Beberapa waktu yang lalu saya
mengunjungi Pagat, sebuah Kawasan di Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu
Sungai Tengah yang berada di provinsi Kalimantan Selatan. Pagat merupakan Kawasan
wisata berupa gunung dan sungai dengan bebatuan. Udaranya sejuk. Wisata Pagat
juga tak lepas dari sebuah dongeng tentang seorang anak bernama Raden Pangantin.
Dongeng yang nyaris mirip dengan dongeng Malin Kundang.
Salah satu bagian dari Pagat |
Saat saya ke Pagat, saya sedang
berjanji bertemu dengan seorang teman. Begitu saya bilang kalau saya di Pagat,
dia bilang akan mengantarkan sesuatu yang saya pesan ke rumah kalau saya masih
lama di sana.
rumah makan Ibu Janai di Pagat |
“Tidak lama. Hanya membeli lauk,”
jawab saya.
“Jauh sekali beli lauk sampai ke
Pagat.” Teman saya menanggapi. Saya hanya tertawa.
Hal yang sama juga dikemukakan
oleh keluarga saya, baik kakak atau pun tante saya yang seolah tak percaya saya
ke Pagat sendirian kala melihat instastories saya. Padahal jarak tempat saya membeli lauk di Pagat dan
Barabai tak begitu jauh, hanya kurleb 6 km saja. Buat saya jarak seperti itu sekarang
dekat, walaupun dulu terasa jauh.
Rumah makan ibu Janainah di Pagat |
Ketika menyusuri jalanan menuju
Pagat, ingatan saya akan kembali ke masa kecil. Saat saya masih kecil, abah
sering bersepeda di hari minggu dan saya dibonceng abah. Saat itu kakak saya sama
sekali tak berminat untuk ikut jadi itu adalah momen berdua saya dan abah. Kalau
kata orang zaman sekarang, quality time
antara ayah dan anak. Walaupun saat itu mana kenal saya sama istilah quality time. Hahahaa……
Salah
satu tujuan bersepeda abah kala itu adalah Pagat. Walaupun sesekali abah hanya
berkeliling kota Barabai. Dari rumah ke Sungai Tabuk, kemudian ke Bukat, dan
kembali ke rumah. Saya nyaris selalu ikut, menikmati terpaan angin dan merasa
keenakan dibonceng abah naik sepeda. Kadang kalau abah mengayuh sepeda dengan
cepat, saya merasa terbang. Wkwkwkwk….
Yang menyenangkan tentu saja saat
ke Pagat. Apalagi abah mengajak saya turun ke sungai. Di sana saya akan bermain
air di sungai. Menghirup udara pegunungan yang sejuk, dan memercikkan air
sungai yang dingin juga jernih ke muka. Rasanya menyenangkan sekali.
Setelah puas bermain air dan akan
pulang, saya sering membeli manisan tebu yang banyak dijual di sana. Kemudian
menikmatinya saat perjalanan pulang. Abah mengayuh sepeda, saya di belakang
menikmati pemandangan sambil makan manisan tebu.
Demi kenyamanan saya saat itu,
abah sampai menambahkan bantal kecil di boncengan sepeda agar duduk saya merasa
nyaman. Mama juga menyiapkan baju ganti jika baju saya basah saat bermain air
di sungai juga air minum. Pulang dari bersepeda Bersama Abah biasanya sekitar
pukul setengah 9 pagi dan abah akan bersiap membuka toko untuk berjualan. Sementara
saya akan melanjutkan rutinitas di hari minggu yaitu menonton kartun. Hahaha…
Bagi
saya bersepeda dibonceng abah ke Pagat merupakan wisata yang saya nikmati
saat itu. Abah jarang sekali mengajak saya piknik atau rekreasi ke
luar kota, tapi abah selalu bisa membuat saya merasakan wisata dengan caranya.
Momen bersepeda bersama abah di
hari minggu itu kemudian berhenti saat saya mulai beranjak besar. Kata abah,
saya tak lagi mau ikut abah. Jadi, abah juga bersepeda tak lagi ke Pagat tapi
hanya seputaran kota saja. Tapi sampai sekarang, saya masih ingat momen itu dan
menyenangkan untuk dikenang.
Cantik view Pagat ya ti...ada gunung dan sungai
BalasHapusIya, Mbak. Itu belum masuk ke tempat wisatanya. Baru yang di tepi jalan :D
HapusWaaahhh tempat wisatanya seperti apa ya? Baru tepi jalan saja udah menggoda untuk dikunjungi gitu.
BalasHapusBagus bgt y mb pagat
BalasHapusSekilas mirip batu