Si Doel Anak
Sekolahan memang punya arti tersendiri dalam hidup saya. Bisa dibilang itu
adalah sinetron favorit saya. Masih saya ingat saat sinetron itu tayang di
salah satu tipi swasta, saya dan keluarga akan duduk manis di depan tipi dan
menikmati candaan-candaan cerdas ala Babe, Bang Mandra dan Mas Karyo.
Di Kalimantan,
Si Doel tayang selepas isya. Biasanya bada isya di lingkungan rumah saya banyak
orang-orang yang bercengkrama di luar rumah. Tapi saat si Doel tayang jalanan
sepiii, tetangga-tetangga pada duduk manis di depan tipi masing-masing. Saya
yakin saat itu Si Doel menempati rating tertinggi.
"Tidak
seru lagi semenjak tidak ada Bebe." Itu komentar abah saya. Dan beberapa
orang juga berkomentar demikian. Walaupun begitu, saya salut bagaimana tim
produksi Si Doel tidak mengganti tokoh-tokohnya. Yang wafat, akan tetap wafat
di dalam sinetron. Tak terganti. Seperti Babe yang celutukannya tetap terngiang
di hati.
Nonton si Doel di jam pertama dia tayang hari ini |
Beberapa bulan
yang lalu, saya mengetahui kalau si Doel akan dilayarlebarkan. Wah, saya
antusias sekali. Akhirnya saya maraton mengikuti serial-serialnya yang ada di
youtube. Dari si Doel Anak Gedongan pasca menikah dengan Sarah, sampai si Doel
Anak Pinggiran yang berbentuk FTV. Saya pun menuliskan ringkasan ceritanya
dalam bentuk status fesbuk. Mungkin ada teman-teman yang bingung mengapa Doel justru menikah dengan Zaenab bisa dibaca di-capture status saya ini yaaaa :-) Silakan di klik pada masing-masing foto agar bisa terbaca :-)
Ini status sebelum film ya |
Di atas adalah status fesbuk saya pada tanggal 18 Mei 2018, dan hari ini
2 Agustus 2018, Si Doel the Movie pun mulai ditayangkan di layar-layar bioskop
seluruh Indonesia. Bagaimana ceritanya? Apa masih berkaitan dengan cerita
sebelumnya atau tidak ada hubungannya sama sekali seperti kisah Cinta dan
Rangga di salah satu iklan yang tidak berhubungan dengan filmnya? Mari kita
simak.
Cerita dibuka
dengan Doel dan Mandra bersiap-siap untuk pergi ke Belanda. Hans, teman baik
Doel saat masih kuliah yang juga sepupu Sarah meminta Doel dan Mandra datang ke
Belanda untuk membawakan barang-barang yang akan dijual di Tong Tong Fair.
(Silakan di-googling apa itu Tong Tong Fair).
Ketika Doel
pamit pada Nyak, Zaenab mendengar nama Sarah disebut-sebut. Dan ia baru tahu
kalau ternyata Hans adalah sepupu Sarah. Di
sini status Zaenab adalah istri Doel, masih pas dengan kisah terakhir si Doel
dalam bentuk FTV seperti yang saya ceritakan di atas.
Sampai di
Belanda, Doel pun menaruh curiga kepada Hans mengapa untuk urusan mengantar
barang ia harus terbang ke Belanda. Kecurigaan Doel memang benar adanya. Hans
mempertemukan Doel dengan Sarah. Yang membuat Bang Mandra kaget sekali.
"Non
Sarah? Beneran Non Sarah?" Tanya Mandra.
"Iya,
Bang. Saya Sarah. Kenapa? Jangan bilang saya gendut lho. Nanti saya
marah," jawab Sarah.
Mandra pun
nyengir dan bilang "Pangling."
Sarah pun
mengundang Doel dan Mandra ke rumahnya. Mempertemukan Doel dengan anaknya yang
tak pernah Doel temui. Di sini lah kisah
terakhir Doel di FTV tak sejalan dengan film karena di film, Doel diceritakan belum sama sekali ketemu
anaknya. Sedangkan di FTV, Doel sudah pernah ketemu saat anaknya
berulangtahun yang ke-10 dan anaknya meminta tinggal dengan si Doel yang
disetujui neneknya (Nyak) dan juga ibu tirinya (Zaenab).
"Perempuan memang pintar menempatkan laki-laki dalam
dilema."
Kira-kira
itulah yang terjadi dalam film si Doel. Pertemuan dengan Sarah dan anaknya,
juga kehidupan si Doel dengan Zaenab mewarnai film sepanjang 85 menit ini
ditambah cerita-cerita lainnya. Apa yang diputuskan Doel? Sarah atau Zaenab?
Film berlatar
Belanda dan Jakarta ini memang menarik terutama buat mereka yang punya kenangan
tentang si Doel sejak 26 tahun yang lalu. Pada film ini, ada alasan-alasan yang
dikemukakan kenapa Sarah pergi, dan kenapa si Doel tak menyusul dan mencari
Sarah.
Sarah
menceritakan, Doel pun mengutarakan tentang apa yang menghalanginya mencari
Sarah. Menyadari kesalahan masing-masing namun nasi telah menjadi bubur. Mungkin
alasan-alasan itu tak sepenuhnya bisa diterima penonton. Tapi itulah, kadang kala memang dalam rumah tangga, ada
hal-hal yang hanya bisa dimengerti oleh pelaku rumah tangga itu dan membuat tak
habis pikir orang-orang yang berada di luarnya.
Si Doel the
Movie juga memberikan pengetahuan baru kepada penonton seperti tentang Tong
Tong Fair dan Museum Tropen. Pemilihan Tropen Museum juga bukan tanpa alasan,
ada hal yang mendasari mengapa museum itu dipilih menjadi satu latar penting
dalam film. Ada selintasan kenangan yang membuat para penonton teringat kembali
awal apa yang membuat Doel dan Sarah menjadi dekat di masa lalu.
Film ini
menurut saya minim soundtrack (hanya
dua) tapi kehadiran lagu "Selamat Jalan Kekasih" yang dinyanyikan
Wizzy hadir di saat yang tepat dan sukses bikin baper. Saya juga suka bagaimana
credit film ditampilkan dengan
menggunakan bahasa Betawi. Tidak kaku seperti sutradara si ini tapi pakai kata nyang punya cerite, nyang modalin, nyang ngurusin di Belanda, itu sama dengan
sinetronnya dulu. Dulu sinetronnya sampai tulisan di akhir episode saya bacain
satu-satu. Hahaha...
Salah satu hal
yang menjadi titik perhatian saya adalah alasan Sarah tidak kembali ke
Indonesia karena dia tidak pede dengan penampilannya yang sekarang. Hal itu
juga terlihat saat bagaimana Sarah bilang ke Bang Mandra kalau dia akan marah
jika Bang Mandra menyebut dia gendut. Ini
penting, Sodara-sodara! Maka berhentilah mengomentari bentuk tubuh orang
lain saat pertama bertemu atau pun di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Komentar
Anda yang mungkin hanya basa-basi bisa meruntuhkan rasa kepercayaan diri orang
lain bahkan untuk wanita semodern Sarah.
"Loe bilang rela-rela tapi mewek, Nab." Atun kepada
Zaenab.
Di sini juga
terlihat bagaimana kadang wanita ada di posisi Zaenab. Berkata rela dan ikhlas
tentang melepaskan, walau hati sebenarnya tak menerima.
Si Doel the
Movie ini memang ada lucu-lucunya (Mandra punya peranan penting menciptakan
kelucuan demi kelucuan), sedihnya juga ada (Sampai mata saya berkaca-kaca,
walaupun sebenarnya saya emang gampang dibikin mewek. Lah, nonton iklan
tokopedia tentang udang aja saya mewek. Hahaha...), dan terakhir gemesnya juga
ada..... Terutama pada bagian ending. Hahahaa...
Kalau ditanya
saya ada di #teamSarah atau #teamZaenab, maka saya dengan tegas menyatakan ada
di teamZaenab dengan alasan ada dalam capture
percakapan saya dengan teman-teman di bawah ini....
Campur Bahasa Banjar |
Terakhir,
kepada Bang Doel, eh, Bang Rano, terimakasih telah membuat film ini. Dan memang
ya, Bang, dalam hidup kita mesti bersikap tegas mau melepaskan atau
mempertahankan, karena keputusan membuat sesuatu menjadi terang walau harus
berakhir. Tidak terus-terusan terombang-ambing dalam ketidakpastian. Terkadang
sesuatu itu indah jika menjadi kenangan ketimbang dipertahankan.
Jadi, si Doel
sama Sarah atau Zaenab? Saya sudahi sampai di sini sebelum tangan mengetik
spoiler.
Antara penasaran akhirnya milih sapa atau langsung nonton aja di bioskop hwakakak...bisikan lah mbaaa
BalasHapusKalau mau nonton nanti ga seru lagi kalau dikasih bocoran, Mbak π Tapi saya lihat ada yang kasih spoiler tuh reviewnya. Hihihi...
HapusCeritanya doel itu memang selalu seru, dulu saya juga sering nontonnya di tv ...
BalasHapusIya, Mbak. Sampai sekarang pun masih sering diputar di tipi..
HapusJadi pengen nonton Doel di bioskop ....
BalasHapushayukk mbak.
HapusAku semalam nonton ini sama mamaku. Hedeh lagi-lagi begitu endingnya. Heu
BalasHapushahahaa.... Gantung ya kak...
Hapussama berarti mb dulu dikampungku klo si doel tayang jalanan semua sepiii banget karena kita nanti2 ini film kenangan banget waktu aku SD haahaa
BalasHapusdan kupun juga klo abis berakhir filmna suka bacain satu nyang punya ide haha
Duh tadina ku tim sarah abis dr dulu zenab rusuhin mulu wkwwkk penasaran endingnya ini pantesan temenku ada yang belain nonton film ini malam2 abis anaknya pd tidur mereka ke bioskop
Sampai filmnya pun sekarang begitu mbak. Ada tulisan di akhir pakai bahasa betawi...
Hapusdulu aku juga suka nonton si Doel, tapi jujur aja semenjak selesai sinetronnya jadi males nonton layar lebarnya. masi berputar itu2 aja. laki plin-plan, hihi
BalasHapusHahahahaa.... Gemes ya mbak.
HapusSaya mewakili team kreatif #sidoelthemovie mengucapkan banyak terima kasih ya atas reviewnya... Trima kasih juga atas kritik & masukannya, semoga kedepannya, kami bisa berkarya dgn lebih baik lg π
BalasHapusTerima kasih sudah mampir ke blog saya, Mas Ario. Alhamdulillah sudah tayang kisah akhirnya ya dan Doel benar-benar sudah memilih.
HapusKemarin itu aku pengen nonton. Di tv pun sekarang masih sering ada tayangan ulang yang versi jadul itu. Gak ada bosennya dah :D
BalasHapusIya bener. Yang jadul pun masih seru ditonton.
HapusAku nggak team dua-duanya karena berat hidup kek sarah atau zaenabπ€£ beberapa pesan moral sih ya, zaenab ya emang boleh dinikahi kan poligami emang boleh π π *berat ngetik ini euy π€£π€£* tapi serius segitu cinta matinya sampai mau dinikahi? Hidup susah? Harusnya minimal cukup tanpa perlu kerja berat, tujuan menikah gitu kan ya Bahagia? trus sarah lari kenapa nggak disusulin *doel jahat banget sih, minimal kog nggak dicari ig/fb/twitternya wa? Trus dimana tanggung jawabnya doel coba? Kog aku emosi wkwkwk. tapi istri emang nggak boleh lari kan ya? Eh dosa kan istri lari? jadi ego sebagian lelaki memang nggak nyusulin kalau istrinya lari.
BalasHapusWkwkwkwkwk... emang bikin gemes, Kak. Entahlah itu kenapa ga disusulin, ga ada duit mungkin. Hihihi... Nah itu yang saya bahas di review terbaru. Tentang Sarah yang ninggalin si Doel.
Hapus