Pulang ke
kotamu…
Ada
setangkup haru dalam rindu…
Sebenarnya
telah lama saya atau pun suami memimpikan hal ini. Bisa pindah ke Balikpapan,
kerja dan tinggal di sana. Tapi apa daya, jalan rezeki dari Allah masih
menempatkan kami di Handil Muara Jawa yang letaknya sekitar dua jam perjalanan
dari Balikpapan.
“Ah,
cuma dua jam perjalanan,” kata rekan kerja suami suatu ketika.
Padahal ya tetap saja dua jam
perjalanan itu butuh waktu, tenaga, dan juga dana. Kalau pulang dan pergi kan
jadi empat jam. Apalagi waktu kerja suami dari senin sampai sabtu. Dari pukul 7
pagi sampai pukul 6 sore. Jadi deh, waktu ke Balikpapan semakin sedikit kami
miliki.
Dulunya,
di awal-awal menikah, kami akan ke Balikpapan sabtu sore sepulang suami kerja.
Kemudian balik lagi senin subuh. Namun, belakangan karena suami terlihat lelah
setelah menempuh perjalanan di hari senin itu, maka jadwal kepulangan akan
dimajukan ke minggu sore. Biar ada waktu istirahat malam harinya.
Kemudian lama kelamaan, ke
Balikpapannya lebih sering pulang hari. Pergi subuh, pulang malam. Itu pun
waktunya semakin merenggang, dulu dua pekan sekali, kemudian satu bulan sekali.
Alasannya, malas karena jalan dari Handil ke Balikpapan tak terlalu mulus.
Bagi sebagian orang mungkin jarak
antara Handil dan Balikpapan tidak ada apa-apanya, tapi buat saya ya tetap
berarti juga. Dengan tinggal di Balikpapan berarti tak perlu lagi saya
berangkat pukul empat subuh untuk mengejar pesawat pukul tujuh pagi. Atau
menempuh perjalanan malam-malam sepulang dari mudik karena sering menggunakan
pesawat malam. Dan yang lebih pentingnya, ada mertua saya yang tinggal di
Balikpapan. Jadi, bisa semakin dekat dengan beliau.
Tapi, sekian lama berlalu belum
ada juga lowongan atau tawaran pekerjaan yang cocok, baik tempat atau waktunya.
Pernah ada tawaran, eh, di Jakarta lagi dan lagi. Padahal kami penginnya di
Balikpapan.
Fajar di Handil Muara Jawa |
Pernah juga sih saya merasa hopeless, karena target saya setelah
menikah cuma dua tahun di Handil Muara Jawa itu ternyata teruuussss aja tinggal
di sana. Kadang, kala berkendaraan sendiri, saya suka menatap langit malam dan
bertanya-tanya, kapan kiranya saya akan meninggalkan kota kecamatan itu. Bisa
dibilang jenuh, sampai terakhir karena satu dan lain hal yang belum bisa saya ceritakan, kadar jenuh saya sudah semakin parah. Kemudian
tawaran itu datang…..
Sekitaran bulan Desember, ada
tawaran untuk menempati sebuah posisi di sebuah perusahaan di Balikpapan. Saya
pun antusias mendengarnya, mendorong suami untuk menerima tawaran tersebut.
“Kapan bisa pindah? Awal tahun bisa?” kata yang menawarkan itu.
Dari pribadi suami sebenarnya
siap saja untuk pindah kantor di awal tahun. Tapi saat itu, beliau masih ada di
tengah project dan tidak etis untuk
keluar di tengah project. Hal itulah
yang kerap kali membuat keinginan untuk resign
terhambat. Suami saya itu begitu berdedikasi terhadap perusahaan. Pantang buat
dia keluar di tengah project. Jadilah
beberapa kali tawaran, kemudian menjadi terabaikan karena tidak bisa
meninggalkan project yang ia tangani
sementara perusahaan yang menawarkan butuh cepat.
Kemudian awal tahun berlalu. Saya
pikir mungkin ya sudah seperti yang sudah-sudah. Gagal lagi.. Gagal lagi.
Hehehe… Eh, ternyata di awal Februari, justru ada panggilan interview. Dari interview itu, semuanya
terus bergulir hingga kemudian keputusan resign
dari perusahaan yang ada diambil dan bergabung dengan perusahaan baru.
Bukan sebuah keputusan yang mudah
walaupun sebenarnya kami memang menginginkan tinggal di Balikpapan dan
perusahaan baru itu pernah menjadi impian suami untuk bekerja di sana. Saya pun
sebenarnya pernah menginginkan suami bekerja di sana juga. Tapi, tetap saja ada
hal yang harus kami korbankan jika menerima tawaran tersebut.
Saya dan suami berdiskusi banyak tentang hal itu. Kelebihan dan kekurangannya, tantangan dan peluang yang akan
dihadapi nantinya. Suami juga berdiskusi dengan beberapa orang rekan kerjanya, minta pertimbangan. Beberapa hal kemudian membuat keputusan kami lebih berat ke mengambil
kesempatan di perusahaan baru itu.
Keputusan resign juga bukan suatu hal yang mudah diambil suami karena beliau
telah berkarier di perusahaan tersebut selama 13 tahun. Dari nol pengalaman,
sampai bisa seperti sekarang. I love this company, ujar suami ke atasannya saat
mengajukan resign. But…. Ada hal-hal yang membuat suami harus mengambil keputusan itu.
Salah satu alasan terbesar adalah
bapak mertua. Saat saya melihat betapa antusias dan bahagianya bapak mertua
dengan kabar tersebut, membuat saya meyakinkan suami lagi kalau “Bapak
kelihatan happy banget loh.” Supaya
suami lebih mantap memutuskan resign.
Hahaha… Tapi, saya tetap menyerahkan keputusan akhir ke suami karena beliau
yang akan menjalaninya.
Semesta pun terasa mendukung.
Seperti dari yang awal ditanya apa siap pindah awal tahun, ternyata prosesnya
justru mulai masuk kerjanya di awal April. Persis saat project di perusahaan lama selesai jadi suami tidak ada tanggungan
saat keluar dan tidak perlu ada perpindahtanganan pekerjaan untuk project yang ditangani suami saat itu.
“Pulang ke Balikpapan buatmu kan
seperti pulang kampung, Ben,” ujar rekan suami kala itu.
Yup. Itulah
yang menjadi penguat keputusan ini. Resign
dan pindah kantor juga pulang kampung ke kota kelahiran suami. Setelah sekian
tahun suami merantau dari tamat SMA sampai sekarang. Hanya pernah menetap satu
tahun di Balikpapan pasca kuliah. Selama ini Balikpapan hanya menjadi tempat
persinggahan sementara kami dan kali ini ingin benar-benar pulang.
Dan saya tak bisa memungkiri
kalau ada setangkup haru yang saya rasakan kala pulang ke kotamu. Ke kota suami.... Doakan kami betah ya dan proses adaptasinya lancar :-)
Padahal perusahaan lama nawar lebih tinggi..😁
BalasHapusErrrr... Seperti yang kita bicarakan, ini bukan tentang masalah uang saja. Hahahaha....
HapusWah akhirnya bisa pulang ke kota suami lagi ya dan ini seterusnya :)
BalasHapusSemoga bisa cepat beradaptasi dengan kota suamimu ya Mbak hehe
BalasHapusWah udah lama banget ya suami Mbak ada di Jakarta
BalasHapusYeyy akhirnya bisa ke Balikpapan juga. Seneng banget kelihatannya
BalasHapusWaw sudah berkarir selama 13 tahun di sana trus resign. Semoga cepat beradaptasi di kota suami ya
BalasHapus