Cerpen Bobo |
Dimuat
di Majalah Bobo No. 45 Tahun XLIII Terbit 11 Februari 2016
Cerita di balik layar cerpen ini ada di sini
Adik Selalu Bertanya
Oleh : Hairi Yanti
Adik selalu ingin
tahu. Setiap hari Nala selalu mendengar pertanyaan adik. Ada saja yang adik
tanyakan pada Nala, mama atau papa.
Mama
pulang dari pasar membawa sebuah semangka yang besar sekali. Mereka senang
melihat semangka besar yang dibawa mama. Adik mencoba mengangkat semangka, tapi
tidak bisa. Semangkanya berat sekali.
“Pohon semangka itu pasti besar
sekali ya, Ma?” Adik berkata lalu mengigit semangka yang sudah dipotong-potong.
“Buahnya saja
besar begini. Adik nyoba angkat tapi enggak bisa. Berat.” Nala dan Mama tertawa
bersama mendengar celotehan adik.
“Dik, semangka itu
tanaman merambat. Jadi dia tumbuh di atas tanah. Bukan menggantung di atas
pohon.” Nala menjelaskan. Dia pernah membaca itu. Juga melihat fotonya.
“Jadi, pohonnya
tidak seperti pohon mangga, Kak?” Nala membenarkan.
Esok harinya di
meja makan sudah tersedia tahu isi. Nala dan adik juga suka sekali tahu isi. Apalagi
dengan isi sayur di dalamnya. Kata mama tahu isi ini dikasih Tante Intan,
tetangga mereka.
“Kenapa tahu isi
ini ada sayur di dalamnya, Kak? Bagaimana cara sayur masuk ke dalam tahu?” Adik
lagi-lagi ingin tahu. Padahal itu bukan pertama kali adik makan tahu isi.
Mungkin adik baru kepikiran mengapa ada sayur dalam tahu.
“Coba lihat ini,
Dik.” Nala mengelupas kulit tahu isi. Sehingga tinggal tahu dan sayur di
dalamnya. Adik serius mengamati Nala.
“Ini ada bagian
tahu yang terbuka kan? Sebelum digoreng pakai cairan tepung, tahu diiris
dipotong dulu satu sisi, baru dimasukin sayur ke dalamnya. Terus dicelup dalam
adonan tepung dan digoreng.” Adik lagi-lagi mengangguk.
“Kakak banyak
tahu,” kata adik sambil menyuap tahu isi ke mulutnya.
“Makanya rajin-rajin
bantu mama di dapur. Kakak tahu karena suka bantu mama di dapur.” Adik nyengir.
Dia memang lebih suka bermain.
Hari itu ayah baru
pulang dari luar kota. Ada pekerjaan di luar kota jadi ayah pergi ke sana. Ayah
membawa banyak oleh-oleh. Termasuk pempek dan klepon.
Nala dan adik
senang sekali. Adik dan Nala ingin mencoba pempek. Tapi pempeknya harus
digoreng terlebih dahulu. Mama langsung menggorengnya di dapur. Adik
memperhatikan mama memotong pempek yang sudah digoreng.
“Wah ada telur di
dalamnya,” seru adik. Nala menoleh pada adik. Dia tahu sebentar lagi adik pasti
bertanya.
“Bagaimana ada
telur di dalam pempek, Ma? Apa ada ayam di dalamnya kemudian bertelur di sana.”
Mama dan Nala tertawa mendengar pertanyaan adik.
“Kalau tahu isi
karena ada bagian tahu yang terbuka dan dimasukin sayur. Kalau pempek, semuanya
tertutup.” Adik mengamati pempek yang belum dipotong mama.
“Kakak tahu?” Adik
menoleh pada Nala. Nala menggeleng. Dia belum pernah melihat mamau bikin pempek.
Nala mengambil klepon yang juga tersaji di atas meja. Dia kemudian menggigitnya
dan..
“Awww….” Cairan
berwarna coklat langsung menyembur dari klepon yang dimakan Nala. Cairannya
muncrat dan membuat baju Nala belepotan.
“Hati-hati, Nala.
Kalau makan klepon harus langsung suap satu biji. Jangan digigit. Itu cairan
gula merahnya jadi muncrat,” kata mama. Nala mengangguk tanda mengerti. Dia
sudah lama tidak makan klepon jadi lupa caranya.
“Nah, kenapa klepon
ada cairan di dalamnya, Ma? Padahal juga bentuknya bulat tidak ada lubang.”
Belum terjawab pertanyaan adik tentang pempek, dia sudah bertanya yang lain.
Mama tersenyum dan
meminta mereka menunggu sebentar. Setelah mama selesai menyuguhkan pempek di
depan Nala dan adik, mama mengambil ponselnya.
“Ini namanya pempek
kapal selam. Di dalamnya ada telur. Ini Mama pernah menyimpan cara memasukkan telur
ke dalam pempek dari teman mama.” Nala dan adik memperhatikan foto yang
ditunjukkan mama. Adonan pempek dilubangi bagian tengahnya. Kemudian dimasukkan
telur mentah ke dalamnya. Kemudian ditutup rapat.
“Setelah ditutup
rapat baru direbus. Kalau direbus, telurnya kan jadi masak.” Mama menjelaskan. Adik
dan Nala mengangguk tanda mengerti.
“Kalau klepon?” Masih
ada pertanyaan adik yang belum terjawab.
“Caranya lebih mudah
kalau klepon. Karena yang dimasukin gula merah yang dipotong-potong. Kalau
dipanaskan kan gula merahnya jadi mencair.” Nala dan adik mengangguk-angguk
lagi.
“Kapan-kapan nanti
mama bikin pempek dan klepon ya. Kalian bantuin, jadi bisa tahu caranya.” Nala
dan adik berseru senang. Adik kemudian mengambil klepon dan menyuapnya. Dia
menutup mulutnya rapat ketika mengunyah. Takut gula merahnya muncrat seperti
saat Nala makan. Tiba-tiba adik terdiam, dia kemudian bertanya lagi.
“Kalau martabak,
Ma? Bagaimana cara masukin telur dan daun bawang serta daging ke dalamnya?”
Nala dan mama tertawa mendengar pertanyaan adik. Besok entah apa lagi yang
ditanyakan adik.
***
Sensasi muncratnya makan klepon itu memang seru. Nala cobain dulu doong :)
BalasHapusAhahaa... Apalagi kalau kena baju ya, Teh :D
HapusYuk Nala bikin klepon bareng-bareng yuk, jadi inget pengen bikin ini kemarin
BalasHapusSaya pernah bikin klepon dari ubi ungu, Mbak. Enakan beli sih, langsung santap. Hihihi...
HapusKlepon oh Klepon, jadi pengen makan klepon baca tulisannya mbak. Enaaaak :-D
BalasHapusAhahaha... Saya lebih pengin mpek2 sama semangka, Mbak :D
HapusCerita keseharian yang seru pisan
BalasHapusAih, tersipuuu dipuji Pak Guru. Makasiih, Pak Guru :D
Hapusahhh makan pempek sama kleponnya jadi pingin nyobainn ... xixixiixixi
BalasHapus