Ada hal-hal yang di luar kuasa kita. Ada hal-hal yang
seberapa pun kita inginkan, sudah di depan mata, tapi kalau bukan rezeki ya
bisa lewat begitu saja.
Satu hari sebelum balik saat pulang kampung beberapa bulan
yang lalu, tante saya membawakan kue yang sangat enak sekali. Saya langsung
melahapnya dan habis beberapa potong.
Melihat saya lahap, mama kemudian bilang
agar saya membungkus beberapa potong kue lagi untuk dibawa dalam perjalanan.
Saya setuju dan langsung melakukannya saat itu. Membungkus beberapa potong kue
dan menyisihkannya agar tak dimakan orang rumah.
Malam harinya, saya ikut Om saya pergi ke Banjarbaru sebelum
esok harinya ke Balikpapan. Saya menaruh semua barang bawaan saya di ruang tamu
dan kemudian kakak saya membantu memasukkan ke dalam mobil. Dan tebak apa? Kue
yang saya sisihkan itu kelupaan dibawa. Hahaha...
Esok harinya mama menelpon "Kamu melupakan kuemu. Ya,
namanya belum rezeki ya," kata mama. Saya tertawa dan membenarkan.
"Iya, Ma. Belum rezeki," kata saya. Tiba-tiba saya teringat lagi akan
sepenggal kisah itu saat menyantap Markobar. Markobar yang usaha anak Presiden
itu loooh..
Markobar 8 rasa |
Markobar di Balikpapan ini sudah lumayan lama buka. Tempatnya
pun termasuk 'daerah jajahan' saya, maksudnya saya lumayan sering ke sana.
Pasar Segar Balikpapan namanya. Saya lumayan sering ke Pasar Segar ketika ke
Balikpapan.
Pasar Segar di Balikpapan. Bagian dalam |
Pasar Segar itu pasar bersih walau penjual tak terlalu
banyak. Tapiii.. ada beberapa penjual favorit saya di sana seperti penjual buah
yang selalu jujur (kapan-kapan moga saya bisa cerita tentang beliau. Orangnya
jujuuur banget), juga penjual tempe dan tahu yang enak. Kerap kali saya membeli
tempe yang belum jadi di Pasar Segar.
Sering ke Pasar Segar dan melewati Markobar, tidak lantas
saya langsung mencobanya. Tidak kepengin aja. Dan tidak berniat untuk mencoba.
Belum rezeki mencicipinya. Sampai suatu hari saya menyaksikan salah satu video
Raditya Dika di youtube.
Perang martabak judul vlog Raditya Dika itu. Mencoba beberapa
martabak manis dan kemudian nge-rating martabak itu. Salah satunya markobar.
Saat selesai menontonnya saya bilang ke suami "Kalau ke Balikpapan kita
nyoba markobar, yuk." Suami setuju.
Maka, di bulan Desember kemarin saya benar-benar
melakukannya. Ke Pasar Segar dengan tujuan Markobar. Btw... Markobar singkatan
dari apa sih?
Bentuk kedai Markobar itu tidak seperti penjual martabak
manis atau terang bulan kebanyakan. Biasanya kan yang di tepi jalan pakai
rombong-rombong gitu. Markobar tidak. Dia ada di sebuah pertokoan, menempati
satu petak di pertokoan pasar segar.
Ada lembaran menu yang tersedia di outlet Markobar tersebut.
Emmm.. outlet-nya macam apa yak? Macam kita bayar sesuatu gitu. Apotek kali ya.
Bisa dilihat di foto penampakannya ya.
pesan markobar di Balikpapan |
Ada beberapa menu Markobar. Ada martabak manis 2 rasa, 4
rasa, dan 8 rasa. "Best seller kita yang 8 rasa." Begitu informasi
yang saya dapatkan dari penjaga outlet, maka saya pun memesan yang 8 rasa.
Pilih Topping Markobar |
Ada 8 dari 11 pilihan toping yang bisa kita pilih untuk
Markobar 8 rasa. Harga untuk 8 rasa 80 ribu rupiah, artinya per potong 10 ribu
rupiah.
Menu Markobar |
Saat malam hari berkunjung ke sana, ada bangku dan meja di
depan Markobar. Rupanya itu meja dan bangku dari kedai makan di sebelah. Karena
itulah sewaktu saya duduk di sana, ada pelayan kedai sebelah yang mendekati dan
mengira kami akan memesan. Di Markobar sendiri ada bangku kayu yang bisa
digunakan duduk untuk menunggu.
Menunggunya tergantung antrian. Kalau langsung dibuatkan ya
tidak terlalu lama. Saya lupa melihat penanda waktu di ponsel saya untuk
mengetahui berapa lama persisnya saya menunggu.
Kata Raditya Dika, markobar ini tipe martabak manis yang
terbuka dan memaparkan aurat. Jika martabak manis atau terang bulan pada
umumnya ditutup dua sehingga menjadi setengah lingkaran, maka Markobar tetap
berbentuk bulat dengan toping yang langsung terlihat. Seperti pizza jadinya.
Topingnya bukan jenis toping yang melimpah ruah yang bikin
tangan belepotan dan mulut comel-comel. Enggaak... markobar tidak seperti itu.
Topingnya menutupi seluruh permukaan dengan ketebalan yang pas. Makanya makan
markobar jadinya tidak eneg karena topingnya tidak berlebihan.
Per slice sudah
dipotong, jadi kita langsung bisa menyantapnya tanpa perlu cari pisau. Potongannya
pun rapi. Tidak pecah sana sini. Bahkan bagian tepi yang krispi juga terpotong
rapi. Mereka motong pakai pisau atau gergaji yak?
Rasanya? Enak, krispi juga di bagian tepinya. Ketika di
Markobar, saya langsung menyantap saat panas-panasnya. Tentu saja rasanya lezat
sekali. Ketika Markobar belum habis, sampai rumah, saya masukkan ke dalam
kulkas sisanya.
Ketika ingin menyantapnya, saya panaskan di atas wajan datar
anti lengket dan ditutup. Hasilnya? Panasnya bisa merata dan rasanya tetap
enak. Bagian tepi-nya itu tetap renyah dan krispi. Wah, bisa sering ke markobar
kalau gini. Hahaha... karena saya kan tinggal di desa dan suka kemaruk beli
macam-macam kalau pulang kota untuk kembali dibawa pulang ke desa.
Teman-teman pernah nyoba markobar yang merupakan usaha dari
anak Presiden ini? Suka tidak?
di sini markobar adanya di taher square. tapi aku belum pernah nyoba sih. heu
BalasHapusInggih, Ka. Ternyata ada di Bjm lah.
HapusDuh enaknya :D Saya tim martabak manis pula, wkwk. Kalau lihat yang beginian jadi ngiler. Btw, di malang belum ada cabangnya ya? Padahal pengen nyoba Makbobar :D
BalasHapusAda, Mbak, cabang Malang :D
HapusSaya belum pernah lho makan Markobar ini. Di daerah Cikini rasanya ada deh. Iya martabak produksinya Gibran ini macam pizza dengan aneka topping ya.
BalasHapusIya bener, Mbak. Macam pizza aneka toping. Bisa pilih toping yang kita suka aja :D
HapusSudah nyoba mbak. Lumayan sih. Tapi aku tim martabak telor heheee
BalasHapusAhahaha... Iyaa. Saya juga suka martabak telor. Biasanya abis makan yang manis, mau yang asin. Abis makan yang asin, mau yang manis. Hihihi...
Hapuslumayan banget ya harganya, paling mahal 80 ribu
BalasHapusseperti apa ya rasanya
Wuoo makobarnya jauh juga perjalanannya ya mba... sampai menyebrangi pulau...
BalasHapusPengen banget nyobain, tapi selalu teralihkan dengan makanan-makanan lain. Akhirnya belum nyoba2 hehehe
BalasHapusaku udah pernah coba juga. mayan enak, mba. walo yang coklatnya manis banget, hehe
BalasHapusaku belom pernah makan markobar itu tante
BalasHapusdi sini belom ada
Hhhm pasti enak nih. Belum pernah nyobain markobar. Pilih yang 8 rasa gini enak ya, bisa icip2 berbagai rasa sekaligus.
BalasHapus