Masih dalam suasana lebaran, dengan ini saya mengucapkan :
Selamat Idul Fitri 1437 H.
Taqabbalallahu Minna wa Minkum Shiyamana wa Shiyamakum.
Mohon maaf lahir dan batin untuk segala kesalahan yang disengaja
atau pun tidak.
Untuk postingan atau komentar yang tak berkenan di hati. Untuk
komentar yang belum terbalas. Untuk yang kasih komen tapi belum sempat di BW
balik. Untuk komentar yang mengandung link hidup namun tak saya moderasi. Maaf
lahir batin yaaa….
Lebaran memang identik dengan banyak hal.
Selain ucapan selamat dan maaf-maafan, juga mudik dan nyekar ke makam, lebaran
juga biasanya penuh dengan aneka hidangan. Baik itu kue kering, ketupat dan
opor ayam, atau aneka kue basah yang menjadi suguhan sajian di hari raya.
Di kampung halaman saya, Barabai, Kalimantan
Selatan, satu penganan yang menjadi primadona saat lebaran adalah kue lam. Kue
manis yang berlapis-lapis yang katanya menjadi penganan para Raja Banjar pada
zaman dahulu.
Kue Lam |
Penjual kue lam banyak tersebar di seantero
kota Barabai. Walau banyak penjualnya, tapi jangan kaget kalau H-1 lebaran
ingin membeli kue ini tapi tidak mendapatkannya alias di mana-mana habis. Di
beberapa penjual juga memasang tanda ‘Kue Habis’ di depan toko mereka, yang
memang untuk memberitahu kalau kue tersebut sudah habis.
Penjual Kue Lam |
Terkadang ada saja pembali yang
mempertanyakan, kue habis tapi ketika ada satu dua orang datang mereka bisa
membawa pulang kue lam dari kedai si penjual. Hal itu dikarenakan yang membeli
sudah memasan jauh-jauh hari sebelum lebaran. Yup, cara itulah yang paling jitu
agar bisa menikmati kue lam saat lebaran dengan cara memesannya. Pengalaman
saya saat tidak memesan memang sulit sekali menemukan kue lam yang dijual H-1
lebaran.
Kue lam sendiri merupakan kue yang berat.
Berat kalorinya, berat manisnya, juga berat dalam artian yang sebenarnya. Kue
ini dibikin dengan bahan telur bebek yang berlimpah ruah, tepung, margarine dan
gula. Cara membuatnya pun bisa dibilang sulit dan memerlukan kesabaran ekstra.
Karena bentuknya yang berlapis-lapis, maka cara memasaknya adalah dengan
memproses lapis per lapis. Setelah satu lapis selesai, satu lapis lagi
ditambahkan, begitu seterusnya hingga dicapai ketebalan yang diinginkan.
Ada 2 cara memasak kue lam yaitu dibakar dan
dikukus. Untuk sajian lebaran kebanyakan memang yang disuguhkan adalah kue lam
bakar. Kue lam bakar memang lebih tahan lama dibanding kue lam yang dikukus.
Kue Lam |
Kue lam bakar yang dijual biasanya berbentuk
persegi. Harga yang ditawarkan penjual untuk saat ini (tahun 2016) di Barabai
adalah 120 ribu rupiah untuk satu loyang kue lam. Walaupun kue ini laris manis
di saat lebaran, tapi di luar bulan Ramadan dan lebaran, kue ini juga banyak
yang menjual di beberapa toko makanan yang tersebar di kota Barabai. Beberapa pengolah
kue ini juga membuat lapak tersendiri di depan rumah mereka untuk menjual kue
lam bikinan masing-masing. Selain untuk suguhan lebaran, kue lam juga bisa
dijadikan oleh-oleh buat kerabat di luar kota.
Tertarik mencoba? Ayo berkunjung ke
Kalimantan Selatan J
Untung tahun ini sempat ngerasain yg kukus dan bakarnya..:))
BalasHapusMau dibawain ga yang bakar? :D
HapusGa deh ya. Kalorinya seabrek :p
Mbak Yanti, minal aidzin wal faizin juga yak, :)
BalasHapusMinal Aidin Wal Faidzin juga, Mbak Nurin :-)
Hapusselamat lebaran, mohon maaf lahir batin. Kue lam belum pernah nyoba jadi penasaran
BalasHapusSelamat lebaran juga. Mohon maaf lahir dan batin. Rasanya manis banget, Mbak :-)
HapusPernah coba kue yg mirip2 sperti ini waktu kuliah ada teman kost bawa dari lampung dan sampe skr msh inget bgt rasanya yg maksyuuuss bgt :) pngen coba buat tp tkut gagal :(
BalasHapusSaya juga belum pernah nyoba buat sendiri. Beli aja :-)
Hapus