Pernah
tidak kamu punya keinginan terhadap sesuatu, berusaha mendapatkannya tapi tak
kunjung berhasil. Sampai pada satu masa, hal yang begitu diinginkan itu tak
lagi kamu inginkan. Bahkan ketika sesuatu itu tak seberat dulu untuk
didapatkan. Saya? Pernah.
Dulu,
saya pernah begitu mengingankan sebuah produk jilbab. Agak mahal di kantong
saya saat itu. Maju mundur cantik buat memilikinya. Suami mendorong saya, ‘Beli
saja’ ujarnya. Tapi, untuk memiliki jilbab tersebut tidak cukup hanya membeli.
Ada usaha lebih buat mendapatkannya. Dibuka PO setiap waktu tertentu dan
rebutan dengan sesama orang yang ingin memilikinya.
Sekali,
dua kali, tiga kali, dan entah berapa kali ketika PO dibuka saya gagal
mendapatkannya dengan beragam alasan. Ada yang keduluan sama yang lain, jemari
saya tak cepat bergerak mengetik kata mau. Ada juga saya kelupaan, pun alasan
kuota mampet yang membuat saya tidak bisa mengakses internet dengan lancar sehingga
kain-kain cantik yang akan dijahit menjadi jilbab itu sudah ludes tak bersisa.
Pernah
juga saat saya sudah mendapatkan internet yang kencang, waktu yang pas, tapi
mengamati satu demi satu produknya, saya merasa tak cocok. Daripada memaksakan
diri, saya memilih untuk tidak ikut order. Kemudian…. Keinginan memiliki produk
itu lenyap tak bersisa. Mungkin karena saya menemukan pengganti, mungkin juga
karena saya sudah lelah mengejarnya.
“Cinta
itu bisa memudar,” simpul saya ketika menceritakan kejadian itu pada
teman-teman.
Dan
sekarang, saya merasa CLBK, cinta lama yang bersemi kembali pada sesuatu yang
begitu saya inginkan dulu. Bukan jilbab itu, tapi OVEN.
Kalau punya oven mungkin bisa bikin lasagna ini ^_^ |
Keinginan memiliki oven itu lamaaa sekali.
Saya masih ingat dulu kakak saya pernah bertanya kepada saya, produk elektronik
apa yang saya inginkan? Saya jawab oven.
Jadi,
usaha keluarga saya membuat kami berkesempatan memiliki beberapa barang gratis.
Baik karena bonus, atau pun karena mencapai target penjualan. TV gratis, kulkas
hadiah, rice cooker bonus, jalan-jalan ke Bali pun pernah didapat kakak saya secara
gratis. Karena seringnya mendapatkan yang gratisan ini, sampai-sampai ketika
kakak saya pergi haji ada yang nanya apa itu juga bagian dari gratisan? Hahaha…
Kembali
ke oven. Saat memberikan jawaban itu, kakak saya tidak protes. Ia pun
mengajukan oven sebagai entah hadiah dalam rangka apa. Beberapa waktu kemudian
datanglah produk tersebut ke rumah, dengan semangat saya membukanya dan
ternyata isinya Microwave! Mama saya senang, saya lunglai. Saya mau oven, bukan
microwave. Apalagi microwave itu hanya berfungsi sebagai microwave, bukan
microwave yang bisa sekalian oven. Keinginan memiliki oven pun harus saya
lupakan dulu.
Setelah
menikah, oven itu kembali menjadi ambisi saya. Setiap datang ke supermarket
saya selalu semangat membawa langkah saya menuju ke tempat produk elektronik
dipajang. Pada satu ketika, saya (dengan restu suami) bertekad membeli oven.
Menuju ke sebuah supermarket dan menunjuk satu produk. Jawaban karyawan
supermarket itu “Produk kosong” Yang ada hanya display dan tidak bisa dijual. Gagal lagi deh memiliki oven dan
entah karena apa semenjak itu keinginan memiliki oven memudar.
Beberapa
hari yang lalu, keinginan memiliki oven kembali muncul. Semacam cinta lama yang
bersemi kembali. Pencetusnya sederhana sekali, saya melihat di IG ada yang
membuat semacam roti. Tetiba saya kok pengin bikin roti seperti itu. Langsung
WA suami dan bilang “Saya pengin oven”
“Boleh.
Asal dipakai,” jawab suami.
Glek!
Saya
tak bisa menjamin hal itu.
“Konsul
dulu deh sama Ina,” kata saya pada suami.
Kali
ini oven yang saya inginkan bukan oven listrik, tapi oven tangkring. Dengan
harga yang lebih murah dan saya tak perlu cemas dengan listrik yang naik, saya
rasa keputusan ingin memiliki oven tangkring layak buat diwujudkan.
Kalau punya oven mungkin bisa bikin cooekies ini |
“Beli
aja, Yan. Murah kok,” ujar Ina di ujung sana. Dan sederet pembicaraan kami
lainnya yang membuat saya memikirkan ulang buat membeli oven. Sebenarnya Ina
mendorong sih buat saya beli oven tapi ada beberapa yang menjadi pertimbangan
saya seperti mikser saya yang masih ada di rumah ortu. Mikser itu sendiri
adalah hadiah dari teman-teman saat saya menikah.
Sebenarnya
saya lumayan sering bolak balik ke rumah ortu walau harus menempuh perjalanan
udara. Tapi untuk membawa oven, hemmm…. Sepertinya agak berat buat saya. Kecuali
saya menempuh perjalanan darat lagi dengan memakai mobil sendiri seperti
perjalanan darat saya dulu yang pernah saya ceritakan di sini.
Kalau pakai mobil sendiri kan bisa masuk bannyak barang. Kalau bagasi pesawat saya sudah berat dan penuh oleh beras unus yang saya bawa. Wkwkwkwk....
Selain
alasan tidak ada mikser, saya pun mulai memikirkan apa yang saya bikin dari
oven tersebut? Roti kan bisa beli. Bolu tidak terlalu doyan, kue kering pun
begitu. Dan juga kan katanya mau diet, walaupun dietnya selalu mulai besok.
Wkwkwk….. Lagipula masih banyak sekali kudapan yang bisa saya bikin tanpa
menggunakan oven. Saya pun mencoba mendaftar apa saja yang ingin saya bikin dan
belum saya wujudkan juga.
1.
Arem-arem
2.
Karipap atau
pastel
3.
Dadar gulung
4.
Lemper
5.
Risoles
6.
Biji tiwadak
dengan tahi lala, dan masih banyak lagi.
Walaupun kadang kala keinginan itu dikalahkan
karena ada yang jual. Buahahahaa….
Bikin roti dengan toping keju ini ga perlu oven. Rotinya beli :p |
Jadi intinya ya suka malas dan kemudian
merasa kalau biarlah saya memendam kembali keinginan untuk memiliki oven.
Mungkin suatu hari akan terwujud. Mungkin juga tidak. Apa teman-teman juga
punya niatan untuk memiliki oven?
Kalau saya bisa dan hobi masak mungkin saya juga ngidam oven mbak. Tapi apalah daya saya hanya bisa makan :D
BalasHapussaya juga udah lama pengen punya oven mba hehe
BalasHapusaku masih pakai oven mama. mungkin kalau sudah punya rumah sorang nukar ae kena. lumayan gasan meulah pizza. hehe
BalasHapusDulu aku punya keinginan memiliki gilingan mie yang bisa juga buat gilingan untuk stik keju, karena aku suka camilan ini. Setelah bisa beli, beberapa kali bikin stik keju. Tapi karena merasa bikinnya capek tapi cepet ludes, akhirnya jadi jarang dipake >·<
BalasHapusSekarang pingin punya cetakan yang lubang-lubang (bisa buat bikin terang bulan mini, martabak bulat dsb). Cuma, ntar bakal rajin bikin kue nggak ya? ^-^
Mama saya pengen oven sudah lama sekali. Dan baru terwujud, ya itu oven ankring. Paling dipakainya saat mau lebaran doang, ah enakan beli kue jadi tidak ribet. Ya namanya emak-emak :)
BalasHapusAkuuuuh! Bertahun-tahun. Sampe jelang Ramadan kemaren, itu oven dah diturunin dari rak sama petugas toko, gak jadi beli. Kayak belum sreg di hati. *maaf ya mbak sales ��
BalasHapusBiji tiwadak dengan tahi lala. Duuh, childhood banget ini :')
BalasHapushaduh pingin makan buatan rumah... tapi di rumah gak ada oven
BalasHapusKetika seseorang bilang, "Oven di rumah ada tapi gue males banget bikin kue." Saya nelen ludah dengernya, karena untuk ganti oven yg rombeng ini aja masih harus nabung dulu. Tiap kali ke hypermarket cuma bisa pegang oven yg harganya sejuta lebih itu, belum bisa ngeboyong ke kasir. Tapi kayaknya akhir bulan ini mau beli yg lebih murah aja. Yang penting bisa pamer baking, haha...
BalasHapusaku iyaa... suka banget pas oven ku belum rusak. jadi bisa masak macam2 yang emang harus dipanggang. bahkan sarapan dengan macaroni scotel dan zuppa soup bisa lancer karena punya oven. Hingga tiba2 ovenku meleduk.. duk... aduhh.. aku jadi trauma. masih kebayang bayang sampai sekarang ledakan apinya yang nyamber ke arah wajah terus apinya nemplok di atas tabung gas... subhanallah... Alhamdulillah Allah masih melindungiku dan seluruh isi rumahku. Coba kalau tabung gas 12 kg meledak? aduh duh... sampai sekarang aku trauma dengan oven yang ada di rumahku.
BalasHapus