“Ada ODP (Orang dalam Pemantauan) yang shalat berjamaah di
masjid,” ujar kakak saya suatu hari saat kami sedang video call.
Mendengarnya detak jantung saya berasa berpacu lebih cepat. Saya gemetar
mendengar hal tersebut. Menarik napas panjang dan meyakinkan diri kalau ODP
belum tentu positif. Saya pun terus menghimbau untuk sementara jangan shalat
berjamaah di masjid dulu. Tapi, himbauan saya tidak digubris. Hiks.
Sumber : Pixabay |
“Tiga orang hasil rapid test reaktif.”
Berita itu sampai beberapa hari kemudian. Dari kampung halaman saya.
Saya tambah gemetar lagi. Kabar ada rapid test yang reaktif di
kampung halaman tempat orangtua saya tinggal jauh membuat saya cemas dan takut
dibanding sudah ada 20an kasus terkonfirmasi positif di Balikpapan, tempat saya
sekarang berada. Itu karena di sana, di kampung halaman saya, keluarga punya
toko yang masih buka setiap hari. Berhubungan dengan banyak orang setiap hari.
Berbeda dengan saya dan suami di Balikpapan yang bisa menjalankan dirumah saja
dengan sebaik-baiknya. Suami diberikan kesempatan oleh perusahaan untuk bekerja
dari rumah.
Baca juga : SukaDuka Tinggal di Rumah Toko
Rapid test reaktif itu belum tentu positif kalau di-uji swab. Tapi
juga belum tentu negatif, sanggah saya. Itulah yang kemudian menjadi perbincangan
hangat di kampung halaman saya. Pembicaraan tentang rapid test menjadi trending
(Nanti kita ulas di bawah tentang rapid test lebih lengkap). Yang saya sesalkan
adalah mengapa ODP yang seharusnya isolasi mandiri di rumah karena baru datang
dari daerah terdampak malah berkeliaran dan jalan-jalan ke sana ke mari. Hiks.
Beberapa hari kemudian, saya menerima kabar kalau tiga orang di
kampung halaman saya itu dikonfirmasi positif Covid-19. Saya berkali-kali harus
menghela napas panjang agar kecemasan mereda. Saya telpon orang rumah dan
mewanti-wanti beberapa hal. Tentang cuci tangan yang harus dipersering, masker
yang harus selalu digunakan, juga pasang dinding plastik anti droplet di toko
agar ada batas antara penjual dan pembeli.
Saya juga minta kakak agar menyediakan sabun cuci tangan buat di
luar toko, kalau tempat cuci tangannya Alhamdulillah sudah tersedia, tinggal
sabunnya aja lagi. Abah dan kakak yang masih shalat berjamaah di masjid pun
mengganggu pikiran saya. Tapi kemudian abah bilang.
“Abah sudah tidak shalat berjamaah di masjid lagi. Kan darurat boleh
di rumah,” ujar Abah. Saya menarik napas lega dan mengabarkan ke grup WA tempat
saya curhat kegelisahan tentang Covid-19 ini.
“Alhamdulillah. Abahku tidak shalat berjamaah di masjid lagi,” ketik
saya di chat grup.
Seketika saya merasa aneh dengan kabar yang saya sampaikan ke
teman-teman. Kalau di situasi normal, tentulah kabar itu bukan sebuah kabar
yang nampak janggal disampaikan dengan pembuka Alhamdulillah. Tapi, ini zaman
pandemik, di mana banyak hal yang tak biasa kemudian menjadi sesuatu yang harus
kita biasakan. Seperti beribadah di rumah saja dan juga tak melaksanakan shalat
jum’at.
Sedih? Banget. Tapi semua itu perlu dilakukan agar rantai
penyebaran bisa diputus.
Rapid Test
Sebenarnya apa sih rapid test itu?
Kalau kata teman saya, Mbak Aty Elias, rapid test itu
semacam kita pakai testpack buat cari tahu hamil atau tidak. Sementara
kalau melihat informasi di Halodoc, rapid test dilakukan dengan
menggunakan sampel darah untuk diuji. Jadi, darah yang diambil itu akan
digunakan untuk mendeteksi imunoglobulin, yakni antibodi yang terbentuk saat
tubuh mengalami infeksi.
Kenapa diperlukan rapid test?
Agar bisa diidentifikasi lebih cepat, jadi penanganannya juga
lebih cepat. Lagi pula ini virus ini penyebarannya cepat sekali, jadi rapid test
diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan juga agar yang positif bisa diisolasi
dan ditangani lebih cepat agar laju perkembangan virus bisa ditanggulangi. Kalau
ada gejala yang timbul dari hasil rapid test reaktif juga bisa dilakukan
penanganan lebih cepat.
Siapa yang harus melakukan rapid test?
Karena virus Covid-19 sebenarnya tidak bisa jalan sendiri, dan
dibawa oleh orang lain, maka dulu yang harus melakukan rapid test adalah
mereka yang memiliki gejala seperti demam, batuk, flu, dan sesak napas serta
baru datang dari daerah yang terjangkit. Atau mereka yang memiliki gejala dan
punya kontak erat dengan pasien yang terkonfirmasi positif.
Namun sekarang di beberapa daerah, termasuk di Balikpapan sudah
terjadi transmisi lokal. Artinya, mereka yang terjangkit tidak hanya dari
mereka yang datang dari luar daerah atau kontak dengan yang positif tapi sudah
terjadi penularan lokal. Jadilah, sekarang, mereka yang punya gejala mirip
dengan Covid-19 perlu dilakukan rapid test agar bisa ditangani lebih
dini.
Halodoc yang merupakan aplikasi Kesehatan berbasis online untuk
memberikan solusi kesehatan lengkap dan terpercaya. Di dalam aplikasi halodoc
ada fasilitas tanya dokter, beli obat, dan cari dokter. Di zaman pandemik ini
di mana pergi ke pelayanan Kesehatan berisiko sekali kita memang perlu sama
aplikasi ini. Jadi, bisa tanya-tanya dokter dulu sebelum pergi ke layanan
Kesehatan.
Apa hubungannya halodoc dengan rapid test?
Tentu saja ada. Di Halodoc bisa melakukan rapid test drivethru
dengan cara yang sangat mudah. Tinggal buka aplikasi, memilih tempat dan waktu
untuk melakukan rapid test, mengunggah kartu identitas. Jika sudah maka akan
langsung ke proses pembayaran yang biayanya bergantung kepada biaya jasa tenaga
media dan penyediaan alat oleh pihak Rumah Sakit. Setelah semua selesai, akan
ada SMS konfirmasi tentang jadwal tes dan detail pesanan.
Sumber : Halodoc |
Pada waktu dan tempat yang telah disepakati, tinggal datang ke
sana. Jangan lupa tepat waktu dan pakai masker juga bawa kartu identitas diri.
Jika sudah selesai, tidak perlu menunggu hasilnya karena hasilnya akan bisa
kita akses lewat aplikasi. Mudah banget kan? Dan yang pasti apapun hasilnya
hadapi dengan lapang dada. Jika negative Alhamdulillah, jika positif, bisa konsultasi
dengan dokter terkait apa yang harus dilakukan. Tetap tenang dan optimis kalau
bisa sembuh.
Suasana seperti sekarang memang tidak mudah buat kita semua.
Semuanya terdampak, baik ringan atau pun berat. Kita tentu saja berharap semua
ini segera berlalu dan kondisi bisa segera normal lagi. Hal itu perlu
kedisiplinan dari kita semua, semua punya peran sangat penting untuk memutus
mata rantai penyebaran. Pemerintah dan rakyat harus bersatu padu bekerja sama
agar wabah ini bisa segera berlalu.
Jaga jarak, sedapat mungkin di rumah saja, jaga kebersihan,
sering-sering cuci tangan, jangan menyentuh muka dengan tangan, pakai masker,
hindari berkerumun adalah hal-hal yang harus kita lakukan sekarang.
Wabah ini bener2 mengubah kebiasaan kita ya..moga cepat berlalu dan bisa bebas ibadah, jogging dan jalan2..😊
BalasHapussemoga kita selalu diberi kesehatan dan semoga wabah ini lekas berlalu. aamiin
BalasHapusdiah
diahestika.com
wabah kayak gini bikin deg2an bgt ya kak. Ini malah satu RT dengan rumah saya 4 orang meninggal karena , apa gak deg2an bgt. hiks
BalasHapussemoga wabah cepat berlalu aja