Sewaktu saya masih duduk di sekolah dasar,
ada tabligh akbar yang diselenggarakan di kota saya. Tabligh akbar yang
mendatangkan seorang ulama dari pulau Jawa. Panggung dibangun di tengah pasar
dan warga kota Barabai antusias menghadiri tabligh akbar itu. Begitu juga
dengan kedua orangtua saya. Anak-anaknya pun dibawa serta karena keluarga saya
memang tinggal di daerah pasar. Dekat dengan tempat diselenggarakannya tabligh
akbar tersebut.
Saya lupa apa saja yang disampaikan oleh
ulama dari pulau seberang itu tapi ada satu yang saya ingat betul dan membawa
perubahan ke kehidupan saya. Saat itu, pak ustadz bilang agar memulai untuk tidak menyalakan TV antara
maghrib dan isya di rumah-rumah kita sendiri. Apa yang disampaikan pak
ustadz benar-benar dijalankan oleh kedua orangtua saya.
Ada aturan baru di rumah, TV tidak boleh menyala
dari adzan maghrib berkumandang sampai selepas shalat isya. Zaman saya kecil,
TV merupakan hiburan utama. Dulu mana ada ponsel yang bisa instagram-an atau
laptop buat nonton drama Korea. Ponsel pun hanya dilihat dari tayangan
telenovela Maria Cinta yang Hilang. Itu pun hanya digunakan oleh Louis
Fernando, Paman Rambut Pirang, Maria, dan orang-orang kaya lainnya. Tita dan
Nandito saja masih mengandalakan telpon rumah.
Mesjid Agung di Barabai |
Karena aturan itu saya tak lagi bisa menonton
Tuyul dan Mbak Yul dan tayangan lainnya. Saya pun hanya bengong kalau
teman-teman bercerita tentang tayangan-tayangan yang disiarkan selepas maghrib.
Berat? Iya. Tapi orangtua saya keras dalam
beberapa hal termasuk hal itu. Ada Tante saya yang heran kok bisa saya dan
kakak-kakak begitu penurut dalam hal menyalakan TV itu? Ya mau gimana lagi.
Namanya juga aturan orangtua. (I love
you, abah dan mama)
Lagipula kata orangtua saya hanya sekitar 1,5
jam tanpa TV. Masa enggak bisa? Kebijakan itu juga pernah diprotes sepupu saya
waktu dia menginap di rumah. Katanya menginap di rumah uwa (panggilan sepupu saya untuk orang tua saya) itu tidak seru karena TV tidak menyala waktu
maghrib.
Sampai sekarang aturan itu masih berlaku di
rumah orangtua saya. Walaupun kalau ada pertandingan bulutangkis di mana wakil
Indonesia sedang tanding, saya suka nyuri-nyuri nonton dan cengar cengir aja kalau
ketahuan mama dan menatap mama dengan pandangan memohon agar TV tidak dimatikan.
Hihihi...
Kemudian saya melihat status teman di fesbuk
yang menyebut aturan itu kini berlaku di daerah saya. Ada surat edaran dari Pak
Bupati tentang jam operasional dan penyiaran TV kabel. Pada poin 1 surat edaran
itu menyebutkan kalau pengelola TV kabel akan menutup operasionalnya sepuluh menit
sebelum shalat maghrib sampai dengan waktu shalat isya.
Komentar saya mendengar hal tersebut adalah "Mantaaaaaap" Saya sungguh
mengapresiasi sekali aturan Pak Bupati ini, karena dengan begitu saya tak
sendiri lagi menikmati aturan yang sudah puluhan tahun saya nikmati. Jadi,
banyak teman, deh. Hehehe..
Memang sih aturan itu tidak serta merta menjadikan bebas TV antara maghrib dan isya di daerah tersebut karena tidak semua warga menjadi pelanggan TV kabel dan ada yang menggunakan TV berbayar atau menggunakan mesin parabola sendiri. Namun, mayoritasnya memang menjadi pelanggan TV kabel.
Memang sih aturan itu tidak serta merta menjadikan bebas TV antara maghrib dan isya di daerah tersebut karena tidak semua warga menjadi pelanggan TV kabel dan ada yang menggunakan TV berbayar atau menggunakan mesin parabola sendiri. Namun, mayoritasnya memang menjadi pelanggan TV kabel.
Selain TV kabel, surat edaran tersebut pada
poin kedua juga diarahkan kepada pengusaha café untuk menutup operasionalnya 10
menit sebelum shalat maghrib dan buka kembali setelah shalat maghrib selesai.
Hal yang sama juga harus dilakukan pada waktu shalat jum’at.
Surat Edaran Pak Bupati |
Dalam berita yang saya baca, kata Pak Bupati,
kesepakatan tersebut tujuannya untuk membentengi akhlak anak-anak dari
tayangan-tayangan yang negatif, dan sebagai pengawasan bagi orangtua serta
menghindari para pemuda kita dari kegiatan-kegiatan atau tempat-tempat yang
menjurus kepada kemaksiatan.
“Dengan kesepakatan ini semoga remaja-remaja
kita khususnya di bumi Murakata senantiasa mengisi waktu-waktu yang kosong
dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan kreatif, bukan nongkrong-nongkrong
hura-hura tidak karuan apalagi di waktu-waktu jam sholat.” Begitu kata Pak
Bupati.
Barabai, kota kelahiran saya itu memang kota yang
religius. Semoga dampak positif dari surat ederan ini membuat Kabupaten Hulu
Sungai Tengah menjadi kabupaten yang diberkahi. Saya jadi merindukan suasana
sepi saat maghrib tiba karena orang-orang udah pada di rumah semua dan bersiap
melaksanakan shalat maghrib (Yang cowok pada ke mesjid)
Surat edaran ini mungkin akan menimbulkan pro
dan kontra. Tapi mari kita legowo... banyak hal yang bisa dilakukan selain
menonton TV. Lagipula zaman sekarang malah ada rumah-rumah yang tidak memakai TV lagi. Masa harus ribut hanya karena aturan ini. Hehehe.... Sejenak meninggalkan café dan bersiap shalat maghrib juga bukan
hal yang buruk, malah bagus sekali.
Hidup hanya sementara, Bro and Sis.
Bravo,
Pak Latief, Bupati Hulu Sungai Tengah. Semoga semakin banyak kebijakan yang
bermanfaat untuk warga Hulu Sungai Tengah sehingga menjadi daerah yang
diberkahi oleh Allah.
Aturan yang bagus, tapi gimana bisa mengawasi masyarakat supaya gak nonton Teve saat magrib?
BalasHapusTV kabelnya dimatikan dari pusatnya, Mbak. Emang sih masih bisa menyalakan TV buat yang tidak berlangganan tv kabel. Tapi mayoritas penduduk di sana pelanggan TV kabel :D
HapusHai mba YAnti. Menurutku memang harus dilakukan dari rumah ya. Sebelum magrib aku udah masukkan anak ke kamar dan langsung siapkan buat shalat magrib dan belajar sampai Isya trus tidur. Semoga sellau terjaga. Aamin
BalasHapusAamiin ya Rabb... Iya, Mbak Alida. Harus dilakukan dari rumah dan pengawasan oranagtua ya. Dulu waktu kecil juga ngaji sama abah habis maghrib. Setoran ngaji :-)
HapusWaaah aturannya bagus ya Mba, btw Barabai itu selama ini aku cuma tau di peta. *kurang pergaulan*
BalasHapusEmang ga terkenal mbak Barabai. Hehehe... kota kecil :D
Hapuswaktu tanpa nonton tv bisa dipakai belajar ngaji atau ngobrol sekeluarga ya..
BalasHapusmemanfaatkan waktu berkualitas
umumnya juga acara TV di jam segitu pun kurang bagus
Betul, mbak Monda. Lagian juga waktunya singkat :-)
HapusSepakat banget Mbak aturan ini. AKu juga susah bikin aturan di rumah, banyak dilanggarnya :(
BalasHapusSaya di rumah sendiri juga kadang suka nyalain tv mbak :-(
Hapussama dulu lagi kecil saya pun begitu sekarang nerapin ke anak masih blm komit mba xixixi
BalasHapusSama, Mbak. Kalau di rumah ortu sih saya tetap taat aturan. Di rumah sendiri kalau ada acara yang pengin ditonton jd nyalain juga. Tapi jarang sih ;-)
HapusSebenernya ini ajakan yang bagus ya. Walau nggak sholat Maghrib, mungkin jeda waktu dari Maghrib ke Isya bisa diisi dengan bebenah atau baca buku.
BalasHapusIya, mbak Nita. Buat anak2 bisa buat ngaji dan belajar juga ya. Saya duli dibiasakan gitu sama orangtua. Tapi kalau lg di rumah keluarga ya senang juga bisa bebas nonton TV. Hehehe...
Hapus