Tadinya saya pikir, tak akan terlalu sulit untuk menulis
novel anak. Novel dengan genre untuk anak-anak. Saya sudah pernah menulis
beberapa cerpen (meski susah payah) dan sekian dari beberapa itu lolos seleksi
redaksi sebuah majalah. Jadiiii.... dengan berbekal pengalaman itu, mungkin
mudah saja bagi saya untuk menulis yang lebih panjang dari cerpen yaitu novel.
Maka, ketika saya mengikuti kelas Permen (Kelas Program Menulis Novel
Anak) bersama Uni Dian Onasis, saya
pikir saya tak akan menemui banyak kendala. Novel akan saya selesaikan dengan
baik, kirim ke penerbit, diterima dan diterbitkan.
Kenyataannya? Seperti seorang pebulutangkis yang terjun ke
sebuah turnaman dan kalah di babak kualifikasi dengan skor telak, begitulah
yang terjadi pada saya. Ide yang saya ajukan ke Uni Dian saat itu ditolak oleh
Uni.
"Yanti akan kepayahan menyelesaikannya menjadi cerita
panjang. Ini ide buat cerpen." Begitulah kira-kira tanggapan Uni Dian saat
itu.
Dan saya blank.
Tidak tahu lagi harus mencari ide apa. Rasanya setiap ide yang saya susah payah
dapatkan lagi dan lagi hanya cocok untuk sebuah cerita pendek. Di situ saya
sadar bahwa menulis cerpen dan novel itu beda sekali.
Saya mulai kepayahan dan seperti biasa, saya ingin menyerah.
Waktu terus berjalan, sementara ide tak kunjung saya dapatkan. Karena tidak
ingin membebani pikiran saya dengan hal yang merumitkan dan kembali ke prinsip
awal di mana bagi saya menulis itu fun.
Menulis itu untuk bahagia. Jika saya stress... oh itu bukan tujuan saya
menulis. Kemudian saya ajukan pengunduruan diri dari kelas Permen kepada Uni
Dian. Jawaban Uni "TIDAK"
Uni Dian tidak mengizinkan saya mundur. Saya semakin tertekan
dibuatnya. Di saat yang sama Mbak Ade Anita yang satu kelas dengan saya juga
memberikan semangat. Uni Dian juga begitu. Saya pun curhat panjang lebar kepada
suami.
"Dalam pekerjaan juga ada kalanya begitu. Blank dan
bingung mau ngerjain apa. Tapi pelan-pelan menyelesaikannya sambil belajar.
Tidak menyerah begitu saja," ujar suami kala itu.
Saya tertegun mendengarnya. Oh.... betapa saya begitu mudah
menyerah.
"Kesulitannya di mana? Ayo dimulai lagi." Suami
kembali memberikan semangat.
"Pengin menulis cerita misteri. Tapi tidak punya
bahan," keluh saya pada suami.
Kemudian beliau yang mencarikan bahan untuk saya. Ketika
bahan sudah didapatkan, maka saya yang mencari bumbu-bumbu dan memutuskan bahan
itu 'dimasak' seperti apa. Karena itulah ada ucapan Terima Kasih khusus buat
suami di lembar persembahan karena peran beliau sangat besar di buku ini.
Dari bahan yang diberikan oleh suami, juga dibantu oleh Uni
Dian, saya menyelesaikan bab demi bab calon buku saya itu hingga kemudian
selesai. Uni Dian juga banyak memberikan masukan dan menambal beberapa hal yang
'bolong' di naskah saya.
Naskah saya ini mengendap lama di laptop. Lagi-lagi saya
begitu malasnya mengirimkan ke penerbit. Sampai suatu ketika, Lintang Indiva
mencari naskah bertema misteri, tentu saja saya merasa naskah ini sangat cocok
dengan yang dicari Lintang Indiva. Sekitar 2 atau 3 bulan setelah saya
kirimkan, saya mendapat kabar naskah ini diterima. Alhamdulillah... senang
sekali rasanya. SPP (Surat Perjanjian Penerbitan) dikirimkan dan beberapa bulan
kemudian buku ini pun terbit.
Buku solo pertama saya. Alhamdulillah... Setidaknya sudah
memenuhi impian saya menerbitkan minimal satu buku seumur hidup. Walaupun saya
ingin ada karya kedua, ketiga, dan seterusnya. Aamiin...
Qiya dan Risha di Gramedia Lippo Sidoarjo Foto dari Mbak Shabrina WS |
Buku ini juga bisa dibeli di Gramedia. Setiap saya ke
Gramedia, dan melewati rak-rak buku di sana, sering saya berujar dalam hati,
suatu hari akan ada buku saya di sana. Beberapa pekan yang lalu saya ke
Gramedia, jantung saya berdetak tak karuan saat menuju rak buku anak. Berdebar-debar
dan bergemuruh, dan rasanya 'nyessss' begitu menemukan ada buku saya di rak
buku tersebut. Huhuhu.... Semacam mimpi yang menjadi nyata.
Qiya dan Risha, si Detektif Cilik di Gramedia Balikpapan |
Menulis itu fun, harus happy dan
bahagia. Saya setuju, sangat setuju. Tapi, kadang kita memang perlu tekanan
agar tahu sampai batas mana kita bisa berkarya. Itulah pelajaran penting yang saya dapat
dibalik proses novel ini. Jika saya menyerah, kalau saya menyanggah jawaban
'Tidak' yang diberikan Uni Dian, mungkin sampai sekarang saya tak memiliki buku
solo.
***
Judul
: Qiya dan Risha Si Detektif
Cilik
Penulis
: Hairi Yanti
ISBN
: 978-602-6334-21-3
Harga :
35K
Sinopsis :
Qiya mendengar pembicaraan Nenek
bersama Mama dan Bunda Anggrek (saudara kembar Mama) tentang intan yang hilang.
Intan peninggalan Kakek yang sudah wafat. Nenek ingin mencari intan pengganti
ke Martapura, tapi kesehatan Nenek tidak memungkinkan untuk bepergian jauh
sendirian.
Qiya tertantang untuk menemukan
keberadaan intan tersebut. Dia pun mengajak Risha (saudara sepupu Qiya) untuk
bekerja sama. Dia pun mendaulat dirinya sebagai dekektif cilik. Namun, ternyata
menjadi detektif itu tidak gampang. Qiya dan Risha harus menemukan petunjuk dan
memecahkan misteri itu.
Apakah Qiya dan Risha akan berhasil
menemukan intan yang hilang itu? Simak kelanjutannya dalam novel ini. Selamat
membaca!
untuk
pemesanan silakan SMS/WA ke +628812806460 atau bisa dibeli di Gramedia
dan beberapa toko buku online
Waaa gitu ya mbak, jadi tahu. Segalanya ada perjuangan yaa....selamat ya mbak 😊
BalasHapusIya mbaak. Alhamdulillah. Jazakillah khairan katsira, Mbak Yekti. Jangan lupa ikut kelas Permen. Hehehe..
HapusSinopsisnya bikin tertarik .:D Bahasanya ringan dan pasti cocok untuk anakku.
BalasHapusAyo mbak dibeli. Hehehe... Seru lho #promo :D
HapusBarakallah mba Yanti setelah cerpennya yang terus tampil di Bobo sekarang unjuk gigi lagi lewat buku solonya ini keren banget :)
BalasHapusBeruntung ya mba ada Uni Dian dan pak suami yang terus mendorong hingga akhirnya ini bisa menjadi buku terpampang di rak gramed *aku terharu*
Jazakillah khairan katsira, Mbak Herva. Iyaaa. Alhamdulillah banget dikelilingi orang-orang yang mendukung saya. Saya pun suka terharu. Hihihi...
Hapusselamat ya Mbak untuk novel anaknya, semoga ada karya kedua ketiga keempat dan seterusnya yaa.
BalasHapusAamiin... aamiin.. jazakillah khairan katsira, Mbak Astin :-)
HapusAda ae ide kalo ditantang buat sekuelnya..insyaAllah.. :D
BalasHapusYuk cus kita bikin. Hihihi
HapusNovelnya keren, yanti :)
BalasHapusAlhamdulillah... makasiiih Kakak :-)
Hapusmabruk mb yantii, kereeen..
BalasHapussemoga yang tertulis menjadi amal jariyah ^_^
pengen ih, bisa nulis begitu..
Aamiin ya Rabb. Jazakillah khair mbak Tin. Ayo mbak nulis juga :-)
HapusSelamat ya, Mbak. Semoga terus berkarya. Aamiin
BalasHapusAamiin.. jazakillah khair mbak Myra :-)
HapusJangankan draft novel kak, aku draft tulisan aja banyak dan lama gak dilanjutkan. Huhuhu.
BalasHapusItu pun saya banyak, Mas. Hahaha...
Hapuswah, barakallah mbak yanti untuk buku solonya. semoga sukses ya :)
BalasHapusAamiin. Jazakillah khairan katsira, Mbak Farida. Sukses juga buat mbak :-)
HapusSelamat ya Mbak..Akhirnya perjuangan itu berbuah manis ya. Sinopsisnya aja keren apalagi bukunya..pas ini buat anak saya:)
BalasHapusAlhamdulillah. Jazakillah khairan katsira mbak Dian. Yuk dibeli buat anak Mbak Dian :-)
Hapusahaaa klo denger nama mbak hairiyanti bikin aku kangen baca majalah bobo nih, soalnya aku suka cernak2nya :) selamat ya mbak untuk buku barunya, semoga laris manis tanjung kimpul, amiiiin
BalasHapusAamiin... Aduh jadi malu. Lama banget nih cerpen saya ga dimuat di Bobo. Moga Bobo memuat lagi. Aamiin.. makasiih Mbak Maria :D
Hapusselamat Yanti..
BalasHapusalhamdulillah, dukungan suami dan mentor akhirnya membuat impian punya buku jadi nyata
semoga akan ada buku2 selanjutnya
Aamiin.. Makasiiih, Mbak Monda :-)
HapusSelamat, Mbak! Sukses selalu, ya :)
BalasHapusMakasiih, Mbak. Sukses juga buat Mbak Myra :-)
HapusMbaa hebaaaattt aneeettt hehehehe btw masi ada ga kelas permen pengen ikutt tp bisa ga ya *pesimis ����
BalasHapusBisa lah.. Mbak Dewi ini salah satu orang paling semangat dan gigih yang pernah saya kenal. Hehehe... Sudah saya jawab di chat kemarin ya mbak :D
Hapus