Kabar tentang Oki
Setiana Dewi (OSD) beredar dengan sangat deras beberapa hari ini. Banyak sekali
yang share pernyataan ataupun
komentar terkait OSD. Saya awalnya sempat mengernyit bingung, ada apa dengan
OSD? Toh, medsos selalu menyediakan jawaban. Ada saja yang share link kemudian dapat kita ketahui info tersebut.
Di antara hal-hal
yang digugat orang-orang pada OSD adalah tentang ‘pengakuan’ OSD kalau pernah
belajar di Universitas Ummul Qura’ di Mekkah. Benarkah? Padahal menurut
pengakuan beberapa orang syarat masuk ke sana susah sekali dan bla bla bla yang
intinya meragukan OSD pernah menempuh pendidikan di sana.
Sebenarnya
tentang proses belajarnya OSD di Mekkah ada dibicarakan tuntas di bukunya Cahaya di Atas Cahaya yang diterbitkan
mizania pada tahun 2012. Ayo baca bukunya… Tapi itulah kebanyakan dari kita
hanya hobi menimbun buku tapi enggan membaca. Kita? Loe aja kali, Yan #eh
Buku Oki Setiana Dewi |
Nah, kebetulan
saya punya bukunya dan sudah tuntas saya baca loh… Pernah saya review juga di blog lama saya. Link-nya
ada di sini. Keinginan saya mempunyai buku tersebut juga didasarkan pada
sinopsis yang menyebut kalau buku itu adalah catatan perjalanannya di
Makkah. Dan saya bertemu dengan OSD saat
itu di museum Makkah.
Saat saya dan
rombongan berkunjung ke Museum Makkah, saya asyik menikmati beragam benda yang
dipajang di sana plus foto-foto dunk.
Kemudian dua adik sepupu saya memanggil-manggil saya. “Ka Anti.. Ka Anti… Ada Oki.” Teriak kedua sepupu saya. Saya langsung
mengikuti langkah mereka dan tadaaaa…. Ada sesosok wajah cantik yang tingginya
wow banget. Saya berasa tenggelam deh melihatnya. Hihihi…
Oki saat itu terlihat lelah namun tetap ramah
menghadapi saya dan keluarga yang mau minta foto bareng. Oki yang saya temui
secara langsung terlihat lebih cantik dari yang biasa saya lihat di layar kaca.
No foto = hoax, Yan. Hahaha…. Baiklah.. Kita lanjutkan cerita di buku Oki saja untuk
menjawab pertanyaan Benarkan OSD pernah
kuliah di Ummul Qura University?
Awal buku Cahaya
di Atas Cahaya bercerita tentang mimpi-mimpi yang dimiliki oleh OSD.
Mimpi-mimpi yang terus membuat OSD bergerak dan terus bergairah menjalani
hidup. Mimpi-mimpi yang sengaja selalu dihidupkan OSD di dalam jiwanya, karena
dengan mimpi tersebut ia dapat menatap hari esok dengan penuh harapan. Di
antara ratusan mimpi yang tak kunjung terwujud, ada satu kalimat yang tertulis,
“Tahun 2012, belajar di Makkah selama
beberapa bulan.”
Itulah yang
diwujudkan OSD yang ia ceritakan di buku itu. OSD menceritakan tentang rencana
dan perjuangannya untuk bisa berangkat dan hal-hal lain yang terjadi yang
akhirnya berhasil ia lalui dan ia berhasil ke Mekkah untuk satu bulan. Di
Mekkah, OSD ingin belajar bahasa Arab secara langsung. Di Masjidil Haram ia
mempraktikkan bicara dengan bahasa Arab, jangan takut salah ujarnya. Maka
setiap hari ia mengajak mengobrol orang-orang yang berbeda. Setiap hari belajar
langsung Bahasa Arab dengan orang yang berbeda.
Kemudian OSD
dikenalkan dengan seseorang bernama Maimoona el-Bugisy, bersama Moona lah, OSD
belajar. Tidak hanya belajar bahasa Arab tapi juga belajar Al-Qur’an karena
Moona seorang hafidzah atau penghafal Al-Qur’an. OSD menjalani sesi belajar
privat bersama Moona setiap hari di Masjidil Haram.
Suatu hari, Moona
mengenalkan OSD pada seorang temannya yang bernama Mbak Taqiyyah, seorang
mahasiswi Ummul Qura. OSD pun surprise
mengetahui kalau Mbak Taqiy kuliah di Ummul Qura. Ia bilang, ada beberapa
temannya yang menitipkan doa di depan Multazam agar bisa kuliah disana.
Kemudian, Mbak Taqiyyah bertanya.
“Oki sendiri…
Apakah ada keinginan belajar di sana?”
Dengan
bersemangat Oki mengutarakan keinginan belajar di sana. Kendati ia pesimis
karena proses penyeleksian di kampus itu amat ketat dan harus dilengkapi
persyaratan administrasi yang detail, juga harus menanti jawaban cukup lama.
Sementara kehadiran OSD di Makkah hanyalah sebentar. Rasanya tidak mungkin.
“Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah,
Oki,” sahut Mbak Taqiyyah.
Entah bagaimana
prosesnya, tiba-tiba besoknya OSD
mendapatkan kabar kalau ia diperbolehkan belajar di Ummul Qura. Walaupun
didera perasaan takjub dan tak percaya namun kabar itu nyata adanya. Kata OSD,
tidak ada yang kebetulan di dunia, kedatangan OSD ke Mekkah ternyata bertepatan
dengan tahun ajaran baru. Maka, karena itulah OSD bisa mengikuti perkuliahan
dari awal. (Halaman 119)
Oleh Mbak Taqiy,
di kampus Ummul Qura, OSD diperkenalkan dengan dekan. Kemudian mereka masuk ke
ruangan di mana di sana ada seseorang bernama Ustadzah Faizah. Di sana Ustadzah
Faizah menanyakan kembali apakah Oki benar-benar ingin belajar? Oki
membenarkan.
“Berapa hari rencananya
mau belajar?” Tanya Ustadzah itu.
“InsyaAllah
sebulan, Ustadzah. Saya hanya dapat visa sebulan,” jawab Oki.
“Sayang sekali.
Mudah-mudahan bisa kembali lagi ke sini untuk belajar, ya,” kata Usatadzah itu
lagi. “Baiklah, kalau begitu, kamu masuk
kelas bahasa Arab untuk pemula, ya. Isinya para mahasiswi dari berbagai macam
negara yang sama sekali tidak bisa bahasa Araba. Perkuliahan baru berjalan tiga
hari, kamu agak terlambat sedikit. Tapi InsyaAllah masih bisa terkejar.”
Ustadzah itu memberikan penjelasan dan OSD pun langsung diminta belajar saat
itu juga. Hal yang membuat ia kaget karena tak
ada proses wawancara atau tes tertulis yang harus OSD jalani.
Kemudian OSD masuk kelas, dan
berkenalan dengan teman-teman barunya. Ketika OSD bercerita kalau ia hanya
belajar selama sebulan di Ummul Qura, mereka semua kaget (mungkin sama kagetnya
sama kalian #eh). “How can? Does University allow you?” Itu pertanyaan mereka.
Dan mereka lebih kaget lagi ketika mengetahui OSD bisa masuk belajar di sana
tanpa dokumen, tanpa ijazah, tanpa mendaftar.
“Nobody
can be a student here without any document!” ucap teman OSD yang lain.
OSD pun mengakui pada halaman 134
kalau bisa belajar di Ummul Qura sangatlah sulit walau hanya menjadi mahasiswi
mustami’ah. Harus mendaftar terlebih dahulu, menyerahkan semua berkas-berkas,
dan menunggu lama hasilnya, apakah diterima atau tidak. Sungguh sebuah
penantian yang mendebarkan. Seperti kata mereka, belum pernah sebelumnya
seseorang diizinkan masuk begitu saja untuk belajar di kampus itu seperti OSD.
Rasanya OSD ingin sujud syukur sekali lagi, ah, tak cukup tentu saja untuk
menghitung nikmat Allah, begitu kata OSD.
Ada
dua jenis mahasiswi di Ummul Qura. Mahasiswi mustami’ah, yakni yang belajar
dalam kurun waktu tertentu saja, tidak sampai perkuliahan selesai, dan
mahasiswi muntazhimah, yaitu yang mengikuti perkuliahan bahasa Arab sampai dua
tahun dan melanjutkan ke tingkat universitas selama empat tahun. OSD tergolong mahasiswi mustami’ah, bersama
beberapa kawan lain dalam kelas itu.
Jadi, itulah kiranya jawaban apakah
benar Oki Setiana Dewi pernah kuliah di Ummul Qura. Jawaban yang saya kutip
dari buku yang ditulis oleh Oki Setiana Dewi yang berjudul Cahaya di atas
Cahaya. Jika ingin membaca cerita komplitnya, silakan berburu bukunya. Buku
yang bagussss sekali, saya yang membaca ulang secara cepat buku tersebut pun
merasa malu dengan betapa rajinnya seorang OSD dalam menuntut ilmu dan betapa
shalihahnya beliau. Ah, betapa saya tidak apa-apanya.
Beberapa kalimat sempat saya garis
bawahi ketika membaca buku ini beberapa tahun silam ingin saya tuliskan di sini
sebagai penutup tulisan ini.
Tugas
kita semua, tugas seluruh umat Islam, adalah saling mendukung, membantu,
merapatkan barisan untuk sebuah tujuan yang sama. Tak peduli siapa yang di
depan, siapa yang di belakang, siapa yang muncul di permukaan atau di balik
layar.
Kita ini laksana
satu bangunan yang harus saling memperkuat. Seperti halnya semen, besi, pasir,
bebatuan yang keberadaannya saling mendukung menyempurnakan kekuatan dinding.
Begitu pun seperti keberadaan fondasi, tiang, dinding, dan atap mutlak
diperlukan demi tetap tegak dan kokohnya suatu bangunan.
Terus semangat, Kak Oki… Kak Oki
memang berada di permukaan, kami hanya bisa mendukung di balik layar. Semoga Kak
Oki dan kita semua terus istiqomah dan terus diberikan hidayah untuk menjadi
lebih baik setiap harinya. Aamiin…
Bagus Yan.. Harus ditambah lagi tulisan yg mendukung Oki karena dia aset dakwah :-)
BalasHapusIya, Mbak Leyla. Selalu kita dukung kalau untuk kebaikan ya :-)
HapusAamiin... Saya heran, kok ada ya org yg sirik sama OSD, padahal dia kan menyebar kebaikan bukan pembuat fitnah.
BalasHapusItulah, Mbak Santi. Saya juga heran. Semakin tinggi pohon emang semakin kencang angin menerpa ya, Mbak.
HapusMasya Allah harus viral tulisan ini, harus disebarkan, jangan sampai OSD terdesak dengan orang ingin mematikan potensi dia dalam berdakwah. Makasih Yanti tulisannya mencerahkan
BalasHapusIya, Mbak Naqiy. Semoga OSD tambah semangat :-)
HapusKereeeeeen... inspiratif banget.. 😍😍
BalasHapusKenapa orang suka sekali melihat orang lain dari sisi negatif, yg bahkan ia sendiri tak tau kebenarannya?
BalasHapusSemoga kita terhindar dari hal yang demikian ya, Mbak. Masih banyak hal2 yang lebih mengkhawatirkan padahal ya mbak..
HapusTulisan ini mencerahkan sekaligus menjawab pertanyaan orang yang membuat petisi kemarin Mbak :D
BalasHapusBisa merasakaan kuliah walau sebulan lewat jalur khusus adaalah sebuah keajaiban ya
BalasHapusIya, Mbak. Betul :-)
HapusSemakin hari semakin bbanyak orang yang suka makan bangkai temannya ya mbak. Saya lega karena ada tulisan ini. Semoga Oki bisa istiqomah dan sabar dengan ujian dari Allah ini.
BalasHapusulasan yang bagus mbak, menjawab pertanyaan sekaligus mempererat tali ukhuwwah sesama muslimah :)
BalasHapusItu agak aneh juga sih yang bikin petisinya...
BalasHapusPadahal aku suka dengerin OSD ceramah kalo subuh, bikin adem dan gak suka ngomel-ngomelin yang nanya hehehe...
Semoga Mba' Oki bisa bersabar dan mengambil hikmah dari ujian ini, Aamiin.. :)
BalasHapusTulisannya menjawab pertanyaanku juga. Makasih mba. Semoga OSD diberi kesabaran atas ujian yang sedang dihadapinya ya
BalasHapussemoga mbak oki istiqomah dalam berdakwah ya.. sayang sekali kalo oki dibenci karena fitnah org yg tdk bertanggung jawab
BalasHapusSubhanallahh... berdecak kagus sungguh nikmat yang telah Allah berikan kepada kak OSD.
BalasHapusPetuah akhir postingan ini sungguh mnginspirasi dan ngejleb mbak
Izin share yaaa...
BalasHapusHayu rapatkan barisan.
Ulasannya bagus Mbk Yanti. Menjawab pertanyaan org2 di luar sana, termasuk saya :D
BalasHapusBtw kok fotonya gak ikutan diposting? hehe
Mbak April mau lihat fotonya? Saya kirimkan japri nanti. Hihihihi...
Hapusmakasih Mba Yanti.. membaca dari sumber yang sahih membuat kita lebih tahu apa yang seharusnya. trím sudah diramu di sini mba..
BalasHapusTidak ada yang tidak mungkin jika Allah mengizinkan.. ;)
BalasHapusnaaa kudu ada komen dan ulasan buku biar gak ngomong2 katanya
BalasHapusTulisan ini seperti sisi lain yang jarang diungkap. Semoga OSD istiqomah. Ijin share ya.
BalasHapusmakasih yanti infonya, aku malas nyari tau berita oki yg viral itu karena selintas isinya hanya kemenyinyiran. info begini aja yg aku butuh
BalasHapusAlhamdulillah pencerahan.. Saat gak bs tabayyun lgsg dengan oky. Tulisan ini membantu memperbaiki prasangka ya..
BalasHapusYang bikin petisi itu postingan di IGnya sudah melebar kemana2, nggak cuma mempertanyakan soal Ummul Qura aja. Apa nggak sayang ya waktu n tenaganya di habisnya buat menebarkan kebencian & fitnah.
BalasHapusAhahaha.. Mbak Heni.. Saya pun bingung. Kok ada aja waktu dan tenaganya ya ngebahas ini itu.
Hapusjadi memang penting banget yaa mengetahui dan mencari tahu secara komprehensif, gak latah dan asbun pdhal gak tahu dasar/sumbernya.
BalasHapusribut2 petisi ini agak2 berlebihan juga sih menurutku..
era kebebasan yang kadang kebablasan..
TFS mba Yanti
Terjawab sudah rasa penasaran mengenai isu-isu yang menyangkut OSD...buku OSD yang pernah saya baca hanya melukis pelangi, untuk yang lainnya belum :(
BalasHapusEhm, mahasiswi muntazhimah perkuliahanya 6 tahun ya (2 thn bhasa arab, 4 thn di universitas) (y)
Bagus banget tulisan ini mbak.... saya sendiri belum pernah mengukuti ceramah OSD tapi membaca ada petisi semacam itu kok ikutan jengkel. Ada orang menyebar kebaikan malah dipetisi. ok..ijin share mbak..biar banyak yg baca
BalasHapusSemangat terus OSD :)
BalasHapuswalaupun bukan penggemar OSD dan bukan juga pengikut OSD, saya heran dengan segala keributan...kalau memang tidak cocok dengan seorang pendakwah ya sudah tidak usah didengarkan....dan betul, riset itu perlu agar kita bisa memilih serta memutuskan, bukan tiba-tiba merasa ditipu....
BalasHapussaya heran sama mereka yang membuat petisi itu, hmm orang berdakwah kok dicekal yah, ah ada - ada saja. Semoga yang terbaik untuk OSD yaa
BalasHapusSetuju sama mak ophi..kadang kita suka kebakaran jenggot sendiri.menyebarkan berita yg ga jelas sumbernya. Moga2 OSD tetep sabar san iatiqamah di jalan Allah. Harua di share ini tulisa nya :)
BalasHapusAndai mata dan telinga kita lebih terbuka untuk melihat dan mendengar kebaikan seseorang, tentunya nggak akan ada kasus seperti ini ya Mba. Kebaikan dan kontribusi OSD di dakwah sangat banyaaak. Tapi begitulah, jalan dakwah memang tidak pernah mudah. Semoga OSD tetep istiqomah. Amin.
BalasHapusMbak, saya sebenernya tidak terlalu mengikuti berita disocial media ttg petisi2 dan kritik yang disampaikan untuk OSD. Sayapun beberapa kali menyaksikan mbak osd lewat layar kaca. Namun, setelah membaca komentar positif (dukungan ke osd) maupun komentar negatif (kritik), saya pun mengAmini beberapa hal. Pertama, Mbak Osd jelas adalah aset dakwah muslimah di Indonesia, harusnya selalu kita dukung. Kedua, melihat dari akun social media seperti Instagram, (betul saya melakukan judgment, akantetapi, mbak osd lah yang mempublikasikan nya lewat IG, tentunya dengan penuh kesadaran, mbak OSD telah membentuk citra dan persepsi masyarakat seperti apa yang ingin melekat padanya, itu OSD yang menentukan), mbak OSD terlalu mengumbar hal-hal dunia. Seperti, gaya hidup secara berlebihan, menjual baju2 pengantin secara fantastis, terlalu banyak mengumbar foto wajah dengan makeup dan barang2 mewah. Bagi saya, ini sangat tidak patut dilakukan oleh seorang yang mengaku mengerti agama. Bila mbaak OSD menjadi role model anak muda, maka, para muslimah muda akan berasumsi, tidak apa2 mengumbar harta dunia, memiliki gaya hidup tinggi, bermake up dan mengumbar kecantikan. Apa gaya hidup seperti itu yang mau kita turunkan kepada generasi muda?
BalasHapussaya berharap, kritikan itu dapat membuat OSD tabayyun, mengkoreksi diri. Coba lihat, para pendakwah besar seperti AA Gym, Ustd. Maulana dll, ketika mereka khilaf dalam berdakwah, mereka dengan besar hati mengkoreksi diri dan meminta maaf.
Selanjutnya, mengenai status ber kuliah di ummul qura. Dari apa yang mbak yanti sampaikan, saya tidak melihat belajarnya OSD disana selama sebulan adalah sebagai kegiatan berkuliah. Yang saya lihat, OSD hanya belajar dikelas bahasa arab. Jika berkuliah, pasti ada legalitas sebagai mahasiswa. Terdaftar secara administrasi, tentunya melalui proses seleksi dan persyaratan dokumentasi sebelumnya. Kemudian, pasti juga akan ada proses evaluasi berupa ujian, nilai dan ijazah atau sertifikat. Itu baru disebut pernah berkuliahm Dalam kasus OSD ini, saya rasa, kata yang lebih tepat adalah pernah belajar 1 bulan di ummul qura, sehingga tidak menimbulkan salah persepsi. Pernah belajar belum tentu berstatus mahasiswa loh mbak. Saya beberapa kali masuk ke dalam kelas di Universitas Lain, ikut belajat, tapi hal itu tidak membuat status saya sebagai mahasiswa disana. Saya hanya belajat, mendengarkan kuliah dan mendapatkan ilmu.
Ini semua untuk kebaikan dakwah islam ke depannya. Semoga OSD mau berlapang dada mengkoreksi dirinya. dan kita, tidak terjebak dalam kecintaan subjektif yang membuat kita tidak bisa menilai sesuatu secara objektif lagi.
Coba cek KBBI, Mbak. Apa makna kuliah dari sana :-)
HapusDalam pernyataannya yang saya baca pun di bukunya, Oki juga tidak menyebut ia kuliah tapi dengan frasa belajar dan menuntut ilmu.
Coba baca detail isi dari postingan saya. Judulnya memang berkata 'Apakah OSD pernah kuliah...' tapi isinya adalah penjelasan tentang proses belajarnya OSD di Ummul Qura.
Kesimpulannya ada pada paragraf ini: Ada dua jenis mahasiswi di Ummul Qura. Mahasiswi mustami’ah, yakni yang belajar dalam kurun waktu tertentu saja, tidak sampai perkuliahan selesai, dan mahasiswi muntazhimah, yaitu yang mengikuti perkuliahan bahasa Arab sampai dua tahun dan melanjutkan ke tingkat universitas selama empat tahun. OSD tergolong mahasiswi mustami’ah, bersama beberapa kawan lain dalam kelas itu. Nah jika disebutkan tidak sampai selesai, tentu saja wajar tidak ada ijazah, nilai, dll.
Oh ya.. Saya tidak follow IGnya OSD :-)
Tulisan yang mencerahkan. Semoga OSD selalu istiqomah di jalan dakwah.
BalasHapusSemoga Allah selalu melindungi beliau dari fitnah dunia, aamiin
BalasHapusAamiin, Teh...
Hapustulisan yang menarik...makasih sudah menuliskan hal ini. uni gak gitu ngikutin masalah OSD ini... tapi tulisan ini menyejukkan... dirimupun bisa seperti OSD, yanti... terkadang tulisanmu menenangkan...
BalasHapusUniiii... Yanti aamiinkan yaa. Masih jauh dari OSD, Un. Masih banyak malasnya kalau ynt. Tapi ynt aamiinkan komen Uni. #PelukUni..
HapusTidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak ya Kak :D Allahuakbar
BalasHapusBetul, Nyi. Itu yang wajib kita imani. Semangat, Nyi :-)
Hapusterima kasih sharing infonya..
BalasHapussemoga OSD dan pejuang dakwah lainnya selalu dalam lindunganNya.
Aamiin...
HapusSungguh ujian yang sangat berat ya buat mbak oki, semoga dia bisa melewatinya dengan baik.
BalasHapusHarusnya kalau tidak suka dgn oki, ya, sudah. Tidak usah sampai membuat petisi. Toh dakwah yg dilakukan oki tidak melenceng.
BalasHapussaya pernah liat dia di TV sekali dua kali, kalau saya sih biasa saja ya gak terlalu melihat OSD itu ini itu. bagus-bagus saja sih selama mengajarkan kebaikan, dakwah dll...kecuali uda menghasut ke hal-hal yg aneh2 ya, kalau misal soal busana toh banyak juga selain dia yg menjual/ punya produk dengan harga mahal, mungkin prosesnya kali ya yg bkin mahal misal dibuat oleh para pengrajin langsung kan ya harus menghargai pengrajinnya juga ya...cmiiw lho mba hehehe....
BalasHapusBetul, Mbak. Malah kalau kita ngantar ke penjahit sendiri dengan bahan berkualitas bisa lebih mahal dari yang dijual sudah jadi. Selain itu, juga ada pilihan busana yang lebih murah kalau tidak sesuai budget ya, Mbak. Hehehe...
HapusPencerahan yg menarik, jadi kita bisa melihat yg benar dan rinci, bukan hanya dari gosip2 yg beredar. Makasih, Mbak Yanti :)
BalasHapusKita ini, bangsa yang lucu. Ada artis yang baik dikit, trus nemu secuil kekurangan, eeeeeeh petisinya ngalahin yel2 wafer tango.
BalasHapusTapi, artis yang jelas2 nyontohin kemaksiatan malah adem2 ayem aja tuh ga ada yg metisiin, kalo pun diprotes pasti dibilangnya ya wajar lah namanya juga seniman.
Hahaha, standar ganda.
:)
Semangat terus kak Oki :)
btw, makasih mbak Hairi sharingny :)
Aku ini bukan fans OSD, tp aku yo jengah juga klo ada role model yg baik tp dikucilin hehehhee..
Saya punya bukunya mbak, dan sudah saya baca jauuuh sebelum rame petisi OSD, makanya kmrn ketika dapat petisinya sy cuekin aja, aneh menurut saya, ditulis dari seseorang yg tdk jelas dan malah seperti menyebarkan fitnah saja hehe... thanks ya mbak atas ulasannya...
BalasHapussedih yah kebaikan seseorang yang banyak tertutup dengan satu keburukan, dan sekarang sampe ada petisi, astagfrwllh, semoga hal hal semacam ini menjadi pelajaran. dan semoga kembali seperti semula, semangat untuk mbk oki :D
HapusBuku lama ya? Untung masih ada bukunya ya. Makanya buku jangan dijual :p
BalasHapusAhahaha... Lakiii... Kan pusing naruhnya. Belikan konteiner lagi yaaaaa :D kalau ga dilarang, udah dijual separuh nih :p
HapusAhahaha... Lakiii... Kan pusing naruhnya. Belikan konteiner lagi yaaaaa :D kalau ga dilarang, udah dijual separuh nih :p
HapusIkut komentar ya... ^^ ini berita bikin greget,Kalau mengenai ilmu agamanya OSD yg dibilang kurang ya harap maklum saja.Mereka yg menyetujui petisi XXX tsb kan cuma memandang OSD dari segi kekurangannya,selama OSD niatnya untuk menyebarkan kebaikan kenapa harus diboikot segala. TV Indonesia itu aneh,yg baik2 dilarang,yg buruk2 dipersilahkan.
BalasHapusInfo bagus ni mbak, krn soal OSD kul di Ummul Quro sgt ngambang. Setiap manusia psti ada kekurngannya, paling tdk OSD selalu memberi petuah yg baik bagi fans dan penontonnya. Itu yg sayaa suka & saya dukung.
BalasHapusambillah kebiakan darinya, tinggal yang buruk
BalasHapusWah baru baca tentang cerita OSD yang riil di sini. Makasih infonya ya. Memang benar, di Indonesia tuh sebagian orang ramai koaar2 ga jelas asal ikut2an dengki gara-gara petisi. Hmm.. nice review mbak, salam kenal ya.
BalasHapus