Menjadi
penulis, menerbitkan buku itulah yang menjadi impian, mimpi, obsesi , cita-cita
dan kata sejenis yang menggambarkan kalau saya pengin banget hal itu mewujud
menjadi nyata. Pengin banget bisa menggenggam sebuah buku yang nama saya
tercetak di cover depannya. Bukan.. Bukan sebegai endorser, karena untuk itu
saya sudah pernah, tapi sebagai penulis buku tersebut.
Hal
ini juga bukan karena saya pengin eksis, pengin dikenal atau terkenal tapi
lebih kepada saya ingin membikin sebuah karya, sesuatu yang tetap ada walau
saya tiada. Sesuatu yang bisa memberikan manfaat ke banyak orang sesuai dengan
petuah yang disampaikan Nabi, manusia yang paling baik adalah yang paling
bermanfaat. Saya pengin menebarkan manfaat lewat buku yang saya tulis.
Demi
mewujudkan hal tersebut saya pun mulai bergabung dengan sekolah menulis online,
memburu berbagai tips tentang menulis, gabung dengan komunitas penulis dan
beragam hal yang membuat saya tetap dalam atmosfer menulis. Satu waktu saya
juga keranjingan buat ikutan yang namanya lomba menulis terlebih jika di sana
ada iming-iming janji bahwa akan ada karya-karya terpilih yang dibukukan.
Semakin semangat lah saya, walaupun tidak dalam bentuk buku solo, buku bersama
juga tak masalah. Selalu ada langkah pertama sebelum mendaki kan?
Pengumuman
yang ada di lomba menulis itu membuat saya sering harus menghela nafas,
membesarkan hati. Yah, saya tak menang. Satu dua memang ada di mana tulisan
saya terpilih dan kemudian dibukukan yang membuat hati saya membuncah bahagia.
Tapi yang ditolak dan ga menang jauh lebih banyak. Saya akui saya memang tidak
terlalu konsisten dalam menulis ini, terkadang saya mengerjakan tulisan itu
dengan seadanya. Tentu saja saya tak bisa menuai hasil yang maksimal jika
mengerjakannya pun tidak maksimal.
Buku
solo yang saya targetkan buat selesai juga tak kunjung selesai. Ada yang
terhenti di halaman 50an atau malah ada yang hanya sampai 10 halaman pertama
dan malahan ada yang hanya berupa outline. Saya sadar diri, saya memang tak
terlalu gigih dan tekun dalam berjuang menyelesaikan tulisan itu. Entah kenapa
kok susah gitu buat nulisnya.
Hal
ini justru berkebalikan dengan kebiasaan saya ngeblog. Yah, saya memang
keranjingan buat menulis sesuatu di blog pribadi saya. Mungkin hal ini juga
menyangkut kebiasaan saya menuliskan diary, yang dulu diary yang berupa buku
sekarang berubah menjadi diary elektronik. Rasanya kok enak aja kalau nulis di
blog, ide-ide ngalir lancar dan semakin saya sering saya menulis semakin banyak
kemudian ide-ide bermunculan yang masing-masing berebut untuk saya tulis. Entah
itu tentang buku yang baru saya baca, film yang saya tonton atau hal-hal yang
saya temui di perjalanan dan di tempat-tempat lain.
Ngeblog
juga membantu saya dalam mengingat banyak hal, pengalaman yang pernah saya
alami atau hal-hal yang pernah saya lakukan. Seperti misalkan resep yang saya
masak, sering ketika ingin memasaknya kembali saya lupa dengan resepnya dan
lupa menaruh catatannya. Dengan memposting di blog saya bisa dengan mudah
mencarinya kembali.
Tapi, kalau saya ngeblog terus
kapan saya mulai menulis lebih serius?
Pertanyaan
itu bergaung di benak saya. Terlebih saya menemukan mereka-mereka yang sudah
sering nerbitin buku blognya kosong melompong, lama ga di update. Saya
berpikiran kalau mereka, para penulis itu sedang konsentrasi menulis yang lebih
serius, bukan ngeblog doang dan
menulis iseng-iseng seperti saya. Yah, saya rasa saya juga mesti mengurangi
aktifitas blogging saya dan mulai
serius menulis.
Saya
harus lebih serius dalam mengejar mimpi saya. Apalagi ketika membaca karya saya
yang tercetak di sebuah buku, saya tersenyum bahagia. Walaupun hanya bentuk
antologi dan diterbitkan indie. Tapi kemudian, saya mikir, berapa banyak yang
membaca karya saya ini? Berapa banyak yang bersedia merogoh uangnya untuk membeli
buku ini? Entah kenapa rasa pesimis membelenggu hati saya.
Rasa
pesimis itu mengantarkan saya pada sebuah perasaan tak puas. Lebih puas ketika
karya itu nangkring di blog saya. Saya menyimpan cerita perjalanan haji karena
berharap suatu saat saya bisa menuliskannya untuk menjadi sebuah buku.
Hasilnya? 4 tahun berlalu dari waktu saya melaksanakan rukun Islam ke 5 itu,
buku pengalaman tentang Haji tak kunjung saya tulis sempurna menjadi sebuah
buku malahan memori tentang Haji itu beberapa sudah menguap dalam ingatan
karena saya tak mengikatnya dalam bentuk tulisan.
Waktu
kemudian membawa saya mengalami hal-hal baru yang tak pernah saya lakukan
sebelumnya. Suatu saat saya dapat kesempatan buat jalan-jalan ke luar negeri,
walaupun cuma Pulau Tumasik alias Singapura tapi tetap saja membuat saya harus
menyiapkan perjalanan itu sedemikian rupa. Dan yang paling banyak saya lakukan
saat mempersiapkan keberangkatan itu adalah dengan blogwalking ke blog-blog yang menyajikan informasi atau pun
pengalaman yang punya blog tentang Singapura.
Saya
sangat terbantu sekali dengan hal itu, saya jadi tau di mana menemukan makanan
halal yang dekat dengan hotel tempat saya menginap juga tahu di mana letak
mushalla yang ternyata disediakan di Universal Studio Singapura.
Ketika
saya kemudian kembali diberikan kesempatan ke Tanah Suci kembali buat ibadah
umrah, saya juga blogwalking ke sana
sini, mencari beragam informasi yang saya butuhkan. Walaupun saya sudah
pengalaman ke Tanah Suci, tapi tetap saja ada informasi baru yang belum saya
ketahui, misalkan bagaimana mengaktifkan paket gadget yang saya pakai di sana.
Info itu kemudian saya dapatkan di sebuah blog.
Beberapa
bulan setelah umrah saya akan melangsungkan pernikahan, yang membuat saya juga
butuh banyak sekali info tentang apa itu seserahan, persiapan apa saja yang
mesti dilakukan sampai bagaimana menghadapi pranikah syndrome. Saya senang sekali blogwalking
ke blog-blog mereka yang membahas tuntas pernikahan mereka, merasa terbantu
dengan pengalaman yang dipaparkan di sana.
Beberapa
waktu sebelum menikah, saya mengalami perasaan yang tak biasa. Ada perasaan
khawatir, kalut dan perasaan tak nyaman lainnya yang melingkupi hati saya untuk
suatu dunia yang akan saya jalani pasca menikah. Saya kemudian mengenal itu
sebagai pranikah syndrome. Saya pun
menelusuri tulisan-tulisan mereka di blog yang mengalami hal yang sama seperti
saya. Ah, ternyata saya tak sendiri. Banyak yang senasib. Hal itu membuat
perasaan tak nyaman itu terkikis dari benak saya.
Lalu
apa yang kemudian tercetus dalam benak saya setelah semua hal itu saya alami?
Blog adalah jawaban. Banyak jalan untuk bisa memberikan manfaat dalam bentuk
tulisan kepada orang lain, bukan hanya dalam bentuk tulisan-tulisan kita di
buku, tapi blog juga bisa memberikan informasi ke yang membutuhkan. Terlebih
pencarian informasi lewat search engine
memang sedang ngetrend dan mudah. Kita bisa mendapatkan informasi hanya dengan
sekali klik.
Karena
itulah saya tak lagi stress dengan buku saya yang tak kunjung ada yang terbit,
yang penting adalah saya tak boleh berhenti menulis dan semoga tulisan saya
bisa bermanfaat seperti saya yang mendapatkan manfaat dari tulisan orang-orang
di blog mereka. Walaupun saya juga masih tak melepaskan mimpi untuk punya buku
yang di cover depannya tertulis nama saya sebagai penulisnya.
Mari
ngeblog. Mari berbagi. Mari menebarkan manfaat.
***
Tulisan ini saya tulis beberapa tahun yang lalu saat mengikuti sebuah audisi tentang ngeblog. Namun, karena belum ada perkembangan apa-apa setelah sekian tahun berlalu jadi saya putuskan posting di blog aja :D
Banyak jalan untuk bisa memberikan manfaat dalam bentuk tulisan kepada orang lain, bukan hanya dalam bentuk tulisan-tulisan kita di buku, tapi blog juga bisa memberikan informasi ke yang membutuhkan.
BalasHapusAku setuju banget dengan kalimat ini. Mari berbagi dan menginspirasi ya, Mbak Yanti :)
Terimakasih sudah berbagi untuk postingan yang bermanfaat ini.
Terima kasih juga, Mbak Nova. Yuk saling berbagi dan semoga bisa menebar manfaat :D
Hapussemangat mb ngeblog untuk menuai manfaat
BalasHapusMakasiiih, Mbak Milda. Ini nih, harus sering melecut semangat :D
HapusSemangat menulis, semangat ngeblog, semangat melanjutkan mimpi, semoga segera terwujud ^^
BalasHapusAamiin. Makasiiih, Mbak Irly :D
HapusSebelum mulai ngeblog dan sampai saat ini, saya juga sangat terbantu dengan berbagai artikel blogger yg saya temui. Soalnya saya memang lebih suka membaca dari pengalaman pribadi yg ditulis para blogger, hehe
BalasHapusBener, Mbak. Sama... resep pun saya lebih suka nyari yang ditulis blogger. Suka kalau ada cerita mereka gagalnya di mana dalam mencoba resep tersebut :D
HapusBlogku dulu itu alamatnya apaan yak? Wkwkwk
BalasHapus