Facebook emang
doyan ya membuka kenangan lama lewat fitur ‘See Your Memories’-nya itu.
Terkadang saya malu sendiri dengan status dan catatan alay zaman dulu. Hihihi…
Tapi, terkadang juga ada kenangan yang membangkitkan semangat atau seperti
mencubit diri sendiri. Seperti hari ini, kenangan yang muncul justru adalah
liputan saya untuk acara workshop Tulis Nusantara di Balikpapan beberapa tahun
yang lalu.
Tulisan liputan
itu saya tulis di blog lama saya di wordpress, dan sekarang saya pindahkan ke
blog ini saja. Jadi, ini bukan workshop baru ya, tapi workshop lama yang
diadakan pada bulan Desember tahun 2012.
Worksop Tulis Nusantara |
Ketika itu, pada
saat workshop ada acara yang namanya sharing
session yang diisi oleh Mbak Windy Ariestanti. Pada bagian itu mbak Windy memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya apa sih selama ini yang menjadi kendala dalam hal
menulis atau bertanya tentang hal-hal lain yang menyangkut kepenulisan.
Daripada saya ngoceh enggak karuan, lebih baik kalian yang bertanya dan saya
yang menjawab, kata mbak Windy. Kesempatan bertanya ini tak disia-siakan begitu
saja oleh para peserta, banyak yang bertanya dan mbak Windy menjawabnya.
Ada
beberapa catatan saya terkait sharing session tersebut, yaitu :
Pertama, masalah utama kebanyakan penulis itu adalah MALAS. Yah, malas. Itu saja. Tapi saking
kreatifnya para penulis ini hingga kata-kata malas ini kemudian diterjemahkan
dalam bentuk lain seperti ‘saya lagi enggak mood’, ‘saya kehabisan ide’, ‘saya
merasa tulisan saya ga bagus’ dan hal-hal lain yang intinya sih sama… MALAS
buat menulis.
Sebenarnya
apa pun bisa kita jadikan sebagai bahan tulisan, bahkan ketika kita bingung saja
bisa kok jadi tulisan. Tulis saja tentang kebingungan itu sendiri. Tapi jangan
secara gamblang bilang ‘Saya bingung’. Tapi jelaskan tentang kebingungan itu
tanpa mengikutsertakan kata bingung tapi pembaca paham kalau kita sedang
bingung. Show not tell.
Misalkan
gini, kita tulis : ‘Hari ini ada acara workshop menulis, beruntung sekali
Balikpapan menjadi salah satu tempat yang disinggahi workshop tersebut. Pengin
banget ikutan karena saya tahu ini adalah kesempatan langka. Tapi di saat yang
sama, saya diajak teman untuk ngemall dan kesempatan kami buat ketemuan cuma
hari ini saja. Bagaimana ini? Apa saya mesti ikutan workshop atau ketemuan sama
teman? Mungkin jawabannya mudah, ajak saja teman saya ketemuan di workshop
sekalian gitu ajakin dia ikutan workshop. Tapi teman saya orang yang sama
sekali tidak tertarik dengan yang namanya menulis. Bagi dia di hari libur mall
adalah harga mati.’
Kata sifat adalah kata yang harus dihindari oleh penulis. Show not tell.
Kedua, tentang
memperkaya kosakata. Di sini mbak Windy memberikan tips buat memperkaya
kosakata kita. Karena menurut beliau para penulis sekarang malas sekali buat
mengulik kamus. Jadi bagaimana tips memperkaya kosakata ala mbak Windy, setiap
hari buka kamus secara acak dan tunjuk satu kata di sana juga secara acak.
Setelah menemukan kata yang dimaksud buat kalimat dengan kata itu.
Sharing Session bersama Mbak Windy Ariestanti |
Selain melatih
kita membentuk kalimat, itu juga akan memperkaya kosakata yang kita punya
karena sangat memungkinkan kata yang kita pilih secara acak adalah kata baru
yang belum kita ketahui sebelumnya atau sudah tahu tapi sangat jarang kita
gunakan. Tips yang bagus.
Mbak Windy
juga menyebutkan kalau dalam komputer beliau ada satu folder yang berisi
paragraf-paragraf yang tak terpakai. Jadi begini, selepas menulis biasanya mbak
Windy akan mengedit ulang tulisan tersebut dan tentu saja akan ada
paragraf-paragraf yang didelete. Eitsss…. Jangan pernah men-delete-nya tapi simpan dan kasih
keterangan di cerita apa paragraf itu pernah ada karena bisa jadi suatu saat
jika kita membuka lagi paragraf tersebut kita akan membentuk cerita baru dari
situ.
Trus hemm,
ketiga kali ya… Ini tentang riset. Ada peserta yang bertanya kalau dia
kesulitan gitu menulis karena bahan yang dia punya tentang tulisan tersebut
belum cukup. Mbak Windy bilang cara paling mudah untuk menulis adalah cari
bahan yang benar-benar kita kuasai. Dengan begitu kita mudah buat
menuliskannya. Tapi bukan juga kita harus berhenti kalau bahan-bahan yang kita
punya tak memadai, masih bisa kok melakukan riset. Jika sudah mentok, ya
diamkan dulu karena kita bisa saja akan kembali ke cerita kita tersebut dan
kembali menuliskannya dengan bahan yang lebih banyak dari yang kita punya
sebelumnya. Intinyaaa…. Jangan malas.
Trusss….
Jangan sesekali menulis sembari mengedit karena hal itu akan membuat tulisan
kita tak pernah selesai. Jadi ketika menulis, tulisss saja apa yang ada dalam
pikiran kita, endapkan sebentar baru diedit.
Menulis itu adalah Tindakan. Jika kita
tidak menulis yang tak akan bisa jadi penulis. Jika kita hanya bisa
menceritakan tentang ide-ide kita itu tidak akan menjadikan kita sebagai
penulis tapi pencerita.
A bad writing in your hand is better than a masterful writing in your head
***
Setelah sharing session, acara dilanjutkan dengan materi workshop. Materi workshop diisi oleh mas Arief Ash Shidiq dari plot point. Yang
disampaikan Mas Arief saat itu adalah tentang premis.
Premis itu
beda dengan ide cerita walau pada ujungnya dianggap sama. Premis lebih diartikan sebagai permasalahan dasar yang ingin
dijadikan cerita. Pengertian
tentang premis itu saya dapatkan dari twitter gradien, karena saat mengikuti
audisi di penerbit tersebut kami diminta menuliskan premis dan kemudian ada
kultwit dari penerbit gradien tentang premis tersebut.
Sebelum
mulai menulis kita harus menuliskan premis tersebut, itu juga senada dengan apa
yang disampaikan mbak Windy pada sharing
session.
Pada
materi workshop, mas Arief meminta kami buat bersama-sama membentuk satu premis
dengan seorang tokoh laki-laki. Cuma awalnya itu, seorang tokoh laki-laki, yang
kemudian mas Arief meminta para peserta untuk menyumbangkan saran berapa usia
laki-laki tersebut. Ada banyak saran dari 25, 22, 30 yang akhirnya diambil 30
tahun.
Mas Arief sedang menyampaikan materi |
Kemudian
mas Arief melempar lagi pertanyaan siapa kira-kira nama laki-laki tersebut, ada
yang mengusulkan Bambang dan Joko yang kemudian diminta mas Arief memakai nama
yang lebih menjual. Punten buat yang namanya Bambang dan Joko. Ada yang
mengusulkan Herlan, Andre, Fauzan dan kemudian diambil nama Danar.
Lalu
kira-kira apa yang dihadapi seorang laki-laki, 30 tahun, namanya Danar dan
anggaplah dia bekerja di bidang Jurnalistik. Para peserta berebut memberikan
pendapat, ada yang bilang masalah yang dihadapi oleh laki-laki seperti itu soal
kemapanan, ada yang bilang soal jodoh. Mas Arief bilang laki-laki usia 30an
biasanya sudah menikah dan punya satu anak. Para peserta protes dan ya ya
akhirnya disepakati masalah menikah lah yang akan diambil sebagai konflik inti
dari seorang Danar tadi. Danar sudah siap menikah.
Kemudian
apa sih yang kira-kira bisa jadi penghalang untuk dia menikah hingga itu bisa
jadi konflik cerita. Cari penghalang yang benar-benar membuat dia tak bisa
berkutik dan cari alasan juga kenapa dia benar-benar ingin menikah. Kemudian
didapatlah konflik si Danar ingin menikah tapi terhalang oleh kakaknya
perempuan yang belum juga menikah sementara sebagian adat ada yang bilang tabu
gitu kalau melangkahi kakak perempuan. Dan si Danar itu terdesak buat menikah
karena pacarnya hamil. Naudzubillah…. Bener-bener bukan untuk dicontoh cerita
ini.
Jadi,
kunci bikin premis yang kuat itu adalah somebody want something very
badly but having a hard time getting it
Kemudian
peserta dibagi beberapa kelompok, yang masing-masing kelompok diminta untuk
menuliskan premis yang kuat dari seorang tokoh berusia 15 tahun, wanita, yatim. Silakan masing-masing kelompok
membuat premis dengan kunci seperti yang sudah dijelaskan seseorang yang sangat
menginginkan sesuatu yang jika tidak dipenuhi sesuatu itu maka dia akan ‘mati’
tapi ada sesuatu yang menghalanginya. Mati yang dimaksud tentu saja bukan saja
dalam artian mati secara fisik. Bisa juga mati gaya. Wekekeke…
Kelompok
kami pun mulai berdiskusi, mulai dari nama yang kami sematkan yang kemudian
nama yang dipilih adalah Keira. Ketika
mendengar nama yatim, mungkin orang akan berpikir tak punya ayah kemudian kehidupan
ekonomi yang sulit maka kami putuskan keluar dari pikiran orang banyak dan
memilih Keira tokoh kami tersebut adalah orang kaya. Nah, apa yang sangat
diinginkan gadis, 15 tahun, yatim, bernama Keira yang kaya raya ini?
Setelah
melalui diskusi yang cukup alot akhirnya diputuskan kalau Keira kami ini pengin
sekali mengadakan pesta ulang tahun secara meriah karena tidak mau kalah dengan
saingannya tapi ibunya sibuk dan menentang ide ulang tahun Keira ini.
Masing-masing
kelompok kemudian diminta mas Arief buat menyebutkan premis masing-masing dan
dikoreksi mas Arief.
Koreksi
pertama seperti yang sudah saya sebutkan di atas ya. Diminta untuk membikin sesuatu yang diinginkan betul-betul oleh si
tokoh, jika tidak tercapai dia mati. Oke, karena premis yang
kami gunakan sudah memenuhi syarat, jadi tidak ada koreksi berarti oleh mas
Arief untuk premis kami.
Selanjutnya
mas Arief kembali memberikan tips lanjutan. Untuk membentuk suatu premis
yang kuat, maka ‘musuh’ dari tokoh utama itu bukan keadaan tapi orang yang
menghalangi si tokoh. Musuh yang baik itu adalah musuh yang bisa mikir dan
bertindak. Yang
dimaksud musuh adalah yang menghalangi si tokoh untuk menggapai yang
diinginkannya walaupun misalkan musuh ini bukan tokoh antagonis.
Mas
Arief kembali meminta para peserta untuk mengoreksi premisnya sesuai dengan
tips lanjutan. Kami beruntung sekali karena sejak awal sudah memberikan musuh
yang bisa mikir dan bertindak yaitu Ibu Keira, jadinya tak ada editan khusus
untuk hal ini dan mas Arief juga mengacungi jempol buat premis kami.
Tips selanjutnya buat membentuk premis yang kuat adalah musuh yang
baik itu yang punya alasan kuat kenapa harus melakukan (mengahalangi keinginan
si tokoh) itu. Kalau dia tak melakukan itu maka musuhnya itu juga akan ‘mati’.
Kembali
mas Arief meminta kami buat mengoreksi premis yang kami buat. Dan kami pun
mulai berdiskusi kenapa Ibunya Keira tidak mengizinkan Keira merayakan ultah
secara mewah. Yang kemudian diambil pendapat bahwa Ibunya Keira tidak
mengizinkan Keira merayakan ultah secara mewah karena ibunya sibuk mengurus
perusahaan peninggalan ayahnya Keira yang berada di ujung tanduk dan hampir
bangkrut, sementara ibunya tak ingin mengatakan kenyataan ini pada Keira karena
ga ingin Keira jadi kepikiran. Yesss…. Premis kami kembali diacungi jempol oleh
mas Arief. Artinya premis kami cukup kuat dunk. Narsisssss…. Thanks buat tim
yang kompak abisss…
Kalau
masih bingung tentang premis, coba saya contohkan ya premis yang sudah
melegenda. Siti Nurbaya kali ya enaknya…
Jadi
Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri ingin sekali menikah tapi terhalang oleh Datuk
Maringgih yang juga ingin menikahi Siti Nurbaya dan orangtuanya Siti Nurbaya
punya hutang besar yang akan segera lunas kalau Siti Nurbaya menikah dengan
Datuk Maringgih.
Premisnya
kuat banget kan? Ckckckck… Kaguuum deh…
Tips
pertama kan Si tokoh sangat ingin melakukan itu dan kalau tidak dia bisa mati. Nah, Siti Nurbaya sangat ingin menikah dengan Syamsul Bahri karena
dia cinta banget gitu dengan Syamsul Bahri, kalau ga menikah dengan Syamsul
Bahri dia bisa mati gaya. Ahahaha… Mati rasa mungkin ya. Apalagi Syamsul Bahri
juga cinta sama si Siti.
Tips kedua, bikin musuh dari
tokoh utama itu bukan keadaan tapi yang bisa bertindak dan mikir. Tunggu-tunggu, yang jadi musuh Datuk Maringgih atau orang tuanya
Siti Nurbaya sih? Perpaduan keduanya kali ya. Dan keduanya bisa bertindak dan
mikir. Udah klop premisnya.
Tips ketiga, bikin alasan
kenapa si musuh ingin menghalangi keinganan si tokoh utama kalau tidak dipenuhi
dia akan mati. Nah, orangtua
Siti Nurbaya kan berhutang dengan Datuk Maringgih yang jika si Siti tidak
dinikahkan maka mereka ga bisa bayar hutang dengan dinikahkan maka hutang
lunas.
Sepertinya
begitu ya? Kalau saya salah, tolong dikoreksi ;-)
Yang kemudian
saya tarik pelajaran dari semua ini, bahwa ide cerita itu bisa berasal dari hal
yang paling sederhana. Dari seorang tokoh wanita misalkan, umur 15 tahun,
yatim. Cari kira-kira apa yang menjadi masalah utama pada gadis-gadis umur 15
tahun. Cari hal yang bisa sangat diinginkan oleh seorang gadis 15 tahun
kemudian cari alasan kuat kenapa dia sangat menginginkan itu, cari musuh yang
menghalangi keinginan itu dan cari alasan kuat kenapa si musuh menghalangi.
Kuncinya : somebody want
something very badly but having a hard time getting it.
Nah,
itulah liputan saya untuk acara workshop menulis Tulis Nusantara beberapa tahun
yang lalu. Kangen deh ikutan acara-acara sejenis yang bisa membangkitkan lagi
semangat menulis.
Eh tapi aku paling suka kalo facebook sudah memunculkan kenangan masa laluku. Karena bisa jadi bahan tulisan baru lagi. Jadi serasa disodorin ide tulisan
BalasHapusKalau saya suka malu, Mbak... Yang lama2 tapi, banyak alay dan galaunya. Semacam nunggu hujan turun pun dibikin status *tutup muka*
HapusWah... banyak ilmu baru nih. Ilmu menulis ini rasanya kok gak pernah ada habisnya. Yang kerasa ada habisnya itu paling-paling ide untuk nulis. Kalo udah stuck gini, aku biasanya diem aja. Jadinya makin macet. :D
BalasHapusIya ya mbak Nia. Ilmu nulis ga ada habis2nya. Tapi tetap semua ilmu yang penting dipraktekin ya mbak. Saya juga sering stuck euy :(
HapusWaahhh... ada tulisan ttg windy. Sukaaa bangat.
BalasHapusIya. Semangat betul mbaknya. Pengalaman di dunia menulis juga top :-)
HapusAku suka banget bagian ini mba "Menulis itu adalah Tindakan. Jika kita tidak menulis yang tak akan bisa jadi penulis. Jika kita hanya bisa menceritakan tentang ide-ide kita itu tidak akan menjadikan kita sebagai penulis tapi pencerita" kadang memang betul MALAS adalah penyakit yang ga ada obat realnya kecuali komitmen pada diri sendiri :)
BalasHapusSuami saya sering bilang gitu tuh mbak kalau sy bilang lagi malas. Malas itu ga ada obatnya katanya. Hehehe...
Hapuskadang stuck dan bingung
BalasHapusaku kebanyakan ide tapi nuanginnya g ada tenaga huhuhuh
tapi emang bener ya kudu nulis kalau g nulis ya g jadi2
jadi dengan disinetronin (very badly) sebuah cerita itu akan lebih hidup ya. iya sih ya kalau datar aja males juga yang baca atau lihat
Sama, Mbak. Kadang ide2 itu berputar di kepala ya. Tapi malas nulisnya. Saya pun sering begitu. Iyaa. Konfliknya harus kuat biar ceritanya juga kuat. Tapi jangan lebay seperti sinetron juga kali ya :D
HapusKalau saya selain Malas, ada Malu juga Mba..hehe.. Tapi itu dulu sih..waktu pertama dibikinin blog ini. Saya ngerasa tulisan saya jelek..padahal di otak saya idenya banyaaak.. Yah persis seperti kalimat apa itu tadi yg masterful writing in your head itu.. Hehe..
BalasHapusSaya pun mbak. Suka malu dan minder. Hehehe... kadang mikiiir banget mau nulis sesuatu. Maluuu ditambah malas. Komplit deh :D
Hapusbener banget mbak, masalah utama penulis itu malas! Ooh kata sifat harus dihindari ya mbak, makasih sharingnya mbak. Ayo jadi penulis hehe.
BalasHapusIya mbaj. Malas. Hiks. Sampai sekarang jadi masalah saya banget
Hapus