Lahir dan besar di Kalimantan Selatan membuat saya familiar dengan
aneka takjil buka puasa khas kampung halaman saya. Pasar wadai adalah pasar
yang tidak pernah ketinggalan saya kunjungi jika bulan Ramadan tiba. Saya dan
keluarga pun sudah punya langganan untuk beli aneka takjil di Pasar Wadai. Beli
ikan bakar di sana, beli sayur masak di sana, beli aneka kue di penjual itu,
beli pecel dan nasi ketan di Acil Bungas. Hehehe…
Kue Lam basah. Salah satu takjil di Tanah Banjar |
Ngobrolin tentang wadai (kue) di Banjar itu identik dengan kue yang manis-manis. Sebut saja bingka barandam, sarikaya, amparan tatak, sari muka, hula-hula, bingka kentang, kue lam basah atau pun kering, semuanya manis dengan kadar kemanisan yang bisa ngalah-ngalahin wajah saya. Buahaha….
Bingka Barandam, bingka yang direndam dengan air gula |
Kemudian beberapa
tahun ini muncul satu penganan yang dia manisnya tidak dominan, tapi sungguh menarik
selera. Pizza, sang pelopor penjual penganan di Barabai, kampung halaman saya
menamainya demikian.
Saat saya dan keluarga mencobanya kami pun
langsung suka. Kue berlapis-lapis, dengan irisan daging, potongan wortel dan
kentang serta taburan seledri dan bawang goreng di tiap lapisannya memang
membuat lidah bergoyang. Pizza kemudian menjadi penetral di antara wadai-wadai
manis yang kerap menghiasi meja saat berbuka puasa.
Ipau. Bentuknya bulat berlapis-lapis |
“Mama katuju
pitsa tuh, kada manis pang,” ujar mama saya suatu ketika, mengatakan kalau
beliau menyukai pizza karena tidak manisnya itu. Beberapa anggota keluarga
kemudian bersepakat dengan mama. Maka, pizza menjadi primadona takjil buka
puasa di keluarga kami.
“Namanya ipau,”
bilang kakak ipar saya ketika awal menikah dengan kakak saya. Saya pun jadi
tahu kalau di Banjarmasin dan sekitarnya sana kue itu dikenal dengan ipau, bukan pizza. Disebut pizza
mungkin karena bentuknya seringnya bulat dan ada toping di atasnya. Padahal kalau dari segi penampilan lebih mirip
lasagna. Tapi mungkin urang Barabai belum terlalu familiar dengan Lasagna dan
nama pizza lah yang dipakai. Strategi marketing juga sih ya. Jadinya, anak-anak
ngerasa menikmati pizza yang sering di iklan itu. Maklum di Barabai tidak ada
gerai pizza terkenal itu. Hihihi….
Ipau |
“Anti mau
dibelikan apa?” Itu biasanya yang menjadi pertanyaan mama atau abah kalau saya
mudik ke Barabai menjelang lebaran. Dan ipau selalu menjadi salah satu jawaban
saya. Salah dua, tiga, dan, empatnya tidak usah disebutkan deh ya :D
Sewaktu lamaran
kakak kedua saya, di rumah calon kakak ipar saya (kala itu, sekarang udah jadi
ipar bukan calon lagi), kami sekeluarga juga disuguhi ipau, tapi dalam bentuk
berbeda yang biasanya kami santap. Jika, ipau yang selama ini kami nikmati di
Barabai bentuknya berlapis-lapis layaknya lasagna, maka ipau suguhan saat
lamaran itu bentuknya seperti risoles atau lumpia.
Bentuk lain ipau |
Di dalamnya ada isian layaknya risoles dan
lumpia juga yaitu potongan kentang dan daging. Bedanya di atasnya dikasih
toping taburan seledri dan bawang goreng. Ipau ini kemudian disiram dengan saos
santan. Sehingga rasa gurih dan enyak-enyak ala makanan bersantan itu yang bisa
didapatkan ketika menggigitnya.
Ipau ini konon
katanya dipopulerkan oleh mereka yang ada di Kampung Arab di Banjarmasin,
makanya ada rempah-rempah ala Arabia yang terdeteksi saat menikmatinya.
Biasanya sih ada di daging yang dimasak ala kari.
ipau menjadi inspirasi cerpen saya yang dimuat di Majalah Bobo |
Kemarin saya
melihat Chef Agus Sasirangan memasak ipau di tayangan pagi salah satu stasiun
TV swasta (Search aja di Youtube,
Agus masak ipau basumap). Kata Agus, kulit yang dipakai itu adalah kulit lumpia
yang kemudian dikasih saos santan dan toping yang berupa kentang, wortel dan
daging yang telah dimasak dengan bumbu kari.
Penjual ipau di
Barabai yang jadi favorit saya pun menyebut demikian, kalau kulit yang dipakai
sebagai lapisannya adalah kulit lumpia, hanya saja dikasih santan dan siraman
air santan sehingga rasanya lebih gurih.
Tertarik
menikmati ipau? Sama. Saya juga…
Sayangnya saya belum nemu yang jual di Kaltim.
Harus bersabar dulu sampai mudik nanti. Tapi untunglah ipau di daerah saya
tidak hanya dijual saat Ramadan, beberapa kali saat mudik di luar Ramadan, saya
juga bisa menikmati ipau. Walaupun tetap saat Ramadan lah adalah waktu paling
banyak ipau dijumpai karena ia menjadi primadona takjil buka puasa bagi saya.
Bikin ngiler 😂
BalasHapusSaya pun ngiler. Mau beli jauh :D
Hapuswah indonseia itu beragam kulinernya, ini sih gak ada yang pernah aku coba jadi penasaran juga
BalasHapusIya mbak. Beragam banget kulinernya ya :-)
Hapusaduuh kok ini enak banget keliatannya .. wah penasaran sama ipau..
BalasHapuslihat lapisan2nya itu memag seperti lasagna ya
Iya betul mbak Monda. Seeprti lasagna ya. Saya malah baru nyoba makan lasagna setelah penasaran karena ipau disebut lasagna-nya Banjar :-)
HapusWaan pengen nyobain ipau. Aku suka makanan yang model gini, kalo manis2 malah ga terlalu suka.
BalasHapusSama, mbak Rahmi. Saya juga kalau kue manis paling icip dikit. Kalau manis ga terlalu suka saya :-)
Hapusmbak aku ngiler bingka kentang, asal jangan kebanyakan telurnya hiks hiks..di jakarta susah nyari makanan banjar begini
BalasHapusBikin sendiri, Mbak. Saya kemarin bikin sendiri... agak hancur sih bentuknya tapi rasanya lumayan. Hihihi...
Hapusmirip2 lasagna ya :D
BalasHapusIya mbak Kania. Lasagna Banjar :D
HapusPenasaran dengan rasanya. Baru denger juga makanan ipau ini. Di sini nyari di mana, ya. :D
BalasHapusGa ada seeprtinya di sana, Mbak Nia :D saya yang di Kaltim aja belum nemu yang jualan ipau. Hihihi
HapusTiapa daerah punya makanan khas masing-masing ya, mba. Kalau di Cianjur khasnya kue saptu sama sale pisang buat takjil.
BalasHapusBener banget. Indonesia kaya akan kuliner :-)
HapusWaaah ini takjil favorit, bikin kenyang pula, di Rantau bila nyari sore-sore pasti ada di acil amparan tatak, jadi ulun nukar tarus. Hihihi
BalasHapusLawan bingka barandam tuh, favorit.
Eh, ini bahasa hulu sungai banar lah :p
Aku pernah mencicipi Ipau di Ambon, mba. Tapi namanya bukan Ipau, aku lupa deh namanya. Rasanya enaak
BalasHapusKayaknya aku salah waktu deh. Pagi-pagi baca makanan. Aduh...enaknya!
BalasHapusYa ampun, siang-siang gini salah baca postingan aku. :D
BalasHapus