Olimpiade Rio 2016 resmi sudah
berakhir. Meski begitu, cerita-cerita seputar Rio masih terkenang-kenang. Belum
move on kalau kata orang. Untuk
Olimpiade kali ini, saya lumayan mengikuti perkembangannya terutama di cabang
olahraga… emm… apalagi kalau bukan bulutangkis. Olimpiade dibuka pada tanggal 5
Agustus 2016, namun untuk pertandingan
bulutangkis dimulai dari tanggal 11 Agustus hingga 20 Agustus 2016. Total
10 hari.
10 hari ketika pertandingan
bulutangkis berlangsung adalah hari-hari yang rasanya nano-nano. Manis, asam,
asinnya komplit. Harap, cemas, nyesak, sedih, kecewa, bahagia, gembira,
deg-degan, semuanya deh. Komplit. Inilah gelaran akbar olahraga empat tahun
sekali.
Sebenarnya kalau bicara tournament,
bulutangkis punya banyak sekali tournament kelas dunia setiap tahunnya.
Berderet-deret deh dari All England hingga gelaran super series atau grand
prix. Tapi, ini Olimpiede, Bung!
Yang digelar hanya empat tahun sekali. Sensasinya beda, auranya beda,
tekanannya juga pasti beda.
Untuk bisa berlaga di ajang
Olimpiade juga tidak bisa didapatkan cuma-cuma. Setiap negara hanya bisa
diwakili maksimal 2 perwakilan di setiap sektor. Tapiiii… Tidak semua negara
juga bisa mengirim dua wakil. Hanya Tiongkok yang bisa mengirim 2 wakil di
setiap sektor. Ada syarat dan ketentuan yang berlaku yang akan panjaaaang
sekali penjelasannya. Singkat cerita, Indonesia
hanya bisa mengirim 10 atlet bulutangkis.
Setiap sektor diwakili oleh satu perwakilan dan hanya ganda campuran yang bisa
mengirim 2 perwakilan.
Ada beberapa momen yang masih
membekas di pikiran saya tentang Olimpiade ini. Kalau enggak dibagi kok
kepikiran mulu ya. Jadi, saya tuliskan saja.
Momen
Paling Nyesak.
Sebenarnya ada beberapa momen yang
bikin nyesak, tapi kalau ditanya yang paling ya inilah jawabannya. Jadiiii, di
antara sederet perwakilan Indonesia yang paling saya harapkan untuk membawa
pulang medali emas adalah dari ganda putra. Siapa lagi kalau bukan pada
pasangan Muhammad Ahsan dan Hendra
Setiawan. Padahal kalau mau ditelisik ke belakang, prestasi Ahsan dan
Hendra ini agak mundur. Tapi, BL (Badminton Lovers) selalu percaya kalau Ahsan Hendra selalu memukau jika tampil di
kancah bergengsi.
Ahsan Hendra Sumber : IG @king.chay |
Mereka bisa kalah di ajang SS dan
SSP. Tapiii… Selalu berhasil juara di event yang penting seperti Kejuaraan Dunia,
Asian Games, Super Series Final, atau tampil memukai di Piala Thomas dengan
melibas ganda putra nomor satu dunia dengan terlihat begitu mudah. Lalu,
bagaimana di Olimpiade? Di fase grup Ahsan Hendra ditakdirkan untuk berada di
grup yang tidak mudah. Orang bilang grup neraka karena di sana ada 3 ganda yang
ada di top 8 dunia. Walaupun begitu, BL
selalu percaya kalau Daddies (julukan untuk Ahsan Hendra) bisa melewati
rintangan yang ada.
Di pertandingan pertama, Ahsan
Hendra bertanding melawan ganda putra dari India Attri / Reddy dan mereka berhasil menang.
Pertandingan kedua mereka melawan Endo / Hayakawa dan kalah. Oh… BL merintih
tapi masih berharap. Di saat ganda putri dan ganda campuran sudah memastikan
lolos ke perempat final, ganda putra Indonesia ini harus berjuang di
pertandingan yang kata orang hidup mati. Siapa yang menang, ia akan melaju ke
babak selanjutnya. Siapa yang kalah, maka langkahnya di Rio terhenti.
Dan ini adalah Olimpiade. Hanya
terjadi empat tahun sekali. Ketegangan dirasakan pada BL menjelang
pertandingan. Termasuk saya -_-. Ketika pertandingan dimulai, saya gelisah
sekali. Apalagi ketika di set pertama kalah dan set kedua ketinggalan. Akhirnya
saya memilih tidak menonton. Tidak sanggup rasanya melihat Ahsan Hendra
menjabat tangan lawannya yang mengemas kemenangan, sementara langkah mereka di
Olimpiade terhenti.
Saat itulah rasanya nyesaaak sekali.
Bahkan nyesaknya masih terasa hingga saat saya menulis ini. Pada saat itu, saya
sukses gagal membendung air mata. Menangis tersedu-sedu melebihi saya menangis
karena menonton drama Korea. Wakakaka….. Walaupun di pertandingan selepas
pertandingan Ahsan Hendra itu pemain Indonesia yang lain mengemas kemenangan
tetap saja rasanya tidak bisa menghibur hati yang tengah dilanda gulana. Medali
emas serasa jauh dari jangkauan mata.
Hendra Ahsan |
Sekarang setelah Olimpiade berlalu,
saya pun masih baper kalau melihat duo ganda putra terbaik di Indonesia itu.
Saat Owi dan Butet dieluk-elukan sedemikian rupa, mereka mana? Huhuhu… Meski
kalah dan bikin kita nangis, tapi Ahsan Hendra sudah sering membuat kita
tersenyum dengan memenangkan banyak tournament. Bukan hanya karena kalah,
lantas kita melupakan mereka apalagi sampai nge-bully. Oh no…
Momen
Nyesak Part 2
Ini nyesaknya agak turun kastanya
dibanding nyesak pertama tapi tetap aja ya namanya juga nyesak. Setelah semua
pertandingan selesai di sektor ganda, maka diadakan drawing untuk menentukan siapa lawan di perempat final sekaligus
penentuan pool atlet berada. Lewat drawing ini, jadi tahu kalau menang
siapa lawan berikutnya. Dan drawing
ini bikin nyesaaak karena mempertemukan ganda campuran Indonesia di perempat
final.
Seperti yang saya ceritakan di sini,
hal itu memang memastikan Indonesia punya wakil di semifinal tapiii juga harus
kehilangan satu wakil di perempat final. Belum lagi lawan yang menanti adalah Zhang Nan dan Zhao Yunlei, ganda nomor
satu dunia. Sementara di ganda putri, pasangan ganda putri terbaik Indonesia
Greysia Polli dan Nitya harus melawan ganda Tiongkok Yu Yang dan Yuanting. Kalau lawannya China ini bawaannya serem aja.
Walaupun begitu, saya yakin kalau Greysia dan Nitya bisa menghadapi mereka
berdua karena melihat permainan mereka di fase grup cukup meyakinkan.
Sementara itu, drawing para atlet negara Tingkok sungguh enak betul. Jika berjalan
lancar, mereka berpeluang untuk menciptakan All China Final di semua sektor
kecuali ganda putri. Wuiiiih… Rasanya gimana gitu melihat hasil drawing. Jangankan medali emas, satu medali pun terasa semakin menjauh dari
pelupuk mata.
Pada akhirnya, kita semua tahu… Praveen Debby harus kalah lawan teman
senegaranya di perempat final. Greysia Nitya juga kalah melawan ganda putri
China di perempat final. Wakil tunggal
putri memberikan hasil sesuai dugaan kalah di fase grup, sementara di
tunggal putra kalah di perdelapan final. Indonesia hanya menyisakan satu wakil
yaitu Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir.
Mereka senyum, tapi lihat matanya berkaca-kaca. huhuhu.... |
Momen
Kejutan
Olimpiade selalu penuh kejutan. Atlet
terbaik sedunia berkumpul dengan satu tujuan yaitu medali emas. Tapiii… Medali
emasnya cuma satu. Pada rebutan dunk, eh, pada berjuang habis-habisan. Kemudian
satu per satu unggulan berguguran. Dimulai dari… hemmm…. Apa mau dikata kalau
kata Bung Bruto Happy, Ahsan Hendra
adalah pasangan unggulan pertama yang harus kalah (baper lagi). Di sektor
tunggal putri, unggulan dari India, Saina Nehwal, membikin kejutan dengan harus
gugur juga di fase grup. Belakangan diketahui kalau ia mengalami cedera.
Hari berikutnya semakin banyak lagi
kejutan yang terjadi. Atlet tunggal putri andalan Thailand, Ratchanok Intanon harus menyerah kalah
di tangan pebulutangkis Jepang, sementara pasangan ganda putra nomor satu dunia
asal Korea Lee Yong Dae / Yoo Yeng Son
yang digadang-gadang bakal meraih medali emas juga harus menyerah kalah.
China yang hasil drawing-nya asoy geboy juga ternyata
jalannya tak mulus menuju final. Satu per satu wakil negara Tiongkok itu
berguguran. Bahkan Tingkok yang menjadi
sarang pebulutangkis wanita terbaik di dunia tak mendapat medali satu pun di
sektor ganda putri dan tunggal putri. Hal ini malah diperparah dengan
cederanya tunggal putri terbaik Tiongkok saat ini Li Xuarei.
India yang kehilangan unggulan
pertamanya Saina Nehwal justru mendapat medali perak lewat tunggal putrid
lainnya P V Shindu. Sementara di luar dugaan, ganda putra dari Inggris mendapatkan medali perunggu. Malaysia juga tak kalah membuat kejutan,
negeri jiran itu menempatkan 3 wakil di final. Padahal atlet mereka yang
menduduki peringkat 10 besar dunia hanya satu yaitu Datok Lee Chong Wei di tunggal putra. Sisanya semuanya di luar 10
besar. Tapi, inilah Olimpiade. Kejutan akan selalu ada.
Sedih lihat ini :( Datok Lee Chong Wei |
Tentang
Malaysia
Negeri jiran ini layak mendapat
perhatian khusus, eh, catatan khusus. Prestasi
mereka dalam menempatkan tiga wakil di final layak diacungi jempol. Tentu
saja mereka berharap semua mendapatkan emas karena selama pergelaran Olimpiade
berlangsung, Malaysia belum pernah sama sekali mendapatkan emas. Sementara
negara Asia Tenggara lainnya di tahun ini berhasil memecahkan telur seperti
Vietnam dan juga Singapore dengan Joseph Schooling-nya yang fenomenal.
Di Ganda Campuran, Malaysia gagal
mendapat medali emas karena harus mengakui kehebatan Ganda Campuran Indonesia
Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir. Wakil mereka selanjutnya ada di Ganda Putra
yaitu pasangan Goh V Shem dan Tan Wee
Kiong yang akan melawan ganda putra China Fu Hai Feng dan Zhang Nan.
Pertandingan
berjalan sangat seru. Malaysia mendapatkan match point pertama mereka.
Bayangkan tinggal satu poin saja maka negeri tetangga kita itu akan mendapat
medali emas pertama mereka. Tapii…. Gagal. Match point kedua pun gagal
dimanfaatkan oleh atlet Malaysia. Hingga di point selanjutnya, giliran China
yang mendapat match point dan mereka berhasil. Pertandingan itu pun dimenangkan
oleh China. Kini, harapan emas
satu-satunya buat Malaysia ada pada Datok Lee Chong Wei yang berhasil
melaju menuju final setelah mengalahkan musuh bebuyutannya, Lin Dan.
Olimpiade
Rio kali ini adalah Olimpiade ketiga Lee Chong Wei bisa masuk ke babak final.
Di Olimpiade sebelumnya yaitu di Beijing dan London, Lee Chong Wei hanya
mendapatkan perak. Bagaimana dengan Olimpiade kali ini? Saya pribadi ikut
berharap agak Datok bisa mendapatkan emas karena Rio 2016 akan menjadi
Olimpiade terakhir Datok. Lagi pula, Malaysia menempatkan 3 wakil di final,
masa tidak dapat satu emas pun? Nyesak kan ya? Jadi, dukung Datok dapat emas.
Hasilnya? Datok gagal -_-. Pertandingan dimenangkan oleh Chen Long dari
China dan kembali untuk 3 Olimpiade berturut-turut Lee Chong Wei hanya bisa
mendapatkan emas. Kebayang nyesaknya. Walaupun sedih, warga Malaysia tetap
bangga akan perjuangan Datok LCW.
Momen
Bahagia
Bicara tentang momen Bahagia di
Olimpiade Rio 2016 apalagi dunk kalau bukan Indonesia Raya berhasil
dikumandangkan di Rio. Alhamdulillah… Horeeee…. Senaaaaang. Walaupun di
bulutangkis cuma dapat satu medali tapi senaaaaang banget. Satu medali tapi
emas gitu loh. Daripada 3 medali tapiiii… eh… Udah ah :p
Medali Emas Butet Sumber : IG @natsirliliyana |
Jadi, menjelang final Ganda Campuran
itu saya merasakan suasana yang adem di antara para BL. Tau dunk ya kalau
lawannya negeri tetangga bawaannya suka pada ribut. Malesin deh ngelihatnya.
Tapi, menjelang final kemarin saya melihat bagaimana para BL berusaha saling
mengingatkan untuk tidak mencaci maki, tidak mendoakan yang jelek-jelek
terhadap negara lain. Intinya fokusss aja doa agar Indonesia bisa dapat medali
emas.
Jadi, kalau ada BL yang rada nakal
pada diingatkan. Ayo jangan doa jelek
nanti doanya balik ke kita. Mari kita jaga pikiran, hati, dan perkataan agar
Indonesia bisa dapat emas. Walaupun yaa tidak semuanya bisa dikendalikan
karena Indonesia kan penduduknya banyaaak banget. Tapi dari komunitas pecinta
bulutangkis yang saya ikuti pada adem, pada saling mengingatkan untuk tidak
berkata yang jelek-jelek.
Setelah kemenangan Owi Butet, saya
melihat ada yang masang status katanya Indonesia itu suka mem-bully sama negara tetangga. Perkataannya
kasar-kasar. Sementara pihak Malaysia begitu legowo dengan kekalahannya.
Hemmm…. Kalau saya lihat tidak bisa digeneralisasi juga semuanya begitu. Karena
saya melihat juga banyak kok yang mengapresiasi perjuangan atlet Malaysia.
Tidak semua berkata-kata jelek dan kasar. Dan saya juga mendapati kok ada akun
dari negara tetangga yang berkata kasar tentang Indonesia. So, jangan
digeneralisasi juga. Para BL banyak yang masih menjaga kata-katanya dan tidak
berkata jelek. Jadiiii… tergantung oknumnya jugaaa…. Semoga ke depan, kita
semua terus bisa menjaga perkataan biar tidak bersitegang mulu dengan saudara
sejiran.
Momen Emosional
Saya paling suka menyaksikan akhir
pertandingan. Momen kemenangan itu sedaaap sekali dilihat dengan catatan bukan
atlet Indonesia yang dikalahkan. Hahaha… Kalau atlet Indonesia yang kalah kok
enggak tega gitu lihatnya -__-
Gigit Emas |
Selain kemenangan Owi dan Butet,
saya paling baper waktu melihat kemenangan Zhao Yunlei dan Zhang Nan pada waktu
perebutan medali perunggu yang melawan rekan senegaranya Xu Chen dan Ma Jin.
Sebelumnya Zhao Yunlei telah mengumumkan kalau perebutan tempat ketiga di
Olimpiade itu adalah pertandingan terakhirnya. Jadi, setelah pertandingan
selesai, Zhao Yunlei melambaikan tangan ke arah penonton, seperti salam
perpisahan begitu.
Sementara, Zhang Nan seperti agak canggung menanti
salam-salam perpisahan Yunlei. Eh, kemudian mereka tos dan Zhang Nan memeluk
Zhao Yunlei dalam waktu yang lamaaaaaa…. Beuh… Berasa nonton drama Korea di
ajang Olimpiade. Baper deh saya. Hahaha…. FYI, Zhang Nan dan Zhao Yunlei sempat
memadu kasih walau sekarang udah bubaran. Hihihi… Bulutangkis mah gini, selain
pertandingan yang seru, kisah romantika antar atlet juga menarik untuk disimak.
Begitupun pertemanan mereka di luar lapangan. Di lapangan boleh jadi lawan,
tapi di luar lapangan bisa berteman.
Debby Zhang Nan dan Zhao Yunlei Sumber : IG @debbysusanto |
Daaaan…. Olimpiade pun berakhir.
Kalau ada usia, kita akan bertemu lagi dengan Olimpiade 4 tahun yang akan
datang di Tokyo, Jepang. Katanya bakalan ada Olimpiade dengan teknologi yang
canggih. Jepang gitu loh. Sampai jumpa di Jepang :D
Keren ya Mbak...ikut terharu...duuuh gimana gitu perasaan mengharu biru.
BalasHapusIya, Mbak. Terharu. Apalagi kita ga dapat medali emas di tahun 2012
HapusLengkap dah liputannya. Penuh kebaper-an, hehe
BalasHapusHahaha.... Baper mulu ya, Mbak :D
HapusEntah berapa kali dibangunin tengah malam waktu ada pertandingan selama olimpiade kemarin..:p
BalasHapusAh, masa? Kan dibangunin kalau ada pertandingan penting aja... Tapiii... Semuanya penting. Hahaaha.... Olimpiade gitu loh. Siapa katanya mau nonton Fu Hai Feng ternyata tidur :p
HapusKwkwkw dasar BL baper 😂
BalasHapusWkwkwwkk.... Baper plus cemen. Kalau mau kalah ga berani nonton :p
Hapusi lope Indonesia, bangga bgt
BalasHapusIya, Mbak. Bangga banget :D
Hapus