Sebagai anak Kalimantan yang mana
di Kalimantan belum ada kereta api, maka naik kereta api menjadi hiburan
tersendiri kala berkunjung ke suatu tempat yang ada kereta apinya. Tapi itulah,
kadang-kadang malah susah nemu momen buat naik kereta api. Karena alasan efektif
dan efisien, lagi-lagi seringnya milih naik taksi online.
Sewaktu cerita ke mama mau ke
Jakarta, mama pun bertanya “Enggak nyoba naik kereta bandara, Ti? Di berita
mama sering lihat ada kereta bandara,” ujar mama. Mama saya memang penonton
setia berita. Kadang anaknya yang jarang lihat TV kecuali TV Korea ini
malah dapat info tentang yang nge-hits terjadi dari mama. Seperti kereta api bandara
ini. Setelah ngobrol sama mama, saya pun googling tentang kereta bandara.
Kereta Api Bandara |
Ternyata tiket kereta dari bandara
Soekarno Hatta itu 70 ribu rupiah. Wah, kalau berdua jadi 140 ribu rupiah dong.
Buat saya itu harganya kurleb aja dengan naik taksi. Apalagi kita tidak sampai
langsung ke tempat tujuan dan hanya sampai di stasiun. Bisa-bisa biaya yang
dikeluarkan lebih banyak dari naik taksi. Namun, ketika ke Jakarta sendiri
karena suami udah duluan berangkat, saya pun bertekad untuk naik kereta bandara
dan minta jemput suami di stasiun saja. Jadilah saya koar-koar ke keluarga
kalau mau naik kereta bandara. Dan ternyata perjuangannya wow banget untuk
sebuah pengalaman naik kereta bandara ituuu…..
Pesawat yang saya tumpangi
dijadwalkan mendarat pukul 15.30 WIB. Saya cek jadwal kereta yang kira-kira
jadwal tercepat bisa saya pakai itu untuk keberangkatan pukul 16.20 WIB. Namun,
saya tidak membeli tiket kereta dulu. Karena sehari sebelumnya saya melihat di
dinding sosial media banyak kasus delay dari maskapai yang akan saya tumpangi.
Apalagi kalau bukan maskapai ituuu…. Semua orang juga tahu kan ya maskapai apa
yang dimaksud. Jadilah saya berdoa banget agar tidak delay supaya tidak
kemalaman naik kereta.
Alhamdulillah, delay-nya tidak
lama. Hanya sekitar setengah jam katanya karena alasan operasional. Setelah 1,5
jam di udara, akhirnya pesawat mendarat. Sewaktu menuju ke tempat pengambilan
bagasi, saya bertanya kepada petugas, kalau saya mau naik kereta bandara, saya
harus ke mana?
“Keluar dulu,nanti ada bangunan di
sebelah kiri. Nanti di sana nunggunya,” ujar petugas tersebut. Begitu keluar
dan saya menuju bangunan sebelah kiri, yang ada adalah tempat menunggu bus
Damri. Tueeenggg….. FYI, saya berada di terminal 1 saat itu.
Saya pun balik lagi nyebrang ke
terminal 1. Bertanya lagi ke petugas yang ada di sekitaran sana. “Di mana saya
bisa naik kereta bandara?”
“Oh, naik shuttle bus ke
stasiunnya. Tunggu shuttle bus di sana,” tunjuk salah satu petugas ke satu
arah.
Saya
pun menurut dan menunggu shuttle bus. Begitu shuttle bus datang langsung main
naik aja dengan koper yang beratnya ampun-ampunan. 19 kg berat koper saya.
Maklum mau ngekos di Jakarta jadi sampai bawa rice cooker segala. Hahaha…. Saya
kesulitan dong naik dengan koper seberat itu, untung ada yang bantuin dan
shuttle bus-nya penuh pulak.
Sampai di tempat, entah di mana,
masih di kawasan bandara tentunya, ketika yang lain turun, saya pun ikut turun.
Dan ternyataaa… Saya salah naik shuttle bus. Kata petugas di sana, harusnya
saya naik shuttle bus yang menuju terminal 3, karena stasiun ada dekat situ.
Saya pun diarahkan petugas buat menunggu shuttle bus menuju terminal 3.
Dari situ saya udah pengin nyerah
dan pengin mesan taksi aplikasi saja. Apalagi dengan koper yang beratnya lebih
berat dari gendong Rey keponakan tersayang saya itu. Hahaha….
“Udah naik taksi aplikasi aja,”
ujar suami di ujung sana. “Mencari pengalaman itu memang berat,” tambahnya
lagi.
Tapi, tak lama kemudian, shuttle
bus bandara buat ke terminal 3 datang. Petugas yang tahu saya mau ke stasiun
langsung bilang ke saya “Naik bus ini,” Saya pun langsung naik dan lagi-lagi
harus dibantu bapak-bapak buat angkat koper. Ampun dah… Semoga Allah membalas
kebaikan orang-orang yang menolong kerempongan saya.
Begitu naik bus, saya langsung
duduk dekat sopir. Pokoknya tidak boleh salah lagi. Percayalah peribahasa malu
bertanya sesat di jalan itu benar adanya. Sopir bus yang saya tanya bilang
kalau bus tersebut tidak berhenti di stasiun. Hah? Saya kaget dong. Padahal kan
tadi dibilang naik bus ini. Kemudian bapak-bapak yang menolong saya angkat
koper tadi memberikan penjelasan kalau ternyata shuttle bus tidak bisa berhenti
di depan stasiun karena tidak ada halte di sana. Jadi, saya harus naik taksi
aplikasi atau taksi argo buat ke stasiun.
“Sebenarnya bus-nya lewat depan
stasiun. Tapi tidak bisa berhenti. Nanti, turun di halte aja. Saya temenin
sampai ibu dapat taksi buat ke stasiun,” ujar si bapak itu. Saya pun berterima
kasih kepada si bapak.
“Memangnya dari terminal berapa?”
Tanya si bapak.
Saya jawab dari terminal 1. Kata
si Bapak, harusnya kalau mau ke stasiun bandara, pakai skytrain dari terminal 1
atau naik taksi. Bukan naik shuttle bus. Lah? Saya nanya-nanya diminta naik
shuttle bus. Buahaha….
“Ya tidak apa-apa ya, Bu. Namanya
juga cari pengalaman,” ujar si bapak.
Saya pun langsung mengangguk
setuju. Kalau mau gampangnya ya saya naik taksi aplikasi aja tapi demi naik
kereta saya tempuh lah perjuangan buat menuju stasiun dengan ditemani koper
yang beratnya ampun-ampunan itu. Dan sebenarnya saya kurang cari info juga
karena dari web https://www.railink.co.id/
udah dijelaskan caranya bagaimana yaitu naik skytrain.
Panduan cara naik kereta bandara. Sumber : Web Railink |
“Nah, ini stasiunnya,” kata si
Bapak begitu bus melewati stasiun bandara. “Tapi tidak bisa turun di sini.
Kalau sopir nurunin penumpang di sini, nanti dia kena masalah. Nanti turunnya
di halte sana,” lanjut beliau lagi.
“Kantor saya sebenarnya di sini,”
ujar si bapak itu lagi begitu bus melewati kantor imigrasi. “Saya juga tidak
bisa turun langsung di depan kantor, harus turun di halte juga.” Saya
mengangguk-angguk mendengar penjelasan bapak yang kira-kira seumuran sama abah
saya itu.
Begitu bus berhenti di halte, saya
pun turun Bersama bapak-bapak itu. Lagi-lagi dibantu angkat koper yang berat
sangat itu. Awalnya mau mesan taksi aplikasi, tapi pas taksi argo lewat.
Jadilah akhirnya pakai taksi argo saja. Saya pun berterima kasih dengan sangat
atas bantuan bapak-bapak itu. Semoga Allah membalas kebaikan beliau.
Dan akhirnya setelah turun dari
taksi argo, sampailah saya di stasiun bandara Soekarno Hatta yang megah itu. Sebenarnya
jarak dari halte ke stasiun tidak jauh-jauh banget sih. Bisa ditempuh dengan
jalan kaki, tapi kondisi badan udah capek plus koper yang berat sangat itu,
memang keputusan yang tepat naik taksi.
Begitu
tiba di Stasiun, saya pun langsung bergegas buat masuk ke dalam. Agak rempong
mau ambil hape dan motret bagian depannya. Jadi, langsung bertanya ke petugas
saja di mana saya bisa naik kereta. Ditunjukkan arah dan saya pun masuk ke
sana. Sewaktu masuk sudah ada petugas yang berdiri dekat mesin pembelian tiket
yang berteriak “Pembelian tiket… Pembelian tiket…”
Pembelian tiket. Ada petugas yang membantu jika kesulitan |
Saya langsung mendekat dan dibantu
petugas buat membeli tiket. Stasiun yang dilewati kereta bandara itu ada dua :
Batu Ceper dan Sudirman Baru. Saya pilih Sudirman Baru. Untuk pembayaran tidak
bisa cash, jadi saya menggunakan kartu debit.
tiket kereta api bandara |
Tiket kereta api bandara yang
saya beli saat itu seharga 35 ribu rupiah. Kabarnya untuk senin-jum’at harga
tiketnya 70 ribu rupiah, kalau sabtu dan minggu harga tiket jadi 35 ribu
rupiah. Pemberangkatan terdekat dari waktu saya beli tiket ada di pukul 17.50.
Penumpang diminta menunggu sampai kereta datang.
Tempat menunggu |
Selain pembelian di stasiun, calon
penumpang juga bisa membeli tiket secara online di link ini. Tapi kalau menurut saya
mayan mudah kok memberi langsung. Keuntungan lainnya saat membeli di stasiun
langsung, kita jadi bisa membeli tiket kereta api yang pemberangkatannya paling
dekat. Kalau beli online sehari sebelumnya, terkadang ada kejadian tak terduga misal
menunggu bagasi yang lebih lama atau pesawat yang kita tumpangi delay.
scan tiket menuju gate |
Tak berapa lama setelah menunggu,
ada panggilan agar seluruh penumpang dengan jam keberangkatan 17.50
bersiap-siap karena kereta sudah datang. Saya pun menuju kereta, melewati gate
dengan scan tiket, dan berjalan menuju gate 2 tempat kereta menunggu dan
langsung deh masuk ke kereta, taruh koper berat di tempat menaruh koper dekat
pintu, dan mencari tempat duduk.
Kursi di kereta api bandara |
Tempat duduknya bebas aja mau
duduk di mana dan kereta lumayan kosong. Keretanya bersih, terang, dan adem
sekali karena memakai pendingin ruangan tentunya. Jarak antar kursi depan dan
belakang juga lumayan luas sehingga bisa leluasa meluruskan kaki.
Kereta pun
melaju tepat di pukul 17.50 WIB. Akhirnya anak Kalimantan ini bisa naik kereta
lagi dan merasakan gesekan roda kereta dengan rel. Buahahaha….
Naik kereta api... tut.. tut... tut... |
Sampai di stasiun Sudirman Baru
juga tepat waktu. Saat naik ke lobi stasiun, harus scan tiket lagi. Jadi,
tiketnya jangan dibuang dulu ya. Saya pun menunggu suami yang masih dalam
perjalanan untuk menjemput saya. Nah, di sinilah masalah berlanjut.
Stasiun Sudirman Baru atau Stasiun BNI City |
Petunjuk untuk masuk ke stasiun
Sudirman Baru ini masih sangat kurang, sehingga suami kebingungan untuk akses
masuknya. Belum lagi saat saya menyebut Sudirman Baru ternyata yang tertulis
besar-besar di pinggir jalan adalah Stasiun BNI City. Konon Namanya emang sama,
mau Sudirman Baru atau BNI City. Tapi itulah bikin bingung. Jadi, buat
teman-teman yang mau menggunakan stasiun ini sebagai petunjuk arah sebut juga stasiun
BNI City.
Sewaktu
saya memasan taksi aplikasi, ternyata sopirnya juga kebingungan buat masuk ke
dalam. Mungkin nanti pihak terkait bisa menambahkan petunjuk-petunjuk untuk
memudahkan para penumpang atau pengantar, apalagi untuk orang luar ibukota
macam saya.
Jadi, jera naik kereta api
bandara? Enggak sih, kalau menurut saya asal tahu triknya pasti asyik naik
kereta bandara. Pakai skytrain untuk
akses antar terminal. Ingat itu. Namun, memang ada kekurangan, misalkan
kalau harga tiket di hari kerja sebesar 70 ribu rupiah. Kalau berdua atau
bertiga kan jadi mahal. Jika dihitung-hitung bisa jadi sama atau lebih mahal
dengan naik taksi aplikasi. Sementara naik kereta bandara bisa jadi kita butuh
transportasi lain untuk menuju dan kembali dari stasiun. Kan tempat tinggal
kita bukan di stasiun. Terlebih jika tidak tahu cara menuju stasiun bandara di
bandaranya seperti saya. Kata bapak-bapak yang membantu saya itu selain pakai
skytrain bisa juga naik taksi dari terminal 1 atau 2 menuju stasiun bandara.
Kaaan…. Butuh dana lagi buat ke stasiunnya jika tidak menggunakan skytrain.
*Mamak-mamak perhitungan*
Apalagi kemarin saya datang saat
malam minggu. Di mana taksi aplikasi yang saya tumpangi melewati bundaran HI.
Bundaran HI di malam minggu itu maceeeeet. Walaupun begitu, naik kereta tetap
menjadi liburan tersendiri buat saya. Dan juga naik kereta bandara itu
memungkinkan kita datang ke bandara tepat waktu karena bebas macet.
Kalau teman-teman, pilih naik
kereta api bandara atau pakai angkutan lainnya?
Wah... Saya juga belum pernah naik kereta api mbak!!!
BalasHapuswaa blm pernah coba nih kereta api bandara..
BalasHapusInteriornya mewahhhh..
BalasHapusHarganya lumayan juga tapi yah 70rbbb... Tapi sepadan karena gak bakalan kena macett
Anak-anak sangat suka naik kereta api, jadi pilih naik kereta api sebagai alat transportasi pilihan.
BalasHapusSeru banget ya..
BalasHapusAku yg anak Jakarta aja blm pernah cobain.. Thank you for sharing!
Curiousaboutbeauty.blogspot.com
yang penting sudah merasakan kereta bandara ya, mbak.Saya juga baru sekali dan belum menggunakan lagi, karena lebih praktis naik bis bandara kalau dari rumah saya di Cimanggis
BalasHapuspingin juga merasakannya
BalasHapuswow drama banget ya mbak, tp seruh.coba kalo jadi naik taksi ceritanya beda lagi ya
BalasHapusKarna stasiun yg tertulis stasiun bni city ya..jadi dilewati aja dan melewati stasiun sudirman, jadi makin jauh..kalo tau itu nama lain sudirman baru dah sampe lebih cepat..
BalasHapus