Sepasang Mata Rindu, judulnya. Judul yang tak direncanakan
karena saya temukan selepas tuntas menulis cerpennya. Cerpen ini sendiri
bermula dari tantangan untuk menulis cerpen remaja di Kelas Penulis Tangguh.
Saat itu tema yang disodorkan tentang fobia. Bersama beberapa teman, saya
kemudian membahas tentang fobia. fobia apa saja yang tak awam dan bisa
dijadikan cerita.
"Ada fobia
rindu enggak?" Tanya saya saat itu.
Mengapa saya
menanyakan hal tersebut? Karena saya sedang tersengat rindu. Kata orang rindu
itu indah, namun bagiku itu menyiksa. Begitulah yang dikatakan oleh Teh Melly lewat
lagunya Bimbang. Dan... Saya merasakan itu. Rindu yang menyiksa. Kerinduan saat
itu berdentam-dentam di dalam dada dan ingin dituntaskan tapi belum bisa. Saya
tidak menikmati saat rindu itu tiba tapi justru mencoba menghindarinya.
Saya masih
ingat proses menulis cerpen tersebut. Terjadi di hari minggu. Saya membeli
gado-gado saat mau menuliskannya. Ketika penjual gado-gado bilang kalau saya
akan menunggu lama karena antrian pembeli yang panjang, saya langsung menjawab tidak
mengapa. Justru saya senang, dengan begitu saya bisa punya waktu menulis di
ponsel saya. Maka, mulailah saya mengetik di tengah keramaian warung gado-gado.
Di perjalanan
pulang selepas membeli gado-gado, saya terus kepikiran dengan Alina dan kisah
hidupnya. Alina nama yang saya pakai sebagai tokoh utama di cerpen saya. Maka, ketika sampai ke rumah, gado-gado tidak langsung saya santap
tapi saya masuk kamar dan menyelesaikan cerpen yang belum tuntas itu.
Menulis
cerpen Sepasang Mata Rindu ini penuh kebaperan. Setelah saya mengurung diri di
kamar, saya sesenggukan sendiri menyelesaikan cerpen ini. Ketika mengedit
cerpennya, kembali saya mewek cantik. Membaca ulang tulisan setelah selesai
diedit... Et dah.. Nangis lagi. Hahaha... Entah berapa banyak air mata saya
tumpah karena cerpen ini.
Cerpen ini
sebagian memgambil setting boarding
school. Ketika menulisnya saya membayangkan boarding school tempat sepupu saya sekolah. Saya pernah beberapa
kali ke sana. Ketika pertama kali ke sana, saya merekam aktifitas pulang para
siswa. Di mana mereka banyak dijemput menggunakan mobil-mobil dan mereka keluar
dari asrama dengan menggeret koper. Ketika melihat pemandangan tersebut, saya
berujar dalam hati, suatu saat akan saya jadikan setting cerita tempat ini.
Salah satu
nama yang saya pakai dalam cerita adalah Dinar. Salah satu atlet badminton Indonesia
bernama Dinar Dyah Ayustine. Saya meminjam namanya. Nama Dinar saya jadikan tokoh cerita pada cerpen ini walau bukan tokoh utama.
Pernak pernik
lain yang saya gunakan di cerita adalah sup iga sapi, karena pada saat tersebut
saya memang suka menyantap sup iga. Kalau dijabarkan satu-satu bakalan panjang
deh ya. Intinya... Cerpen walaupun kisah fiksi tapi penulis sering memasukkan
bagian cerita kehidupannya di sana. Walau tak semuanya. Bisa sedikit, bisa juga
banyak. Karena itulah ketika membaca karya fiksi saya suka menebak-nebak bagian
mana yang kisah penulisnya untuk kemudian baper sendiri gara-gara sotoy
tersebut :p
Cerpen ini
saya kirimkan pada bulan April. Di pertengahan Agustus, pada saat saya ber-euforia
dengan kemenangan Owi Butet di Olimpiade, saya mendapatkan kabar dari Mas
Farick Ziat kalau cerpen saya masuk daftar antrian.
Hari ini
ketika membuka Gadis terbaru, saya mendapati ada cerpen saya di sana. Di Majalah
Gadis No. 21 tahun 2016.
Cerpen Gadis |
Baru kemarin saya bikin postingan dengan menyebut
kalau lama tulisan saya tidak nongol di media, Alhamdulillah hari ini menemukan
tulisan saya di media lagi. Hemm… Kalau lama enggak dimuat sepertinya perlu
bikin postingan sejenis. Hahahaa…. Kalau lama enggak nongol, nulis dan kirim
lagi dong, Yan :p
Y ampun mba keren banget siy cuman abis beli gado-gado lalu meramu cerpen dengan apik sampe masuk majalah. Selamat y mba ^^
BalasHapusEmang bikin betah klo mampir sini, bisa mendorong semangat buatku mencoba nulis cerpen dengan harapan tembus media ikuti jejak mba hehhee..
Idenya udah ada sejak malam, Mbak. Cuma nulisnya baru dimulai sambil ngantri beli gado2. Hehehe... Ayo mbak semangat. Saya juga semangatnya suka naik turun :D
Hapuskereeen
BalasHapusLebih keren Mbak Nafi :D
Hapusadi semacam mantra ya mba, tulisan gak nongol2, lalu bikin postingan ttg itu, tiba2 besoknya muncul hehe... Selamat ya mba...
BalasHapusHihihi... Iya, Mbak. Pemancing gitu ya, Mbak. Postingannya mancing buat nongol :D
HapusAlhamdulillah...#JarBangJarwo...:D.
BalasHapusSelamat yak Mbak. :)
Alhamdulillah... Makasiiiih, Mbak Nurin :D
Hapusperkataan adalah doa, cling langsung nongol di media :D
BalasHapusAhahaha... Iyaaa, Mbak. Aamiin... Semoga pemancing karya yang lain buat nongol juga :D
HapusSelamat Mbakkk
BalasHapusNunggunya lumayan juga ya :D tapi begitu dimuat dan tahu ilustrasinya pasti senengnya itulo ...
kayaknya pernah baca cerpen ini ya di PT.
Iya, Ko. Ini pernah di PT. Makasiiih Koko.. Buatku ini masih ga lama nunggunya. Hihihi... Pernah yang lebih lama lagi. Iya, senang lihat ilustrasinya :D
HapusKeren mbak :). Baru tau ternyata penulisnya sendiri sampai nangis-nangis ya
BalasHapusSuka baper saya, Mbak. Jadi, suka lebay deh nangis2. Hehehe....
HapusMau donk diajarin nulis cerpen biar gak kaku kayak aku punya :)
BalasHapusAyo belajar bersama :D
HapusMba yg satu ini memang keren kalau masalah nulis,, kalau saya biki tulisan satu paragrap aja udah kehabisan kata,,
BalasHapusSaya pun kadang kesulitan merangkai kata :D
HapusAyo nulis lageee
BalasHapusIni lagi nulis. Nulis reply komen. Xixixixi....
HapusCerpen ini sungguh sangat apik tenan mba... butuh waktu lama dong ya untuk menulis cerpen ya ng bagus dan bisa masuk majalah
BalasHapusLama nunggunya dan lama cari idenya sih, Mas. Trus lama juga bapernya. Hehehe...
HapusFiksi yang dibiat berdasarkan pemgalaman penulisnya, emang bisa memberi ruh terhadap tulisan... ga heran kalau dimuat di majalah hihihi congrats ya mba...
BalasHapusMakasiiih, Mbak. Kalau isinya ga sesuai pengalaman saya. Hehehe... Asli ngayal. Cuma beberapa pernak pernik cerita yang ada cerita sy di dalamnya :-)
HapusAlhamdulillah, emang mbak Yanti fokusnya sama tulisan fiksi ya, ayo mbak ta' doain fokus nulis buku, udah masanya :D
BalasHapusMbak Lidhaaa... Saya penulis asongan. Hahaha... Apa yang bisa ditulis, ayo, kita tulis. Akibatnya jadi ga fokus ya :D nulis buku sedang diperjuangkan :D
HapusMba hairi hebat, nulis cerpen sampe ditulis di media ... Idenya ternyata bs dri mana aja yaa. Mba, gmn cara kirim karya ke majalah gadis? Via email bs kah? Berapa karakter n ukuran huruf serta spasi berapa?
BalasHapusMakasih ya
Salam
Dipi-bandung- www.dipiwarawiri.com
Iya. Via email. Ke email GADIS.Redaksi@feminagroup dot com. Untuk cerpen 6-7 halaman folio. Tulis identitas lengkap, nomor rekening juga :-)
Hapus