Tangan
Ajaib Ibu judulnya. Dimuat di Majalah Bobo Nomor 12 Tahun XLV yang terbit
tanggal 29 Juni 2017. Edisi lebaran. Ini cerpen satu halaman, sama seperti
cerpen saya lainnya yang berjudul Kemala,
Krayon Apri, Kelas Menulis, juga Neina dan Matematika. Cerpen satu halaman di
Majalah Bobo terdiri dari 250-300 kata. Keterangan lebih lengkap bisa dilihat
di sini.
Cerpen ini saya kirimkan pada
tanggal 14 Januari 2016, dan dimuat 29 Juni 2017. Ada masa menanti setahun
lebih. Ini versi yang saya kirim ke majalahnya, di edisi cetak Bobo ada
beberapa editan yang membuat cerpennya jadi lebih nyaman buat dibaca. Terima kasih
kakak redaksi Bobo :*
Saya lupa apa yang mencetuskan ide
menulis cerpen ini. Tapi sepertinya cerpen ini adalah cara saya menyemangati
diri saya sendiri untuk punya ‘tangan ajaib’. Seperti situasi sekarang kenapa
saya posting ini karena untuk menyemangati diri sendiri. Nama Kak Yana di
cerpen ini saya ambil dari nama Kakak tingkat saya sewaktu kuliah, kak Antung Apriana, beliau juga dipanggil
Yana dan mengajar ekskul menulis.
Happy Reading, mari kita semangat
untuk punya ‘tangan ajaib’ ^_^
Tangan Ajaib Ibu
Oleh : Hairi Yanti
Ibu pasti punya tangan yang ajaib. Semua masakan yang dimasak
ibu selalu enak. Tasya paling suka melihat ibu memasak.
Saat memasak, ibu tidak melihat buku resep. Tangan ibu dengan
lincah mencemplungkan bahan demi bahan ke dalam wajan. Menambahkan garam, gula,
dan bahan lainnya dengan cekatan. Tak lama kemudian masakan lezat pun sudah
tersaji.
Tasya pernah mencoba memasak nasi goreng seperti ibu. Tanpa
melihat resep. Hanya mencampurkan bahan-bahan yang ada. Menaburkan garam dan
merica, juga menuangkan saos tomat dan kecap. Tapi ketika Tasya mencobanya
wajahnya berubah jadi kecut. Rasa nasi goreng Tasya jadi tak karuan. Tidak
seperti nasi goreng buatan ibu. Itu karena Tasya tidak punya tangan ajaib
seperti ibu.
Cerita tentang tangan ajaib ibu yang kemudian Tasya jadikan ide
cerita. Tasya sedang menulis cerita buat ekskul
menulis di sekolahnya. Kak Yana, yang mengajari menulis sedang membaca cerita
Tasya.
"Cerita ini bagus sekali, Tasya," ujar Kak Yana yang
membuat Tasya tersenyum.
"Tasya menulisnya semakin bagus. Pembukaan cerita, konflik
cerita, juga penutup cerita sudah sangat rapi," tambah Kak Yana lagi.
Tasya mengucapkan terima kasih pada Kak Yana. Tasya bahagia
sekali. Ia ingat beberapa kali tugas menulis, apa yang ditulisnya masih
berantakan. Baru sekali ini tulisan Tasya dipuji Kak Yana.
"Kalau terbiasa menulis, maka tulisan Tasya akan semakin
bagus. Terus berlatih dan belajar ya," kata Kak Yana sebelum kelas menulis
bubar.
Mendengar yang dikatakan Kak Yana membuat Tasya terdiam. Tasya
jadi ingat ibu dan tangan ajaibnya. Ibu memasak setiap hari. Usia Tasya sudah
10 tahun. Sedangkan Kak Tania, kakak Tasya sudah 14 tahun. Kalau ibu memasak
setiap hari, artinya ibu sudah sering sekali memasak. Mungkin itulah yang
membuat tangan ibu menjadi tangan ajaib. Sehingga masakan ibu selalu enak.
Sepanjang jalan pulang ke rumah Tasya terus memikirkan hal itu.
Tasya pun bertekad ingin berlatih memasak dan menulis. Agar ia bisa menjadi
penulis dan koki yang punya tangan ajaib.
***
waa ternyata ada namaku di sini. makasih yantii akhirnya bisa mejeng di Bobo juga namaku :)
BalasHapusWow, sederhanya tapi mengena Mbak. Keren Mbak Hairi nih, dimuat terus.. selamat ya Mbak
BalasHapuskeren mba Yanti cuman nunggunya lama juga ya mba mpe setahun lebih cerpen ini baru terbit :)
BalasHapusBanyak resensi cerpen di blog ini.. makasih mbak, sharingnya..
BalasHapusMajalah favoritku plus donal bebek saat kecil. tapi begitu besar beralih ke manga jepang. Jadi nostalgia.
BalasHapuskeren dah bisa di publish di bobo. pasti ngak ngira ya mbak di publish, itu sebelu di publish di hubungi lagi gitu? (telat setahun) pasti kaget.
Terima kasih sudah berbagi, Mbak...
BalasHapus