia kerja oleh seorang ibu pekerja seperti
Ira Guslina, selanjutnya saya panggil beliau Mbak Ira.
Menepi
dari dunia kerja, itulah istilah Mbak Ira karena beliau sendiri belum putus
hubungan sepenuhnya dengan tempat beliau bekerja. Status beliau sekarang adalah
pegawai non aktif. Non aktif karena mengambil cuti di luar tanggungan selama
dua tahun. Cuti di luar tanggungan ini beda tipis dengan resign karena sudah tidak terikat apa-apa lagi dengan kantor. Tidak
dapat gaji dan fasilitas apapun.
Bedanya
dengan resign, bila masa cuti dua
tahun berakhir bisa masuk kembali tanpa proses seleksi dan penerimaan ulang.
Namun, setelah melewati masa-masa di rumah bersama anak-anak, resign buat seorang Mbak Ira tinggal
menunggu waktu saja.
Saat masih bekerja dalam mengasuh anak-anak, Mbak Ira
dibantu oleh pengasuh yang bekerja dari pagi sampai Mbak Ira atau suami pulang
kerja. Pekerjaan Mbak Ira sendiri dulu normalnya dari pukul 10 pagi sampai 6
sore. Tapi kenyataannya sering over time
apalagi ditambah dengan kemacetan Jakarta yang merajalela sehingga baru sampai
di rumah pukul 8 atau 9 malam. Suami Mbak Ira juga punya beban pekerjaan yang
11 12 dengan Mbak Ira. Dengan load
pekerjaan yang tinggi itu, otomatis waktu bersama anak-anak hanya sebentar.
Paling lama hanya selama dua jam di malam hari karena sebelum bekerja sudah
sibuk dengan beragam hal seperti beberes, masak, dan bersiap-siap untuk
berangkat ngantor.
Tidak
ada masalah dengan pertumbuhan Bintang, sulung dari Mbak Ira. Tapi Mbak Ira dan
suami merasa ada yang kurang. Semakin sering mengikuti seminar, membaca, dan
berdiskusi tentang tumbuh kembang, semakin Mbak Ira merasa bersalah pada
Bintang. Beberapa hal itu juga membuat beliau semakin yakin bahwa jika ingin
memberikan yang terbaik, berikanlah yang terbaik.
Kegalauan
Mbak Ira semakin menjadi karena Mbak Ira tidak punya keluarga di Jakarta.
Keluarga Mbak Ira dan suami semuanya ada di Padang. Jadi, sehari-hari Bintang
hanya bersama pengasuh. Mbak Ira mengakui, kalau mungkin kegalauan yang ia
alami akan berbeda jika ada saudara / nenek / kakek ada yang membantu ‘melihat’
anak-anak saat beliau bekerja walaupun anak tetap diasuh oleh pengasuh.
Untuk meninggalkan dunia kerja, menurut Mbak Ira
tantangannya ada dua, yaitu ekonomi dan eksistensi. Sebelum memutuskan sebuah
keputusan besar itu, dua hal ini harus dikhatamkan dulu di hati masing-masing.
- Ekonomi
Dalam hal ini harus dihitung berapa pengeluaran yang harus
dikeluarkan ketika harus bekerja atau stay
at home mom. Kalau bekerja biaya buat pengasuh, buat playgroup, dan lain-lain. Ditambah lagi dengan perhitungan biaya
buat transportasi dan akomadasi sang ibu kala bekerja. Kalau hasilnya impas,
pertanyaannya lalu mengapa memilih bekerja. Apa yang dicari? (Setiap orang pasti
punya jawaban sendiri-sendiri)
Sedangkan kalau hasilnya ternyata lebih untung bekerja dan
masih ada sisa, coba pikir lanjutannya. Bila diasuh seorang pengasuh apakah
anak akan mendapatkan stimulasi yang tepat untuk merangsang kecerdasannya.
Kalau ternyata tidak maka kelak ibu akan keluar biaya buat les ini dan itu,
ataupun kursus bidang studi ini dan itu. Bandingkan bila ada ibu di rumah yang
bisa membimbingnya.
Tentu saja untuk poin ekonomi itu setiap orang punya
pertimbangan yang berbeda-beda, seperti ada keluarga yang ekonominya baru bisa
ditalang bersama suami dan istri. Hal ini pembahasannya beda lagi. Dan apa yang
diperhitungkan Mbak Ira hanya contoh kasus yang dialami dalam kehidupan Mbak
Ira. Sebab beliau yakin, kalau dengan saudara apalagi orangtua (kakek-nenek),
anak pasti mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan dari ibu dan ayah.
- Eksistensi
Tentang eksistensi ini silakan tentukan sendiri karena
setiap orang punya hal berbeda memaknai eksistensi. Buat Mbak Ira, eksistensi ibu adalah ketika ia berhasil
mengantar anaknya ke kehidupan yang lebih baik, mendampingi sampai anak siap
bertarung dan mencari eksistensi sendiri. Anak-anak harus mendapatkan
bagian itu minimal untuk 1000 hari pertama.
Jadi, jika selain hati dan mental, dua hal tersebut harus
dipertimbangkan betul-betul berdasarkan kebutuhan masing-masing. Jika yes, lanjut resign. Jika imbang atau 50:50 sebaiknya lanjutkan kerja karena
tidak baik memulai sesuatu setengah-setengah. Karena jika yang
setengah-setengah ini, maka setelah berhenti bekerja, dikhawatirkan malah
semakin galau sehingga waktu yang harusnya dihabiskan bersama anak-anak, justru
terpangkas oleh kegalauan diri sendiri.
Ada kalanya ketika seseorang wanita memutuskan untuk
resign, mereka merasa ada ‘jetlag’ dalam kehidupannya. Proses adaptasi dari
bekerja menjadi di rumah kadang tidak semudah yang dibayangkan. Tapi, Mbak Ira
tidak merasakan hal itu karena keinginan untuk berhenti sudah lama dan sudah
dinantikan sejak dulu. Dan lagi, beliau sudah mengkhatamkan hal-hal yang
menjadi pertimbangan itu, ekonomi dan eksistensi.
Kata
Mbak Ira, yang jetlag justru adalah orangtua beliau yang tidak yakin Mbak Ira
yang terbiasa aktif sejak SMA bisa tahan di rumah. Tapi ternyata Mbak Ira betah
karena ada dunia yang Mbak Ira tekuni sekarang, Dunia BiZa, Dunia Bintang Dan
Ziza atau Zizi, kedua buah hati Mbak Ira. Dunia Biza ini juga kemudian menjadi
nama buat blog Mbak Ira di mana salah satu pembahasannya adalah tentang Parenting bisa kita dapatkan di sana.
Menjadi
blogger sebenarnya belum terbayangkan oleh seorang Ira Guslina saat menepi dari
dunia kerja. Keinginan menepi dunia kerja semata karena memang ingin
mendedikasikan waktu buat anak-anak. Beliau tidak mengenal blogger, tidak
berpikir menulis lagi di blog walaupun sudah punya blog sejak tahun 2009.
Saat
masih bekerja, Mbak Ira jarang menyentuh media sosial apalagi blog karena di
dunia nyata sudah penuh dengan kesibukan. Waktu yang tersisa benar-benar
berharga dan digunakan Mbak Ira untuk family
time.
Namun,
setelah satu bulan di rumah, Mbak Ira merasa tetap harus ada media untuk
aktualisasi diri, agar tidak cepat menjadi pikun. Mbak Ira juga merasa
kelebihan energi. Secara fisik memang sudah banyak terpakai untuk menemani dua
anak dengan jarak umur yang berdekatan (selisih 18 bulan). Bintang yang masih
butuh perhatian dan sedang butuh pendampingan juga Zizi yang masih bayi. Tapi
di sisi lain, energi di otak masih full
karena terbiasa bekerja keras. Untunglah Mbak Ira kemudian menemukan
penyalurannya yaitu ngeblog dan medsos. Apalagi Mbak Ira suka sekali dengan
menulis, maka blog menjadi pilihan yang tepat.
Setelah
blog jadi dan menjadi blogger, Mbak Ira malah ketagihan karena ngeblog itu menyenangkan.
Apalagi setelah bergabung dengan komunitas dan bertemu banyak teman-teman baru.
Meski tidak berinteraksi dengan banyak orang secara langsung tapi masih bisa
terkoneksi dengan dunia lewat blog dan media sosial. Walaupun Mbak Ira mengaku
belum menemukan ritme yang pas untuk ngeblog karena siang menemani Bintang dan
Zizi bermain, sedangkan malam beristirahat.
Untuk event yang mengundang blogger, Mbak Ira
mengakui suka mendatanginya karena beliau suka ketemuan dengan orang-orang dan
suka aktualisasi diri. Tapi, sekarang semua itu dilakukan sebisanya saja karena
keluarga tetap menjadi prioritas utama beliau.
Untuk
para ibu yang dirumah mengurus buah hatinya dan masih galau, Mbak Ira bilang
jalani dengan senang karena nanti ibu itu sendiri akan menuai hasilnya. Mbak
Ira yakin sekali akan hal tersebut. Anak-anak akan menjadi seseorang dan
sebagai bonus akan ada banyak peluang yang bisa ibu raih dan ciptakan.
Itulah pilihan yang diambil oleh seorang Ira Guslina
dengan segala konsekuensi dan pertimbangan matang yang telah beliau lakukan.
Tentu saja setiap rumah tangga punya masalah dan tantangan yang berbeda-beda yang berpengaruh pada pilihan yang diambil oleh msing-masing keluarga.
Wahaa.. ditulis semua...:-)
BalasHapusTerima kasih mba ulasannya. Jadi self reminder bgt nih buat saya hari ini dan nanti2... ~^_^~
aaakkk..bikin envy..
BalasHapuspingin suatu saat bisa stay dirumah..ngurus keluarga dan blog tetap jalan... happy banget bisa fulltime ngurus suami anak..
Aku juga memilih menjadi ibu rumah tangga full time. Smile emoticon... Cling
BalasHapusAku belum bisa memilih sebagai ibu rumah tangga, mbaa. Masih semangat kerja nih :)
BalasHapusMba Ira emang mantep memilih jadi full mom. Gak semua orang bisa, tapi ini pilihan. Salut Mba Ira
BalasHapussaya yg baru 10 bulan resign ada masih jetlag mba, oreang tua pun. aneh rasanya tidak punya "uang pribadi". tp mungkin jetlag itu akan hilang setelah punya anak. pengen banget bisa kayak mb Ira, ikhlas dan senang menjadi full time mom
BalasHapusTemen-temenku banyak yang ngambil cuti di luar tanggungan. Eh keasyikan malah akhirnya resign beneran, Mba :)
BalasHapusEksistensi ibu untuk keluarga. Sip!
BalasHapusAku salut sama perempuan-perempuan yang rela resign karena fokus untuk mengurus anak.
BalasHapusSalut dengan Mbak Ira. Serius. Semoga istikomah ya Mbak. Cuti 2 tahunnya jadi 5 tahun. #eh?
BalasHapusSaya tidak bisa kerja sampai malam. Sungguh. Waktu kerja, jam 4:30 sudah sampai rumah, itu pun rasanya....
Wohoooo pengen rasanya mengikuti jejak Mbak Ira..
BalasHapusSemoga saat itu akan tiba pada waktunya. Amiinn...
Semangat buat Mbak Ira, di dunia ini memang kita selalu dihadapkan dengan berbagai pilihan yang menentukan kita sukses atau tidak.
BalasHapusSaluuut dengan ibu yang berani membuat keputusan besar seperti mbak Ira
BalasHapusDan aku seorang suami yang mengambil keputusan besar itu. sudah terlalu muak dengan kemunafikan di bidang pekerjaan sebelumnya. hahaha.
BalasHapuswaw... luar biasa, terus berkarya dan memberikan contoh terbaik bagi ibu lain :)
BalasHapusMbak Iraa, semangat! Kita pernah satu acara tp saya ngga ngeh itu mba Ira
BalasHapusMba iraaaa, diriku juga dalam posisi mbak. Tapi masalahnya masih kuliah :'D bukan kerja hehehe
BalasHapusSukses selalu ya.dengan pilihannya...
BalasHapus