Naik kereta api tut… tut… tut…
Siapa hendak turut….
Sebuah lagu anak-anak yang
me-Nusantara sekali. Di mana-mana lagu itu sering dinyanyikan walaupun pada
kenyataannya banyak anak-anak yang tak pernah merasakan naik kereta. Seperti
saya, dulu, saat masih kecil. Kereta merupakan sesuatu hal yang istimewa karena
tidak ada di Kalimantan, pulau tempat saya lahir dan tinggal.
Kesempatan itu datang saat saya
sudah menginjak bangku SMP. Beberapa anggota keluarga besar berencana ke Pulau
Jawa. Tujuan utama adalah Jakarta tapi lewat Surabaya. Ada dua orang sepupu
mama saya yang akan menikah dalam waktu berdekatan di Jakarta. Selisihnya hanya
beberapa hari. Jadi seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, sekali
ke Jakarta, ada dua undangan yang dihadiri plus liburan dan jalan-jalan.
Naik
kereta atau bus? Alternatif itu muncul, ditanyakan pada saya dan dua orang
sepupu yang sebaya. Tentu saja kami langsung menyebut kereta api. Naik bus
sudah sering kami lakukan di Pulau Kalimantan. Sementara naik kereta belum
pernah sama sekali. Setelah mendengar keputusan kami, paman saya yang tinggal
di Surabaya pun membeli tiket kereta. Waktu itu semua masih serba manual. Tidak
seperti sekarang di mana tiket kereta bisa dibeli secara online. Kalau dulu
sudah ada tiket kereta online, mungkin saya akan berkata pada paman saya, “Yuk naik kereta dengan pesan online
tiketnya disini.” Sembari menunjuk aplikasi di ponsel saya.
Naik Kereta Api |
Setelah tiket kereta dikantongi,
di waktu yang ditentukan saya dan keluarga pun diantar ke stasiun. Saat itu
sore hari dan diberitahu kalau akan sampai di Jakarta pada keesokan harinya.
Pagi hari. Beragam hal pun kami alami seputar perdana naik kereta itu. Dari
mengambil apa saja yang ditawarkan dari selimut, bantal, handuk hangat, dan
lain-lain, yang ternyata tidak semuanya gratis. Sepupu saya mencatat kota-kota
yang disinggahi kereta agar bisa bercerita ke teman-temannya kalau ia pernah
mampir ke kota tersebut. Atau pun kami salah turun stasiun, dijanjikan dijemput
di Gambir, eh malah turun di Jatinegara. Untunglah sempat naik kereta lagi
sebelum pintu kereta dijemput setelah dua orang dari rombongan menyadari hal
tersebut. Maklumlah dulu belum ada ponsel, asal kelihatan Monas aja udah berasa
sampai. Hahahaa….
Kenangan waktu kecil sungguh
sangat berarti buat saya, terkadang ada keinginan menyeruak ingin menapaktilasi
hal tersebut. Mengulang apa yang pernah dilakukan. Ke Jakarta lewat Surabaya,
kemudian naik kereta ke Jakarta. Apalagi di zaman sekarang, semua serba bisa
dilakukan dan dipantau secara online. Kita bisa menentukan langsung lewat
stasiun mana naik dan turun, dan juga melihat berapa harga tiket kereta online
di tanggal yang ditentukan.
Baca juga : PerjuanganNaik Kereta Api Bandara
Beberapa hal yang akan saya
lakukan saat akan naik kereta adalah
1. Menentukan
jam keberangkatan tidak mepet dengan waktu kedatangan.
Ini
berdasarkan pengalaman yang saya dapatkan di awal tahun lalu. Jadi, saat sayamengikuti suami dinas ke Jakarta, pesawat kami tertunda berjam-jam.
Ada rombongan mamak-mamak yang satu pesawat dengan kami, mereka kelihatan
gelisah. Salah seorang ibu itu bercerita, kalau mereka sudah memesan tiket
kereta dengan jarak 5 jam dari waktu perkiraan kedatangan pesawat. Eh, ternyata
pesawat delay 6 jam. Tentu saja kereta itu tidak terkejar lagi. Jadi, amannya
mungkin kalau hari ini datang, besoknya baru berangkat buat naik kereta. Dan
semuanya ini bisa diatur dengan memesan tiket kereta secara online.
2. Menentukan
di stasiun mana pergi dan stasiun mana turun.
Ini
sih terkait kenangan masa lalu seperti yang saya ceritakan di atas di mana saya
dan keluarga hampir salah turun di stasiun. Apalagi zaman dulu itu belum ada
ponsel, jadilah janjiannya ya dari telpon-telponan rumah waktu masih di
Surabaya kalau mau dijemput di Gambir. Kalau sekarang sudah gampang sih ya
janjian dengan penjemput. Tapi ya ga masalah juga kalau kudu diperhatikan.
Lewat pemesanan tiket online kereta, kita juga bisa menentukan di stasiun mana
kita naik, dan stasiun mana kita turun.
3. Mencatat
dan memastikan jalur kereta, nomor gerbong, dan nomor kursi
Saya
pernah membaca status seseorang terkait hal ini. Dia dan keluarga sudah duduk
santai di satu gerbong kereta sesuai dengan nomor kursi yang ditulis. Menjelang
keberangkatan, datanglah orang lain yang meng-klaim kalau seharusnya dia duduk
di situ. Waktu dilihat lagi ternyata salah naik kereta. Jalur kereta yang
dimasuki berbeda. Maka bergegaslah untuk turun dan naik kereta yang benar.
Untung sempat. Jadi, emang kudu teliti agar tidak salah saat naik kereta. Oya,
lewat pemesanan tiket online kereta kita bisa memilih gerbong dan kursi, lho.
Menanti Kereta di Stasiun |
Itulah
tiga hal dari mungkin banyak hal yang kudu kita perhatikan saat naik kereta.
Walaupun belum berpengalaman atau naik kereta yang kita rencanakan adalah
pengalaman perdana kita tapi tetap pengalaman adalah guru yang paling berharga.
Jika taka da pengalaman sendiri, kita bisa belajar dari pengalaman orang lain.
Ah,
rasanya sudah tak sabar untuk bisa menikmati kereta. Mendendangkan dengan pelan
lagu masa kecil itu. Semoga rencana ini bisa terwujud dalam waktu dekat.
Menapaktilasi perjalanan masa lalu dari Surabaya ke Jakarta naik kereta api.
Belum terasai lagi nah naik KA..mungkin nanti, kalo dah ada di Kalimantan..😆
BalasHapusKalawasan laki ae mahadang di Kalimantan. Ka Jawa ja kita nah 😂😂😂
HapusSaya lebaran kemarin mudik pakai kereta api, mbak. Ternyata kereta zaman now itu keren banget. Bersih, rapi, dingin, dan teratur.
BalasHapusSaya yang kalau pulang kampung naik kereta juga selalu senang kok, naik kereta. Apalagi kalau naik kereta siang dan bisa lihat pemandangan. Menurut saya itu keren banget.
BalasHapus