Pada masa saya
kecil, Yogyakarta adalah kota yang lumayan sering saya dengar. Semua karena ada
beberapa kakak sepupu saya yang kuliah di sana. Salah satunya yang saya panggil
Abang. Setelah Abang lulus, abang kerap bercerita tentang Yogyakarta
diantaranya tentang nasi goreng kambing di Yogyakarta. Abang bercerita sambal
nelan-nelan ludah gitu, mendeskripsikan betapa lezatnya sepiring nasi goreng
kambing.
Mungkin karena
saya emang doyan makan dan suka penasaran dengan dengan makanan yang
diceritakan, jadilah saya berpenasaran ria dengan yang namanya nasi goreng
kambing. Jadilah setiap ada menu nasi goreng kambing jika sedang berwisata
kuliner, saya kerap memesannya. Begitupun saat santer terdengar tentang nasi
goreng kambing kebon sirih di Jakarta, saya langsung aja penasaran dong.
Apalagi ketika melihat video atau foto tentang nasi goreng kambing kebon sirih
itu, di mana ada gunungan nasi goreng dalam sebuah wajan gede.
Kakak dan kakak
ipar saya yang beberapa kali ke Jakarta pun sepertinya selalu mampir ke tempat
itu. Saya yang penasaran ini pun sempat mengajak suami ke Jakarta hanya demi
untuk mencicipi nasi goreng kambing itu. Hahaha… Walaupun ajakan itu ya di
mulut doang.
Sampai kemudian
saya menemani suami yang lagi ditugasin perusahaan tempat ia bekerja untuk
ngantor di Jakarta. Wah, pikir saya, ini kesempatan dong buat bisa wiskul nasi
goreng kambing kebon sirih. Saya pun mengatur waktu kapan bisa ke sana, dan
enaknya sih weekend aja ke sananya.
Tapi, saya ini orang yang moody sekali. Mood saya untuk ke sana tiba-tiba
hilang aja gitu.
“Go Food aja
deh,” kata saya ke suami dan mulailah saya memasan nasgorkam itu lewat gofood.
Pesanan datang dan saya pun mencicipinya. Dan ya gitu deh, ketika mencobanya
sepertinya itu bukan tipikal nasi goreng kambing yang harus kudu saya buru.
Jadi, cukup sampai di situ mencicipinya. Dan
ternyata saya salah beli. *tepuk jidat*
Seiring waktu
berjalan, seperti ada yang kurang kalau tidak langsung datang ke sana. Saya
ingin menyaksikan proses pengawahan
nasi goreng tersebut. Dalam Bahasa Banjar, wajan gede itu disebut kawah, jadi orang yang memasak dengan
menggunakan kawah itu disebut mangawah.
“Ke sana aja
yuk. Pas malam weekend,” ajak suami.
Saya pun setuju.
Seperti yang
saya ceritakan di sini,
di mana saya semacam seru naik TransJakarta, saya pun cek di google map transport buat ke sana. Untuk menuju Kebon Sirih, penumpang
TransJakarta bisa turun di halte Bank Indonesia untuk kemudian jalan kaki
sekitaran 550 meter lagi. Cincay lah ya jalan kaki segitu doang. Hahaha…. Lagak
loe, Yan.
Jadilah di
jum’at malam suatu pekan saya dan suami ke sana. Untuk menuju ke sana tak
terlalu kesulitan karena petunjuk di google
map lumayan jelas. Dari jauh juga sudah kelihatan keramaian dari tempat
tersebut yang ditandai dengan banyaknya mobil yang terparkir di tepi jalan.
Nasi goreng
kambing kebon sirih ini katanya sudah ada sejak tahun 1958. Wah, sudah lama
juga ya. Dia berdiri di pinggiran sebuah jalan kecil di Kawasan Kebon Sirih.
Hanya ada tenda kecil dengan bangku panjang dan meja kayu. Di seberang jalan
juga ada kursi-kursi plastik untuk menampung para pengunjung atau pembeli nasi
goreng. Para pengunjung bisa menyaksikan proses pembuatan nasi goreng secara
langsung, dari daging kambing yang dipotong kecil-kecil, kemudian dimasak di atas
wajan gede sampai dicampurkan nasi untuk kemudian berproses menjadi nasi goreng
kambing kebon Sirih yang tersohor itu.
Saat ada di dekat proses pembuatan ini, aroma daging kambing
memang bisa terendus oleh hidung. Tapi ketika menyatu dengan nasi dan menjadi
nasi goreng aroma daging kambing mentah udah tidak berasa lagi. Ya Namanya juga
dagingnya sudah matang ya, kan…. Tapi enggak juga lho, konon perlu keahlian
khusus agar aroma kambing bisa hilang saat matang. Kabarnya dalam satu wajan
besar itu bisa memasak 100 porsi nasi goreng dan dalam satu malam bisa terjual
1000 porsi nasi goreng. Wow banget yak…
daging kambing proses dimasak |
Kabarnya saat weekend adalah saat teramai di tempat
tersebut. Hal itu memang saya alami saat datang di Jum’at malam (Udah masuk weekend kan itu?). Tempatnya sangat
ramai dan ketika saya memesan yang ditanya oleh para pelayan berseragam itu
adalah “Duduknya di mana?” Ya emang pada saat itu belum dapat tempat duduk dan
menjadi tugas pengunjung mencari tempat duduknya sendiri. Jadilah saya dan
suami menunggu pembeli lain selesai untuk kemudian menempati tempat duduk yang
mereka tempati.
Ramai sekali |
Begitu dapat
tempat duduk, pelayanannya lumayan cepat. Pesan nasi goreng, datang nasi
goreng. Pesan es teh manis juga datang es teh manis. Minta acar, datang acar.
Pesan sate, harus menunggu beberapa saat sampai sate tiba. Tapi, emang harus
rajin-rajin mengingatkan atau memanggil pelayannya kalau pesanan kita belum datang.
Kalau hanya diam, kita bisa diabaikan. Saat datang pada jum’at malam itu di
meja tidak tersedia tisu dan banyak anak kecil yang jualan tisu di sekitar
tempat orang-orang makan. Hemmm…..
Acar dan sambal |
Bagaimana
dengan rasa?
Rasanya emang
juara. Perpaduan daging rempah dan daging kambingnya maknyus punya. Walaupun
ada daging kambing yang berasa alot tapi termaafkan deh karena bumbunya berasa.
Nasi goreng kambing Kebon Sirih ini dimasak dengan aneka rempah seperti
layaknya nasi ala Timur Tengah seperti nasi briyani atau nasi kebuli. Pada dasarnya
saya emang doyan dengan masakan Timur Tengah jadilah rasa nasi goreng ini cucok
meong dengan lidah saya.
Kelezatan nasi goreng kambing Kebon Sirih ini mengkuadrat saat
dinikmati dengan sate kambing. Mungkin karena daging kambingnya kurang banyak
di nasi goreng, sementara saya tipikal orang yang makan lauk banyak jadi deh
tambah nikmat dinikmati dengan sate. Dan itu pertama kali saya menikmati nasi
goreng dengan sate. Hahaha… Bumbu kacang pada sate kambing di nasi goreng
kambing Kebon Sirih ini mengingatkan saya pada sambal sate (sambal kacang) di
kampung halaman. Sambal satenya enak kalau dinikmati dengan lamang
Kandangan.
Sate Kambing |
Nasi goreng kambing Kebon Sirih ini juga disuguhkan Bersama dengan
emping dan memang terasa lebih lezat ketika kita menyuapnya dengan menambahkan
emping dalam suapan. Tambahkan lagi acar dan sambal untuk membuat seperti ada
rasa segar-segarnya dalam satu suapan nasi goreng.
nasi goreng kambing Kebon Sirih |
Untuk harga,
per porsi nasi goreng kambing 37 ribu rupiah. Sementara sate kambing satu porsi
60 ribu rupiah. Buat yang tidak suka dengan nasi goreng kambing, ada nasi
goreng ayam. Di sekitaran penjual nasi goreng kambing kebon sirih itu juga
banyak penjual kaki lima lainnya. Yang dagang buah ada, minuman ada, tisu
banyak, bahkan sempat saya lihat ada pedagang kerak telor.
Nasi goreng
kambing Kebon Sirih ini buka dari pukul 17.00 sampai pukul 2.00 pagi. Kabarnya
kalau kita datang sore hari, jumlah pengunjung tak sebanyak saat malam hari.
Ini emang saya buktikan sendiri saat esok harinya datang lagi ke tempat itu.
Bisa langsung dapat tempat duduk tanpa harus menunggu pengunjung lain selesai.
Setelah dua
kali ke sana, apakah saya masih ingin berwisata kuliner ke sana? Sepertinya ya.
Jika ada kesempatan lagi, insyaAllah, karena rasa nasi gorengnya sungguh
membuat lidah bergoyang.
Sampe salah beli 😂 emang yg mbak nyari makanan enak mau sudah tp klo yg jual mau banyak. Aku jadi pengen nyobain deh, beneran. Nanti klo maen ke jkt aku mau cari nasgorkam ini di kebon jeruk. Niat bgt bekasi-jkt 😂😂 kebetulan aku juga suka kambing sama nasgor
BalasHapusDi Kebon Sirih, Mbak. Jangan nyasar ke Kebon Jerok 😂 Iya, Mbak. Cobain apalagi buat yang suka kambing, kudu coba. Yang pertama saya salah beli pantesan rasanya B aja 😂
HapusBisa porsi jumbo?
BalasHapusAdaaa. Mauu?
HapusSaya aja yang di Jakarta belum pernah ke sini, Mbak..Antrii, parkir susah..#alasan kwkwkw. Beli nasgor kambing yang dekat rumah aja jadinya
BalasHapusTapi nasgor kambing ini memang juwara ya..bumbu rempahnya terasa!
Hahahaa.. malah duluan saya yang ke sini ya mbak. Ayo mbak dicobain. Iya sih sepertinya parkir susah, berhubung saya naik TransJakarta jadi bawa diri aja 😂😂😂
HapusDibanding pake telur atau suwiran ayam, nasgor kambing emang paling enak. Aku pernah nyobain di beberapa tempat tapi yang ini belum euy. Kejauhan kalau pake go food juga hihihi
BalasHapusNasi goreng Kambing Kebon Sirih memang Mak Nyuss….
BalasHapusDari sy sekitar 17 tahun sampe sy skrg 50 thn masih hobi tuh makan disana…
Cabang banyak koq di mana mana ,..... dari mulai Karang Tengah, Bintaro, Pamulang dll…...sdh ada koq.
Tapi yg paling Mak Nyusss tetep nongkrong dimobil di kebon Sirih,.....
Salah besar nih, baca artikel ini di siang bolong wkkkk. Puasaaaaa dah jauh pula mau nyamper kesana huhu.
BalasHapus