Beberapa waktu
ini, entah mengapa saya merasa kalau pakasam sedang naik daun. Beberapa orang
mem-posting olahannya di media sosial, beberapa yang lain menjualnya dan laris
diserbu para pembeli.
Layaknya makanan kampung lainnya, pakasam
adalah kelezatan yang tak pernah usang. Mereka yang lama tak menyantap
merindukannya, mereka yang bisa dengan mudah menikmati tak pernah bosan untuk
menyajikannya di meja makan.
pakasam Barabai |
Pakasam adalah
sekian cara untuk mengawetkan ikan yang ada di muka bumi ini. Diasinkan juga
tapi berbeda dengan ikan asin pada layaknya karena ada samu yang menambah kelezatan pakasam. Samu adalah beras yang disangrai kemudian dihaluskan dan ditaburi
atau dilumuri di sekujur tubuh ikan. Butir-butir halus samu inilah yang membuat
kelezatan pakasam menjadi berlipat. Samu ini juga lah yang membuat rasa pakasam
berbeda dengan ikan asin pada umumnya karena rasa ikan menjadi ada rasa
asamnya.
Pakasam di Pasar Barabai |
Sebenarnya saya
tidak tahu persis bagaimana cara membuat pakasam karena di kampung halaman
saya, Barabai, banyak sekali penjual pakasam yang bisa dengan mudah ditemukan. Barabai adalah salah satu kota
kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan. Barabai merupakan ibukota dari
kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Di pasar Barabai, ada penjual pakasam yang
sudah siap menjual pakasam andalannya sejak subuh hari. Kita tinggal datang dan
membelinya, bisa memilih jenis pakasam yang diinginkan, baik dari jenis ikannya
ataupun tingkat keasamannya. Semakin lama pakasam, biasanya semakin keluar rasa
asamnya. Begitu juga jenis ikannya, ada beberapa ikan yang biasanya dijadikan
pakasam dan dijual di pasar Barabai, namun yang menjadi primadona adalah ikan
sepat atau ikan anakan yang kecil-kecil.
Pakasam yang digoreng dengan bawang putih yang banyak |
Di beberapa
daerah di Kalimantan Selatan memang bisa ditemukan yang menjual pakasam ini, sebagian
menyebutnya iwak samu. Namun, yang menjadi primadona tetap pakasam dari
Barabai, tepatnya lagi pakasam yang berasal dari desa Mahang, salah satu
kecamatan di kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.
Pakasam yang
dijual di Pasar Barabai harus diolah dulu sebelum disantap. Biasanya diolah
dengan cara digoreng dengan menggunakan irisan bawang merah atau bawang putih
serta irisan cabe hijau dan cabe merah. Samu yang ada pada pakasam memang
membuat perjuangan menjadi lebih ekstra saat menggorengnya karena akan ada
letupan-letupan yang bisa saja mengenai kulit kita. Walaupun begitu, perjuangan
saat menggoreng setara dengan kelezatan yang akan didapatkan saat menyantapnya.
Letupan-letupan kecil saat menggoreng itu anggap saja harga dari sebuah
kelezatan yang harus dibayar.
Pakasam yang
sudah diolah atau digoreng bisa disantap dengan nasi putih saja. Itu pun sudah
bisa membuat penggemarnya menambah nasi berkali-kali dan melupakan diet yang
selalu dikumandangkan. Kelezatannya menjadi berganda jika menyantapnya disertai
dengan kuah bilungka bakarik. Bilungka bakarik adalah kuah santan dengan isian
bilungka atau timun yang dikerik. Enaknya pakasam menjadi lebih sempurna jika
disantap dengan nasi dari beras unus, beras khas dari Kalimantan Selatan.
bilungka bakarik |
Berhubung pakasam
adalah ikan yang diawetkan, maka ia pun bisa dibawa sebagai oleh-oleh atau
sebagai pelipur rindu orang yang merantau. Seperti saya, ketika kembali ke
perantauan tak lupa untuk membawa pakasam. Namun, ketika membawanya perlu
dikemas dengan rapat agar aroma dari pakasam tidak keluar.
Biasanya saya akan membungkusnya dengan
kertas koran, dibungkus lagi dengan plastik, kemudian masuk ke toples yang
rapat. Tak lupa saya membubuhi bubuk kopi di toples tersebut. Pernah pakasam
saya masukkan begitu saja ke dalam tas, hanya dibungkus dengan plastik
seadanya. Hasilnya, seluruh isi tas saya menebarkan aroma pakasam. Semua baju
pun harus dicuci karena menguarkan bau tidak sedap.
Tertarik mencoba pakasam? Mari berkunjung ke
kota kelahiran saya di Barabai, Kalimantan Selatan :D
baru kenal namanya Pakasam, aku pikir makanan yang asam. Pingin coba,
BalasHapusAda asam2nya memang, Mbak :D
HapusPenasaran pengen nyobain pakasam
BalasHapusAyo ke Kalsel, Mbak :-)
HapusMau
BalasHapusBeneran? Samunya dimakan juga loh :p
HapusDari fotonya aku kira ikannya diolah jadi semacam rendang kering gitu, ternyata pengolahannya mudah ya. Cuma kayaknya menggorengnya harus butuh keberanian ekstra nih.
BalasHapusIyaa... Menggorengnya ada letupan2 gitu, Mbak. Salah2 bisa kena wajah.
HapusGakkkk tauuu iniiii, tapi kayaknya enak banget.
BalasHapusBisa dibawa kah ini dari Kalsel? Mauuu
Bisa, Mbak Lidha. Mau? Hehehhe...
HapusWah semoga saya ada kesempatan untuk nyobain pakasam ini dan kuah timunnya :D
BalasHapusAyo ke Kalsel, Mbak. Di rumah makan Agus Sasirangan ada. Tapi nama menunya iwak samu :-)
HapusBarabai, jadi ingat sama seseorang hiks *curcol*
BalasHapusNah.. Ingat siapa, Mbak?
HapusJadi ini dari ikan sepat ya mba, aku tahunya ikan sepan, ikan asin gitu. Jadi penasaran sama pakasam ini, enak neh sepertinya mba.
BalasHapusIkannya dari ikan segar sih, Mbak. Tapi kan digaramin juga dengan beras yg disangrai itu :D
Hapushyaaa ampuuun yanti, aku penggemar ikaaan. kau jahaaat deh bikin aku sukses ngilerrrr
BalasHapusHahahaha.... Ampuuuuuniiii saya Mama Airaa....
Hapusduh...
BalasHapustulisanmu meuni deramah banget Yan : Letupan-letupan kecil saat menggoreng itu anggap saja harga dari sebuah kelezatan yang harus dibayar hahaha...
makanya jangan suka nge-Wang-So terus biar kalo lagi goreng ikan gak baper-an hehe
*minta dijambag*
Wakakakakaaaa.... Teteeeeh... Ini pas nulis emang lagi dramaa... Adududu... Wang So bentar lagi abis Ya, Teh? Kumaha kalau ga happy ending? Heheheh...
HapusHuwaa.. ngecess :D
BalasHapusmqakanan tradisional kita memang punya kekhasannya sendiri, salah satunya cara memperolehnya itu, gak bisa didapatkan di semua tempat :D
Nah iya banget, Mbak. Bahkan beras di Kaltim dan di Kalsel pun beda. Ga ada yang jual beras Banjar di sini. Hiks.
HapusSaya belum pernah coba nih mbak jadi belum tahu rasanya gimana, selain tidak ada di tempat saya disetiap rumah makan juga gak ada yang jual mungkin hanya diderah tertentu kah mbak ?
BalasHapusIya. Di Kalsel aja ini. Di rumah makan ada biasanya...
HapusKalo di Palangkaraya namanya wadi Mb, persis seperti pakasam penampakannya. Enak betul di goreng garing
BalasHapusKalau wadi di daerah saya beda lagi bentukannya mbak. Ada wadi, ada pakasam. Hehehe...
HapusSelalu penasaran sama cerita makanan mbak yanti
BalasHapusJd keepengeeen
BalasHapusmbaa aku pgn beli minta nomer wa nyaa beliin dong hihi jastip
BalasHapusMbak, DM ke IG saya aja ya @hairiyanti
Hapus