Nasi Arab di Math'am Aba Nawas Amuntai |
Amuntai,
ibukota kabupaten Hulu Sungai Utara, sebenarnya kota tetangga dengan kampung
halaman saya Barabai. Tapi dibandingkan Kandangan, yang juga bertetangga dengan
Barabai, saya sangat jarang menjejak kota Amuntai. Mungkin karena Amuntai tidak
dilewati kalau mau ke Banjarmasin, mungkin juga kalau di sana tidak ada
keluarga dekat saya. Sedangkan di Kandangan, ada paman dan sepupu saya yang
tinggal di sana.
Waktu
kuliah, saya punya teman satu kost yang berasal dari Amuntai. Trio anak
kedokteran Yeni, Dewi, dan Nofa yang sekarang sudah jadi dokter-dokter kece.
Tapi, punya teman di Amuntai juga tidak membuat saya lebih sering ke Amuntai
sana.
Waktu
mudik kemarin, saya mengajak kakak saya ke Kandangan. Untuk berburu lemang.
Tapi, kakak saya menolak dan lebih memilih ke Amuntai. Ya sudah sih, daripada
tidak ke mana-mana, ke manapun jadi. Alasan kakak saya pengin ke Amuntai karena
ia ingin mencicipi nasi arab di salah satu tempat makan di Amuntai. Katanya
sering melihat orang di medsos makan di sana. Kakak saya memang penggemar berat
nasi dari Timur Tengah yang kaya rempah itu.
Baca
juga : Malam
Minggu di Kota Kandangan
Saya pun
bertanya pada Yeni di mana sih tempat makan nasi arab yang dimaksud kakak saya.
Yeni memberitahu namanya, tinggal googling maka ketemu deh tempat makan
yang dimaksud. Math’am Abu Nawas namanya. Terletak di Jalan Tembus
Paliwara RT. 09 Amuntai.
Perjalanan kami dimulai dari pukul lima lewat. Selain berangkat pas toko sudah tutup, sengaja juga berangkat menjelang maghrib agar bisa menikmati sunset di Sungai Buluh. Sungai Buluh adalah desa yang di kiri kanannya ada rawa yang terhampar luas. Sehingga matahari dan langit terlihat jelas. Sayangnya saat itu cuaca mendung dan berawan, jadi gagal deh menikmati sunset di Sungai Buluh.
Untuk
shalat maghrib, kami singgah dulu di Mesjid Raya Amuntai. Kemudian menunggu
shalat isya dan menunaikan shalat isya di Langgar berbangunan indah yaitu
Langgar Hajar al-aswad. Kalau kewajiban sudah tertunaikan, jadi tenang kan
rasanya. Setelahnya baru menuju Math’am Abu Nawas yang terletak tak jauh dari
langar tersebut.
Menu yang ada di Math'am Aba Nawas |
Di Math’am Abu Nawas, ada dua pilihan tempat duduk. Lesahan atau duduk di kursi. Kami memilih lesehan dengan ada bantal-bantal duduk yang seperti lebih terasa saja nuansa timur Tengahnya. Ada juga air kobokan yang tersaji dalam teko yang terbuat dari kuningan. Pelayan di sana langsung memberikan buku menu kepada kami. Saat itu hanya ada pilihan dua nasi yaitu nasi briyani dan nasi mandhi. Tapi untunglah lauk kesukaan kami yaitu kambing, hari itu tersedia di sana.
Per
porsi nasi di sana dengan lauk kambing 75 ribu rupiah, lauk daging sapi 60
ribu rupiah, dan untuk daging ayam 45 ribu rupiah. Untuk semua nasi sama
sih. Ada pilihan nasi mandhi, nasi briyani, nasi bukhori, nasi kabsyah, nasi
kebuli dan nasi samin. Saya bingung juga sih apa perbedaan nasi-nasi tersebut.
Hehehe…
Selain
itu juga ada pilihan nampan untuk 5 orang dan 10 orang. Untuk 5 orang dengan
lauk kambing 370 ribu rupiah, lauk sapi 295 ribu rupiah, dan ayam 220 ribu
rupiah. Sedangkan untuk 10 orang dengan lauk kambing 730 ribu rupiah, lauk sapi
575 ribu rupiah, dan ayam 440 ribu rupiah.
Kami
memesan nasi mix nampan untuk 5 orang dengan lauk kambing. Nah iya,
enaknya di sana kalau kita bingung mau milih nasi apa, bisa memesan yang mix
alias campuran. Jadinya aneka nasi itu bisa dinikmati.
Setelah
nampan nasi tersaji, saya cukup kaget juga karena lauknya bergelimpangan banyak
banget. Mana kambing kan lauknya. Bingung juga makannya karena bawa dua anak
kecil. Akhirnya pinjam piring dan sendok lagi. Aneh ya pesan pakai nampan
harusnya dinikmatin bareng-bareng gitu. Tapi walaupun kami pinjam piring dan
sendok tetap dilayani dengan sangat baik. Juara deh service-nya.
Kentang Goreng |
Untuk
minumannya ada minuman ala arabia juga seperti haleeb ma’hal atau susu
kapulaga, haleeb saffron atau susu saffron, atau asheer tamer
alias jus kurma. Tapi hari itu kami lebih memilih minuman ala Indonesia saja.
Es teh dan es jeruk. Selain itu juga aneka camilan. Saya tertarik dengan
sambosa, sayangnya lagi kosong jadi hanya memesan luqaimat alias roti
goreng cokelat dan kentang goreng.
luqaimat alias roti goreng cokelat |
Tak
berapa lama, nasi pun datang. Disajikan di atas nampan dengan lauk kambing ada
lima porsi gitu. Dan lauk per porsi besar-besar. Di atas lauk ada bawang
Bombay. Sajian semakin lengkap karena dilengkapi dengan sambal dan acar.
Baca
juga : Nasi
Goreng Kambing Kebon Sirih Jakarta
Bagaimana
dengan rasanya?
Enak dong.
Nasinya sih saya, suami, kakak, dan kakak ipar sepakat lebih suka nasi briyani.
Mungkin karena aroma rempahnya berasa gitu. Tapiiii…. Yang juara adalah lauk
kambingnya. Sepertinya memakai kambing muda, dan dibakar gitu. Jadi, daging
kambingnya empuk, bumbunya berasa sampai ke dalam, dan ada caramelized
gitu di bagian luarnya. Begitu dimakan bersama dengan nasinya, beuuuh,
petchaaah deh. Enak banget.
Kata
kakak saya enggak nyesal jauh-jauh ke Amuntai buat makan di sana dan dia
berniat buat kapan-kapan ke sana lagi untuk berwisata kuliner ke sana. Sementara
saya tertantang untuk bisa memasak makanan arab. Hahaha….
Ke sana kah lagi? Kalo mudik lebaran, buka gak ya?hehe
BalasHapusBisa ditanya ke instagramnya dulu sebelum ke sana :-)
HapusWahh enak banget bisa menikmati nasi Arab,aku suka sekali, tetapi pengen icip kok jauh ya
BalasHapus