TransJakarta |
Sebelumnya
tak pernah terpikirkan oleh saya untuk naik angkutan umum di Jakarta. Jika mau
bepergian, taksi aplikasi atau taksi argo yang menjadi pilihan utama. Bukannya
sok kaya alias kebanyakan duit sih, tapi malas ribet dan berpikir kalau Jakarta
kota yang asing buat saya. Jadi pengin simpel, abis masuk mobil langsung sampai
tujuan dan tak perlu susah-susah buat mantau rute-rute angkutan umum. Begitu….
Tapi itu dulu…
Menjelang
ke Jakarta beberapa bulan yang lalu dan diantar adik ipar ke bandara, saya
tanya ke adik ipar bagaimana caranya naik busway atau transJakarta? Karena
sebelumnya adik ipar saya emang kerja di Jakarta. Jadi, dia macam gantian aja
sama kakaknya (Suami saya) kerja di Jakarta. Sama adik, akhirnya dikasih kartu
buat naik TransJakarta. Ya udah deh kartunya saya kantongin dompetin.
Sampai
di Jakarta, tetap dong saya enggan memakai angkutan umum. Sampai suatu ketika
di hari minggu, suami mengajak saya ke CFD (Car Free Day). “Yang dekat aja. Di
Sudirman sini,” kata suami. Walau malas, tapi saya tetap ikut juga. Begitu keluar
dari Jalan Bendungan Hilir, ketemu jalan Sudirman, saya lihat ada busway alias
TransJakarta jurusan Ragunan-Monas.
“Kita
naik, yuk. Ke Monas,” celutuk saya ke suami. Suami setuju, dan kami pun
‘mendaki’ halte TransJakarta Bendungan Hilir buat ke Monas. Itulah pertama
kalinya naik TransJakarta dan ternyata seruuu. Saya pun ketagihan dan semacam
ada kepuasaan tersendiri kala bepergian dengan TransJakarta. Ketika cek satu
tempat yang akan dikunjungi pun, kalau dulu saya memantau berapa yang harus
saya bayar kalau naik taksi aplikasi, sekarang yang pertama kali saya lihat di
halte mana jarak terdekat dengan tempat tersebut.
Semenjak mengalami keseruan naik
TransJakarta, saya dan suami juga jadinya banyak jalan pas weekend. Selama tempat tujuan masih dilewati oleh TransJakarta dan
tidak terlalu jauh dengan halte, ayo aja jalan terus. Nge-mall pun dari Jakarta
Pusat ke Jakarta Barat karena haltenya dekat. Hahaha…
TransJakarta
bukan satu-satunya angkutan umum yang pernah saya coba di Jakarta. Seperti yang
saya ceritakan di sini, saya juga berkesempatan mencoba naik Kereta Api
Bandara. Di suatu sore yang masih terik, saat mencoba order gocar di tengah
keriuhan Tanah Abang dan enggak dapat-dapat, saya dan suami kemudian naik
angkot. Hanya bermodalkan angkot bertuliskan “Roxy – Tanah Abang – Benhil” dan
akhirnya sampai juga di depan gang indekos saya dengan hanya bayar 4000 rupiah
per badan. Buat warga Jakarta mungkin dah biasa, tapi buat saya yang pendatang
ini itu menjadi pengalaman pertama. Hihihi…
Dalam TransJakarta |
Suatu
hari saya dan suami ziarah ke Kawasan Kalibata, yang dekat situ cuma ada
stasiun Kereta Api. Karena belum tau cara naik kereta api, saya dan suami
akhirnya nyetop angkot sampai ke Pasar Minggu. Dari Pasar Minggu ada metromini
bertuliskan Pasar Minggu – Tanah Abang. Naiklah kami ke metromini itu dan itu
adalah pengalaman pertama saya naik metro mini di ibukota dan rada-rada jera
sih. Hahaha… Oya, naik metromini dan angkot sama, tarifnya 4000 rupiah.
Jadi,
setelah mencoba angkot, metro mini, bajaj, dan TransJakarta, yang menjadi juara
buat saya adalah TransJakarta. Alasannya lebih murah, walaupun 500 rupiah doang
sih dibanding metro mini dan angkot. Tapi, TransJakarta pakai AC dan bebas
macet. Saya rasanya ingin dadah-dadah ke mobil-mobil yang terjebak macet
sementara TransJakarta terus melaju di jalurnya.
Di luar macet, TransJakarta terus melaju |
Sepengalaman
saya yang baru sedikit ini, sopir TransJakarta juga terasa lebih santun kala
mengemudi, kagak ugak-ugalan. Mungkin di-training khusus kali ya. Plus ada
kondektur, eh ini benarkan namanya kondektur, yang berjaga di pintu itu.
Petugas yang berjaga di pintu itu juga memakai pakaian rapi seperti seragam dan
batik. Kalau petugasnya cewek, saya senang aja lihatnya. Terlihat rapi.
Naik
TransJakarta itu dengan 3500 rupiah kita bisa ke mana aja selama enggak keluar
halte. Mau pindah-pindah bus juga bisa aja dengan catatan ya enggak keluar
halte. Pernah saya dan suami dapat tempat duduk di bagian belakang, dan pas
lagi ramee banget penumpang naik di halte berikutnya. Jadi, ketika sampai di
halte tujuan kami, agak kesulitan keluar. Ya udah deh saya dan suami tetap
duduk di sana dan ikut TransJakarta sampai ke halte terakhir dan balik lagi ke
halte berikutnya. Jadi jalan-jalan deh. Percayalah buat orang daerah macam saya
itu juga sangat menarik bisa jalan-jalan keliling Jakarta doang gitu.
Buahahaha…
Petunjuk kedatangan TransJakarta di Halte |
TransJakarta
juga ada semacam tempat duduk khusus wanita. Jadi, buat kita para wanita bisa
duduk ke sana. Namun, ini juga sih yang rada dilema. Beberapa kali saya naik
TransJakarta, tempat duduk khusus buat wanita itu kosong. Di tempat umum malah
berjubel sampai para penumpang pria berdiri. Sementara ada juga penumpang
wanita yang duduk di area umum. Mungkin buat para wanita, pindah aja kali ya ke
tempat duduk khusus wanita jika kondisi demikian agar tidak terlalu berjubel di
area umum.
Kekurangan
dari TransJakarta, sebenarnya bukan
kekurangan juga sih cuma risiko memilih transport ini, adalah kita mesti
jalan kaki menuju halte yang bisa saja jauh dari tempat kita. Padahal bagus
juga sih membiasakan jalan kaki. Tapi, buat orang daerah macam saya yang jarak
dekat suka naik motor, jadi emang agak berasa capek sih pada awalnya. Apalagi
kalau haltenya jauh dan tinggi trus muter-muter pulak. Kalau naik taksi
aplikasi kan kita bisa naik mobil dari tempat kita dan langsung turun di tempat
tujuan.
Walaupun begitu lama kelamaan
terbiasa juga kok jalan ke halte dan semacam ada kepuasaan tersendiri naik
angkutan umum. Jadi penasaran bagaimana nanti kalau ada MRT dan LRT di Jakarta,
walaupun enggak pasti juga sih pada saat itu apa saya masih di Jakarta atau
udah balik ke pedalaman Kalimantan. Hahaha… Kalau dibikin kesimpulan, kelebihan
dan kekurangan naik TransJakarta ada pada poin-poin ini.
Kelebihan
naik Trans Jakarta :
1. Murah hanya 3500 rupiah
2. Pakai AC
3. Bebas macet karena punya jalur khusus
4. Kalau dapat tempat duduk atau Trans
Jakarta sepi penumpang nyaman sekali
Kekurangan naik TransJakarta :
1. Mesti jalan ke halte (Ini kekurangan
enggak sih?)
2. Kalau lagi rame ya siap-siap berjubel
di dalam bus
3. Bisa lama menunggu datangnya
TransJakarta tujuan kita
Itulah pengalaman saya yang baru
dikit sih naik angkutan umum di Jakarta. Kalau teman-teman suka naik angkutan
umum juga enggak?
aku pernah juga naik transjakarta pas jam sibuk. duh lumayan juga penuhnya dan harus berdiri juga
BalasHapusIya, Kak. Pas jam pulang kerja biasanya penuuuh. Ulun pernah jua berdiri :D
HapusHarus sering cek saldo..takutnya saldo habis dan harus antri 2x buat top up dan masuk halte
BalasHapusSaldo lagi banyak tuh.. Hahaha.. Jalan ke mana kita?
Hapussaya malah belum pernah naik trans jakarta, sekali-kali pengen nyobain
BalasHapusAyo coba. Nanti juga ada LRT dan MRT
Hapus'Mendaki' halte. Bener banget Mba. Kadang suka ngos ngosan ngejer bus yg mau lewat. Naiknya itu lhoo. tinggi bangett
BalasHapusIya, Mbak. Saya suka ngos-ngosan kalau naik halte TJ. Apalagi kalau sambil lari-lari. Hihihi...
Hapus