Satu hal yang harus diperhatikan
dalam menulis, setelah upaya terus menerus menuangkan gagasan ke tulisan, yaitu
mengusahakan sesering mungkin berada dalam atmosfer menulis. Silaturahim dengan teman2 penulis, menghadiri
forum bedah buku, Atmosfer yang tepat akan memperkuat belief. –Asma Nadia-
Salah satu status Asma Nadia yang saya suka banget, karena
itulah saya selalu senang berada dalam atmosfer menulis. Punya teman yang punya
ketertarikan pada hal yang sama itu menyenangkan. Karenanya saat mengenal Mbak
Anita Carolina Tampubolon atau yang punya nama pena Anita d’Caritas saya
langsung senang sebab merasa punya kesenangan yang sama.
Mbak Anita adalah seorang bidan, namun untuk sementara belum
bekerja lagi karena beliau fokus mengasuh putranya yang masih berusia 7 bulan dan mengejar mimpi-mimpi beliau yang lain. Sejak
kecil Mbak Anita sudah senang dengan dunia tulis menulis, bahkan beliau sampai
hafal dengan alamat redaksi Majalah Bobo dan bermimpi bisa tulisan beliau bisa
dimuat di majalah kelinci biru tersebut.
Cinta Mbak Anita pada dunia menulis tidak luntur bersama
waktu berjalan. Mbak Anita pernah menulis novel pada saat SMA yang ditulis di
buku tulis, dan memberanikan diri memperlihatkan tulisan beliau kepada
teman-temannya. Sebagian besar teman Mbak Anita memberikan tanggapan yang positif.
“Be A Writerpreneur” itulah resolusi Mbak Anita pada
tahun ini. Untuk mewujudkannya pada tahun 2016 sekarang, Mbak Anita pun mulai
serius terjun ke dunia menulis dan memulainya dengan cara ikut kelas menulis
buku dan kelas menulis artikel. Semuanya dilakukan secara online. Mbak Anita juga menulis untuk blog pribadinya yang bernama sama dengan nama penanya Anita d’Caritas.
Alasan Mbak Anita mengikuti kelas menulis dan tidak belajar
autodidak karena lewat kelas menulis Mbak Anita dapat memahami struktur / sistematika
penulisan yang baik dan pemilihan kata yang tepat, yang tidak didapatkan secara
autodidak. Keuntungan lain yang diperoleh Mbak Anita mengikuti kelas menulis
adalah mempunyai teman baru dan jaringan penulis lebih banyak.
Lewat kelas menulis pula, Mbak Anita memiliki pemahaman yang
lebih tidak hanya tentang dunia menulis tetapi juga tentang pasar buku dan
strategi promosi. Pada kelas menulis juga Mbak Anita memiliki seorang mentor
yang sudah menerbitkan banyak buku dan kesempatan beliau untuk menghasilkan
banyak karya menjadi lebih besar lagi.
Kelas menulis yang diikuti Mbak Anita tidak gratis, ada
sejumlah rupiah yang dikeluarkan. Untuk hal itu Mbak Anita menyebutkan kalau
untuk sebuah keberhasilan memang harus ada yang dikorbankan. Mbak Anita merasa
butuh ilmu, ilmu untuk mewujudkan impiannya. Biaya yang dikeluarkan Mbak Anita
memang terlihat mahal namun saat beliau bisa mencapai apa yang diharapkan
justru lebih menyenangkan.
Setelah mengikuti kelas menulis, Mbak Anita merasakan banyak
perubahan. Beliau semakin paham tentang sistematika tulisan, tentang outline,
pemilihan judul, dan pengembangan kalimat. Walau sudah ikut kelas menulis,
tetap saja Mbak Anita merasa harus banyak berlatih. Selain itu, setelah
mengikuti kelas menulis Mbak Anita banyak mengenal teman-teman sesame penulis
dan menjalin komunikasi dengan mereka. Mbak Anita telah berada pada atmosfer
menulis setelah mengikuti kelas menulis tersebut.
Kerap kali yang menjadi alasan kita saat menulis adalah tidak
adanya waktu tersebab banyaknya hal yang dilakukan selama 24 jam. Bagaimana
Mbak Anita mengatur waktunya untuk menulis di sela mengasuh bayi berusia 7
bulan dan juga di sela kesibukan lainnya? Mbak Anita membuat jadwal menulis
setiap harinya yaitu 2 jam sehari, dan itu wajib dilaksanakan. Biasanya hal itu
dilakukan saat si kecil sudah tidur sekitar jam 9 atau 10 malam.
Ah, melihat kebiasaan Mbak Anita ini saya jadi teringat pada sebuah quote dari
Nora Roberts.
You don't find time to write. You
make time
menulis dua jam sehari? aduh pengen bisa begitu. kalo malem ketiduran melulu *alesan*
BalasHapusaww suka dgn kata2 yg terakhir :)
Sama, Mbak. Saya banyak ngelabanya kalau depan laptop. Fesbukan lah, twitteran lah. Hihihi...
HapusSuka sama quote nya. Aih, aku suka selingkuh sama medsos (menulis status termasuk nulis juga, kan).
BalasHapusSaya pun begitu, Mbak... Menulis komentar juga nulis kan? Hihihi
HapusXixixi, nulis oh nulis. Dilema banget, apalagi sebagai IRT dengan tugas menggunung :D
BalasHapusTugas IRt yang ga ada habis2nya ya, mbak Nisa :-)
HapusAih, rasanya kaya dijitak.. bisa menulis rutin meskipun ada bayi 7bln.. aku? byuuh
BalasHapusSaya juga, Mbak :-( belum bisa rutin euy. Masih sering dikalahkan rasa malas.
Hapuskalau merencanakan sesuatu memang segala hal terkait perlu disetting mengikuti tujuan utama ya Mba Hairi. menyediakan atmosfer menulis seperti yang dilakukan mba Nita kayaknya memang perlu dicontoh nih..
BalasHapusBetul, Mbak Ira. Mbak Anita ga tanggung2 mencapai impiannya. Makanya beliau terjun ke dunia atmosfer menulis :-)
HapusSuka sama quote nya Mba. Saya benar-benar merasakan perubahan setelah berada pada atmosfer menulis Mba. Ada aja ide yang muncul kalau udah ketemu teman yang punya passion yang sama. Terimakasih tulisannya ya Mba Yanti, ahh...pengen cepat-cepat ngikut jejak Mba nih jadi penulis cernak di Majalah Bobo :)
BalasHapusIya, Mbak. Memang dengan teman2 yg punya hobby dan passion yg sama bikin kita tambah semangat ya mbak... Ayo kita nulis cernak, Mbak. Biar impiannya masuk Majalah Kelinci Biru terwujud :-)
Hapus