Aku bingung harus memberi judul apa untuk postingan kali ini. Kemudian teringat ceritaku tentang MiBand yang kutulis di sini. Jadilah memberi judul yang mirip. Mungkin nanti aku bakalan bikin berseri, cerita tentang barang-barang yang kubeli atau pun pengin kubeli dan ragu butuh atau ingin. Wkwkwkwk….
Cast Iron Perdanaku |
Kali ini mau cerita tentang Lodge Cast Iron. Lodge itu
mereknya, cast iron itu bahannya. Ini barang yang sudah kubeli beberapa bulan
yang lalu tepatnya di akhir Juni. Sengaja emang belinya pas bulan itu biar
kayak jadi kado ulang tahun. Ya namanya juga keuangan rumah tangga aku yang
ngatur, ngarep dikasih kado kan agak gimana gitu. Jadi solusinya beli sesuatu,
minta izin suami, dan anggap sebagai kado. Hahaha….
Ada beberapa hal yang membuat aku membeli Cast Iron tersebut. Pertama, wajan kesayangan yang aku pakai bertahun-tahun gagangnya patah. Mana dia wajan satu gagang pulak, jadi ketika gagangnya patah satu maka jadilah ia wajan tak bergagang. Aku kebingung harus memegang di mana. Otomatis harus di-lembiru (Lempar, ganti baru). Kemudian mikirin beberapa wajan dan panci yang kugunakan sudah bertahun-tahun. Eh, saatnya ganti tidak nih? Pikiran itu kemudian memenuhi otakku.
Seperti semesta mendukung, di saat bersamaan pulak muncul tulisan-tulisan tentang perwajanan dan perpancian. Ini menjadi alasan kedua. Tulisan tersebut membahas tentang kekurangan dan kelebihan bahan yang digunakan sebagai alat masak. Aku menyerap informasi tersebut baik-baik kemudian merasa khawatir dengan beberapa alat masak berbahan Teflon, ups, Teflon itu katanya merek dagang. Intinya itulah wajan berbahan anti lengket yang kugunakan. Beberapa sudah terkelupas gitu kulitnya. Membaca bahayanya, aku pun berpikir harus mengganti alat masak.
Sebenarnya pada masa itu bersileweran alat masak set-set-an dengan beragam harga. Tertarik? Tentu sajaaah. Tapi aku kan jenis orang yang kalau mau beli sesuatu apalagi mahal mikiiiiir banget. Mikir aja suka nyesal, apalagi tidak mikir. Hiks.
Jadilah aku mulai membaca satu per satu informasi tentang perwajanan dan perpancian. Setelahnya memutuskan kalau sepertinya aku akan memilih wajan atau panci kalau tidak berbahan stainless steel atau cast iron. Mengapa dua itu?
Stainless steel
kelebihannya :
-
Salah
satu material paling stabil dan tidak reaktif pada bahan makanan
-
Relatif
aman
-
Material
yang awet sekali (Jika mutunya bagus)
-
Tidak
ribet perawatannya
-
Bisa
pakai material apa saja Ketika ngaduk-ngaduk untuk masak.
Kekurangannya :
-
Yang
baik mutunya, harganya kurang baik. (mahal maksudnya)
-
Agak
ribet bersihinnya kalau gosong
-
Yang
mutunya tinggi, relative berat bobotnya.
Cast Iron :
-
Sangat
awet
-
Agak
lama panasnya, tapi sekali panas, dia awet panasnya.
-
Material
terbaik jika suka masak steak.
-
Bisa
dipakai segala suasana, dari kompor biasa sampai api unggun.
-
Bisa
pakai material apa aja untuk ngaduk tanpa takut gores
-
Permukaan
bisa jadi nonstick(anti lengket) dengan proses seasoning
-
Terlihat
gagah dan kokoh.
Kekurangan Cast Iron :
-
Relatif
berat
-
Bisa
berkarat jika tidak dirawat berkala
-
Bereaksi
pada bahan makanan yang bersifar asam, menimbulkan rasa kelat.
Itulah kelebihan dan kekurangan dua bahan yang aku inginkan mengisi di dapurku. Aku dapatkan dari IGS-nya Koh Budiman Halim dengan nama IG thegourmetboy. Meluncur saja ke IG beliau, ada di highlight beliau tentang perpancian dan perwajanan itu.
Sebenarnya yang paling banyak ditemui, paling enak digunakan, dan paling cantik ya bahan non stick atau anti lengket. Tapi ketika membaca kalau bahan tersebut PASTI MENGELUPAS dan ketika sudah mengelupas harus disingkarkan, aku menahan-nahan diri untuk membeli bahan tersebut karena sadar diri kalau tipikal manusia yang sayang membuang sesuatu apalagi masih terlihat bagus hanya mengelupas sedikit.
Aku juga sadar diri kalau aku tipikal orang yang sembarangan di dapur. Suka pakai alat apa aja buat ngaduk, bisa pakai sendok, capitan besi buat bolak balik, atau sreeeet pakai saringan Ketika mau ngangkat gorengan. Berdasarkan hal tersebut, aku butuh alat masak yang bebaas memggunakan bahan apa saja buat mengaduk. Stainless stell dan cast iron jawabnya.
Singkat
cerita (Padahal udah cerita panjang bener di atas), setelah galau sana sini,
mikirin ini itu, tanya-tanya ke Nina yang sudah punya duluan, minta restu sama
suami, aku memutuskan untuk beli Lodge Cast Iron tipe Skillet dengan ukuran
22,86. Harga : 616 ribu rupiah.
Mahal?
Banget.
Itu
wajan termahal yang aku beli. Tapi dengan iming-iming awet, maka aku pikir gapapa
deh investasi di sana. Mahal sekali tapi insyaAllah bisa dipakai seumur hidup.
Membeli barang awet juga termasuk investasi kan, keluar duit sekali bisa
dipakai lamaaaaa gitu. Semoga aja ya awet. Hihihi…
Bagaimana
setelah memakainya?
Apa yang
dikemukakan Koh Budiman Halim tentang kekurangan dan kelebihannya benar-benar
kurasakan. Cast Iron itu berat. Aku harus punya energi ekstra Ketika mengangkatnya.
Apalagi kalau berisi, minyak panas pulak. Sudah berat, panas, jadi kudu
hati-hati. Padahal yang kubeli ukuran kedua paling kecil yang dijual di Koh Budiman
Halim. Oh ya, aku membelinya juga lewat beliau. Yang akun IG-nya kusebutkan di
atas.
Perawatannya
sulit, rempong alias repot. Bayangkan saja setiap habis mencuci harus dikeringkan dengan
memanaskannya di atas kompor kemudian diolesi minyak. Kata Nina, jangan mencuci
pakai sabun. Kata Ibra di tiktok, mencucinya pakai irisan kentang jangan pakai
sabun. Dasar aku yang serampangan ini, mencuci tetap pakai sabun.
Pernah sekali malam-malam malas sekali aku mengeringkan di atas kompor. Jadi, aku biarkan saja dia kering dengan sendirinya. Esok harinya kaget sendiri semacam ada karat gitu. Buru-buru aku gosok dan melakukan pemeliharaan seperti seharusnya. Jadi, ya perawatannya emang sulit.
Penampakannya sekarang pun tak semulus saat aku menerimanya pertama kali. Padahal baru beberapa bulan. Hiks. Tapi kalau diolesi minyak, dia terlihat glowing lagi. Glowing apa berminyak? Ups. Oh ya, aku mengolesnya pakai kuas, jadi tuang sedikit minyak di atasnya kemudian diratakan ke seluruh permukaan dengan kuas. Udah macam ngolesin skinker ke muka aja aku merawatnya. Kata di instagramnya tiga cara perawatannya yaitu wash, dry, season. Ngolesin minyak itu namanya di-seasoning. CMIIW.
Tapi tiap
kali memakainya, rasanya aku selalu mau bilang sesuatu pada Lodge Cast Iron
perdanaku ini.
Bilang
apa?
Saranghae. Karena aku loveeee sekali sama dia.
Pada panasnya yang merata sehingga kalau menggoreng sesuatu itu matangnya rata. Apalagi cast iron-ku itu kan wajan datar, tambah mantap deh rata matangnya. Pada body-nya yang
sekarang jadi anti lengket, jadi tiap menggoreng apa yang suka lengket di wajan
stainless atau aluminium, memakai cast iron itu tidak lengket. Tambah cinta
lagi dengan aku bebas menggunakan alat masak apa aja di atasnya. Pakai garpu
oke, saringan oke, capitan aluminium oke. Semuanya bebas bas bas… Saat mencuci
pun bebas menggunakan pakai spon atau sabut apa saja.
Panasnya
awet. Aku paling suka memasak spaghetti di atasnya. Makan spaghetti
pelan-pelan, menikmatinya sambil drakoran, dan spaghetti tetap hangat di
wajannya. Iya, makannya di atas wajan. Tak terbayang kalau mama melihatnya,
bisa ngomel-ngomel beliau. Hahaha….
Spaghetti di Cast Iron kesayanganku |
Jadi,
walau berat. Walau perawatannya sulit, aku tetap loveee sekali sama cast
iron ini. Kalau ditanya apa mau beli lagi? Yes. Tentu dong. Kalau ada
rezeki, ada budget, ada tempat buat naruh, ada yang jual, sesuai budget
harganya, aku mau beli dua lagi. Yang agak dalam buat deep frying dan yang
bergaris-garis buat memanggang.
Apakah
memakai cast iron membuat masakan jadi tambah lezat?
Tentu saja
lezatnya suatu masakan bukan itu yang menentukan. Tapi micin. Hahaha….
Jadi,
butuh atau ingin?
Hemm…. Sulit
juga jawabnya. Aku bisa kok sebenarnya masak pakai wajan yang ada atau wajan
lain. Jadi kalau tanpa wajan ini aku terhalang atau terhambat masak, ya enggak
gitu juga sih. Ini lebih ke suatu alat yang bisa diambil banyak fungsinya dan
bikin mood bagus gitu pas masak. Wkwkwk… Supaya bagus buat suasana hati
dan mensyukuri apa yang dimiliki, anggap saja butuh. Jawaban ini tentu saja
berbeda buat masing-masing orang.
Kan malam-malam nebar racun perwajannan. Btw beli dimana dan berapa? Bisikin di wag pizza juga boleh deh xixixi pas teflonku juga kelupas sana-sini sudah
BalasHapusWkwkwkwk.... Besok ya kak. InsyaAllah. Kasian nanti ka Fit kaget tang ting tung notif kirain apaan tengah malam ternyata kita bahas wajan. Hahaha....
HapusGimana mau ilang? Ditepuk2 doank..😂
BalasHapusWkwkwkwk .. anak tiktok detected :p
HapusAku juga sdh bbrp x gonta ganti wajan anti lengket dg alasan kesehatan, pdhal hrgny lumayan mahal namun hingga saat ini blm ketemu yg cocok
BalasHapusSaya akhirnya beli yang murah aja mbak. Supaya kalau lecet, ga sayang dibuang. Kalau mahal milih stainless atau cast iron aja :')
Hapus