Tidak semua hal yang kita inginkan
di dunia ini bisa terwujud sepenuhnya. Sama halnya dengan cita-cita. Cita-cita
yang terus kita inginkan sejak kecil terkadang menemui kendala untuk bisa
mewujudkannya. Seperti cita-cita seorang ibu muda bernama Wiwid Wadmira.
Bercita-cita menjadi guru semenjak masih belia, namun mengalami beragam macam
kendala.
Namun, belum terwujud menjadi guru,
bukan berarti Mbak Wiwid gagal total menjadi guru. Setelah memiliki anak kembar
yang bernama Kira dan Kara, Mbak Wiwid telah menjadi guru bagi kedua putrinya.
Bagaimana pun seorang ibu adalah madrasah pertama buat anak-anaknya.
Dunia parenting adalah tema yang banyak kita temui di blog beliau http://mykirakara.blogspot.com, terutama yang berhubungan
dengan tumbuh kembang anak kembar. Mbak Wiwid pernah membantu di The Urban Mama
pada forum moderator. Ilmu parenting
beliau dapatkan dari membaca ratusan post yang masuk setiap hari, juga dari
beragam seminar yang diikuti terlalu sayang untuk dibiarkan menguap begitu
saja. Karena itulah, Mbak Wiwid terampil mengulas ilmu parenting yang disandingkan dengan pengalaman beliau menjadi ibu
bagi si kembar.
Si Kembar Kira dan Kara |
Seiring berjalannya waktu dan usia
si kembar semakin bertambah, Mbak Wiwid pelan-pelan kembali mengubah susunan
perabotan rumah seperti sedia kala dengan maksud memperkenalkan kepada
anak-anak beliau tentang benda-benda apa saja yang berbahaya dan benda apa saja
yang aman digunakan jika hati-hati menggunakannya. Walaupun pada tahap ini,
tetap saja Mbak Wiwid menemui kelakuan si kembar dengan ciri khas anak kecil
yang suka mengeksplorasi. Seperti seprai penuh dengan coretan lipstik dan
lantai kamar penuh dengan bedak.
Namun, di balik semua kejadian itu,
Mbak Wiwid ingin memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk berbuat salah
dan memperbaikinya kembali. Hingga pada akhirnya anak-anak mengetahui kalau
lipstick bukan krayon dan deodorant bukan untuk digosok-gosokkan di kaca.
Anak kembar yang terlahir dalam
waktu berdekatan dan tumbuh bersama di rahim yang sama juga bukan berarti
mereka selalu kompak dan akrab, tanpa pertengkaran sedikit pun. Kira dan Kara
juga seperti itu. Ketika mereka masih berusia 10 tahun, malahan si kembar bisa
bertengkar lebih dari 10 kali setiap harinya. Ketika Mbak Wiwid bertanya kepada
para ibu yang memiliki anak kembar, ada yang mengusulkan agar membelikan barang
yang sama dengan warna yang sama. Maka, dengan memiliki masing-masing satu
benda, pertengkaran tidak akan terjadi lagi.
Tapi, pada praktiknya, ternyata
yang diinginkan bukanlah benda serupa. Tapi, yang diinginkan ketika perebutan
terjadi adalah benda yang dipegang oleh saudaranya. Sejak saat itu, Mbak Wiwid
memutuskan untuk tidak membelikan barang yang serupa. Mbak Wiwid mengajarkan
anak-anaknya memilih saat membeli, yang ternyata justru dengan belajar memilih ini,
si kembar belajar menerima konsekuensi akan pilihannya dan bertanggung
jawab akan pilihannya. Si kembar pun punya pilihan yang berbeda, dengan begitu,
Mbak Wiwid dan keluarga juga mengajarkan lagi kepada si kembar untuk meminta
izin jika menginginkan bermain dengan mainan saudaranya. Hal itulah yang
dituangkan Mbak Wiwid dalam postingan berjudul ‘Ketika Si Kembar Saling Berebut (Sibling Rivalry)’
Wah, membaca blog Mbak Wiwid memang
bertabur dengan ilmu parenting, khususnya ilmu parenting bagi yang memiliki
anak kembar. Selain dua postingan yang saya ceritakan di atas, ada banyak hal
lagi yang dibagikan Mbak Wiwid seputar pengalamannya mengasuh si kambar. Yuk,
yang mau kepo bisa langsung menuju blog beliau.
Keren y mba, qu urus 1 aza uda pening kepala hahaha
BalasHapusIyaa, Mbak... Tapi saya pengin punya anak kembar. Hehehe..
Hapusdetil banget ya mba wiwid sampai mengubah2 tata letak rumah.. totalitas abis demi si kembar. Memang selalu ada seninya ya. Dan enaknya di blog Mba Wiwid bisa belajar banyak... makasih mba Hairi tulisan ciamiknya.
BalasHapusIya mbak Ira. Salut sama mb Wiwid. Ilmu parentingnya banyaak jadi bisa dipraktekkan. Terima kasih juga mb Ira :-)
Hapus