Kampung halaman biasanya punya arti special
buat kita. Jika merantau, apa yang di kampung halaman kerap dirindukan. Saya
pun begitu, walaupun merantaunya hanya melompat dikit ke provinsi tetangga.
Saya berasal dari Kalimantan Selatan, setelah menikah mengikuti suami ke
Kalimantan Timur.
Walau hanya dari
Selatan ke Timur dan masih di pulau yang sama, namun, ada beberapa hal yang
sangat saya sukai di kampung halaman saya tapi tidak saya temukan di
perantauan. Karena itulah kesempatan mudik biasanya saya sempatkan untuk
mencicipi hal-hal yang tidak saya temui itu. Dan tak lupa, ketika pulang balik
ke Kaltim membawa serta segala hal-hal itu ke Kaltim.
Berikut adalah
beberapa bahan makanan yang sering saya bawa pulang ke Kaltim. Bukan buat
oleh-oleh juga, tapi buat simpanan dan makanan sendiri aja.
1.
Beras Unus
Di
Kalsel ada punya beras andalannya yaitu beras unus. Ciri khas beras ini
teksturnya yang tidak pulen tapi pera. Dan butir-butir nasi (setelah masak
tentunya) bisa dipisahkan butir demi butir. Bedalah dengan beras jawa yang
banyak dijual di sini.
Saya suka sekali nasi yang dimasak
dengan beras ini. Saya suka nasi yang pera bukan yang pulen. Bahkan saya pernah
membawa sendiri nasi ke satu tempat makan waktu mau makan keluar bareng
keluarga, karena saya tau di tempat makan itu tidak menggunakan beras unus.
Tadinya saya pikir karena masih
tetanggaan, maka akan dengan mudah saya temukan beras unus di Kaltim. Dan
ternyata tidak adaaaa…. Huwaaaa…. Pernah saya menjelajah pasar besar di
Balikpapan, ada sih yang jual beras Banjar tapi kualitasnya bukan seperti beras
unus.
Oleh sebab itulah, maka, di beberapa
kesempatan pulang dan kalau memungkinkan membawa beras, saya akan membawa beras
unus. Untung pulang kampungnya lumayan sering ya :D
2. Cabe Rawit
Wkwkwk… Segala cabe rawit dibawa
juga :p
Cabe rawit |
Tapi cabe rawit dari Barabai itu
beda dengan cabe rawit yang saya temui di Balikpapan dan sekitarnya. Sama-sama pedas sih, tapi
cabe rawit di Barabai itu mungil-mungil lucu menggemaskan. Sementara cabe rawit
yang saya temui di Kaltim itu gede-gede. Walaupun tidak bisa menjelaskan
perbedaan rasanya gimana, tapi ada yang beda deh di lidah saya saat
menikmatinya. Cabe rawit dari kampung halaman lebih enaaak. Saya biasa membawa
sedikit aja sih. Beli seribu atau dua ribu di pasar.
3. Pakasam
pakasam |
Ini khas daerah saya banget. Bahkan
di kota lain di Kalimatan Selatan juga jarang bisa ditemui penganan satu ini.
Pakasam ini jenis lauk yang diawetkan yang rada unik karena diawetkan dengan
beras yang ditumbuk dan disangrai. Rasanya pun bukan dominan asin seperti ikan
asin, tapi ada rasa asam-asamnya. Makanya namanya pakasam. Beras yang ditumbuk
dan disangrai itu nantinya menjadi sesuatu yang namanya samu. Samu ini kalau
digoreng krenyes-krenyes gitu. Nikmat deh makan pakasam ini.
Pakasam mentah ini aromanya juga
aduhai… Bisa menguar ke seluruh isi tas dan bikin kita mencuci semua pakaian
yang dibawa di tas tersebut. Tapi, nikmatnya juga luar biasa. Digoreng dengan
bawang merah dan cabe merah hijau yang banyak dan dimakan dengan nasi dari
beras unus yang panas bikin lupa diet deh.
4. Masak Asam
Telang / Telang Asam Manis
Saya tidak tau apa bahasa
Indonesianya ikan telang itu. Pernah mencoba bikin dengan ikan asin lain
seperti ikan asin kakap atau ikan asin tenggiri. Namun, tidak ada yang
mengalahkan rasa ikan asin telang dari kampung halaman sendiri.
Biasanya sih bawa ini kalau kakak
ipar saya yang punya usaha catering itu menawarkan. Karena suami doyan, jadi
saya selalu iya-iya aja kalau ditawarkan apakah mau bawa olahan ikan asin ini.
Apalagi waktu Ramadan kemarin seperti cerita saya di sini. Apalagi olahan dari
catering kakak ipar saya yang memang nikmat tiada tara, duh, siapa yang bisa
menolak ketika ditawarkan?
5. Lumpia Ibu
Mega Rantau
lumpia ibu Mega |
Ahahaha… Waktu nulis ini lagi ingat
sama lumpia tersebut. Saya juga enggak kenal sih siapa ibu Mega tersebut.
Pertama kali nyoba lumpia ini waktu kakak saya beli, oh oke lah rasanya enak
karena saya lapar. Kemudian keluarga saya punya lagi langganan yang jual lumpia
ini. Kali ini lebih enak karena hanya akan digoreng saat kita mau beli, beda
dari penjual sebelumnya yang sudah digoreng duluan lumpianya.
Lumpia Ibu Mega ini banyak cabangnya
di mana-mana di seantero Kalsel. Favorit saya yang rasa kentang, kentang manis
atau kentang pedas keduanya oke. Lumpianya panjang dan lumayan gede.
Awal Ramadan kemarin, saat mau balik
ke Kaltim, saya membawa lumpia ini pulang ke Kaltim. Lumpia yang belum
digoreng. Penjualnya sih khawatir kalau lumpianya tidak tahan karena terlalu lama
di perjalanan. Tapi, karena sebelum naik pesawat saya mampir dulu ke rumah
kakak di Banjarbaru, jadi lumpia bisa saya masukkan lagi ke dalam frezer.
Alhamdulillah, rasanya tetap enak dan bisa saya nikmati sebagai penganan saat
buka puasa bersama suami.
6. Bawang
Goreng
Wkwkwk… Ini sih dibawa karena faktor
malas saya aja. Saya tinggal di sebuah kota kecamatan di mana bahan-bahan
makanan yang dijual tidak selengkap yang ada di kota besar. Yang jual bawang
sih banyak ya. Tapi, saya belum menemui yang jual bawang merah dan bawang putih
yang sudah dikupas yang segar-segar.
Jadinya, setiap pulang kampung saya
selalu menyempatkan bikin bawang goreng di rumah orangtua. Sekalian bikin buat
stok orang rumah di Barabai juga. Sebagian saya bawa juga. Karena bawang goreng
itu nikmat buat ditaburkan di atas makanan, apalagi kalau mau bikin soto. Wah,
harus punya stok bawang goreng yang melimpah ruah. Jadiii… Bawang goreng ini
baik bawang merah atau bawang putih goreng, lumayan sering saya bawa saat
mudik.
7. Sambal Petis
Botolan
Buat saya makan gorengan itu paling
enak pakai sambal petis. Tempe, tahu, atau bakwan bahkan pisang goreng sekali
pun enak banget kalau dicocol ke sambal petis. Dan sambal petis produksi
Martapura ini yang jadi andalan saya.
Belum nemu juga yang jual ini di
Kaltim, jadinya selalu bawa dari Banua atau dari Kalsel. Dulu sih sekali bawa
bisa 4 botol sekaligus, sekarang karena mau mengurangi makan gorengan jadi
bawanya sedikit saja. Kalau sambal petis habis, jadi tidak semangat lagi makan
gorengan. Hehehe….
Nah, itulah 7 bahan makanan yang sering atau
pernah saya bawa ke Kalimantan Timur. Selain yang tujuh itu, ada beberapa lagi
yang sering saya bawa. Seperti sambal pecal, ikan asin, terasi, sirup, dan lain
sebagainya.
Kalau teman-teman, suka bawa apa dari kampung
halaman kalau sedang merantau? :D
Belum pernah cobain semua kecuali cabe rawit sama bawang goreng :))) tiap daerah pasti ada yang khas y mba mantep kayaknya Pakasam klo kirim ke Bandung busuk di jalan y mba hahaha
BalasHapusKalau yang nyampai sehari mungkin bisa mbak Herva... Tapi lumayan awet sih di suhu ruang ini :-)
HapusEw, sambal petis dalam botol? aku baru tahu, ada sambal gitu.. hikss penasaran rasanya. biasanya aku cuma bisa beli dari pasar, terus kemasannya dibungkus pakai daun pisang.
BalasHapusIyaa, Mbak. Jadi ini siap makan sambal petisnya. Tinggal dituang ke piring dan dicocol sama gorengan :D
HapusKalau aku sih, kecap. bagiku kecap dari kampung halaman rasanya juara. Mungkin karena sudah familiar sejak kecil sih.
BalasHapusDulu saya juga sukaaa banget sama kecap produk lokal, Mbak. Kemudian kecap tersebut mulai langka. Saya kehilangan sangat. Sekarang sih udah bisa move on ke kecap ABC. Hehehe... Jadi pengin cerita tentang kecap :D
Hapuspenasaran sam pakasan juga telang asam manis :o
BalasHapusAyo ke Kalsel, Mbak :D
HapusKalau jalan-jalan ke luar negeri gak bisa bawa beras unus lho Yan...gimana tuh? wkwkwkwk
BalasHapusWkwkwkwk... Kalau terpaksa bisa aja kok, Teh ;-)
HapusKalau ke tanah suci amaaan, Teh. Saya suka beras di sana. Mirip2 lah sama beras unus yang pera. Tapi bedanya di sana berasnya panjang2 :D
klo saya bawa bumbu pecel. mudah buatnya
BalasHapusDaerah handil sdh ada agen sambal petis botolan asli martapura
BalasHapus