Penerbangan transit
tak pernah masuk dalam kamus saya ketika memilih penerbangan dari Banjarmasin
ke Balikpapan atau sebaliknya. Yah, namanya juga masih satu pulau di pulau
Kalimantan. Kalau bisa langsung kenapa harus transit? Tapi, ternyata saya
merasakan juga pengalaman tersebut. Terbang dari Banjarmasin menuju Balikpapan
tapi mampir di Jakarta dulu. Buat yang tujuannya ke Pontianak, pengalaman ini
mungkin biasa. Tapi, buat saya ini sesuatu yang baru.
Beberapa waktu yang
lalu, saya memang mudik ke kampung halaman saya Barabai. Pasca banjir besar
yang melanda Barabai tanggal 14 Januari 2021, rasanya ada yang mengganjal kalau
saya belum pulang menjenguk kedua orangtua saya. Setelah dua pekan di
Kalimantan Selatan, saya pun memutuskan untuk kembali ke Balikpapan.
Di zaman pandemi ini,
naik pesawat urusannya tidak semudah biasanya. Ada rapid test yang harus
dilakukan sebelum terbang. Biasanya saya akan rapid test dulu, baru deh beli
tiket pesawat. Tapi, beberapa hari sebelum mudik saya rutin cek harga tiket dan
kaget aja harga tiketnya hanya 600an ribu. Padahal biasanya 800-900 ribuan.
Setelah berdiskusi dengan suami, akhirnya saya memutuskan untuk membeli tiket
Garuda Indonesia dengan jurusan Banjarmasin – Balikpapan dengan membayar 660
ribu. Walaupun saat itu belum rapid test.
Baca juga : Terbang Saat Pandemi
Belinya penerbangan langsung BDJ - BPN |
Banjir besar yang
melanda Kalimantan Selatan pertengahan Januari kemarin memang mengubah banyak
hal. Salah satu jembatan yang merupakan akses utama dari kabupaten tempat orang
tua saya tinggal menuju bandara terputus. Jembatan sedang dibangun karena
itulah buat melewati jembatan darurat hanya satu arah. Kalau lalu lintas sedang
padat, bisa terjadi macet panjang. Hal itulah membuat saya memutuskan H-1
sebelum Kembali ke Balikpapan untuk ke Banjarbaru terlebih dahulu. Agar ke
bandaranya bisa lebih mudah dan tepat waktu tanpa rasa was-was.
e ticket baru |
Ketika di perjalanan
menuju Banjarbaru, saya kaget sendiri pas ada notifikasi yang menyebutkan kalau
saya ada penerbangan pagi pukul 9.20 ke Jakarta dan pukul 13.15 ke Balikpapan.
Padahal penerbangan saya terjadwal pukul 15.20 dari Banjarmasin menuju
Balikpapan. Saya pun lantas mencoba check in online tapi gagal.
Kebingungan saya itu akhirnya terjawab saat sudah sampai di Banjarbaru, pihak
Garuda Indonesia menelpon dan memberitahukan kalau rute penerbangan memang
diubah. Yang tadinya penerbangan langsung BDJ – BPN Pukul 15.20 – 16.20 menjadi
penerbangan transit BDJ – CGK Pukul 09.20 – 10.10 dan lanjut CGK – BPN Pukul
13.15 – 16.45.
Waktu ditelpon begitu,
saya nge-blank sih menanggapinya gimana. Kaget gitu. Saya akhirnya cuma
bertanya kalau penerbangan langsung bisa hari apa? Pihak Garuda Indonesia
bilang tidak bisa memastikan karena sekarang penerbangan langsung cuma ada dua
kali seminggu. Akhirnya ya mau gimana lagi, saya setuju saja dengan perubahan
jadwal tersebut. Begitu saya setujui dan telpon ditutup, e-ticket baru
dikirimkan ke email saya.
Perubahan jadwal ini
sebenarnya tidak terlalu masalah buat saya. Toh, saya di Banjarbaru juga
enggak ngapa-ngapain selain menunggu penerbangan buat keesokan harinya.
Tapiiii…. Saya bukan orang yang super tenang saat naik pesawat. Gelisah saat lepas
landas dan mendarat. Pikiran-pikiran buruk saat menaiki pesawat itu selalu ada
dan terbayang-bayang. Apalagi kalau ingat kejadian SJ 182 beberapa pekan yang
lalu. Tapi ya mau bagaimana lagi. Bismillah saja. Kata kakak saya, nikmati saja
perjalanannya.
Boarding Pass double |
Esok harinya pagi-pagi
setelah sarapan, saya diantar kakak menuju bandara Syamsuddin Noor. Langsung check
in (walau sudah check in online tapi tetap harus lapor buat dapat boarding
pass dan taruh bagasi) dan pemeriksaan surat rapid test dan sebagainya.
Bersamaan saya check in juga ada penumpang yang menuju Balikpapan lewat
Jakarta. Saya pun diberi boarding pass double, untuk ke Jakarta dan ke
Balikpapan. Bagasi yang saya bawa ditandai transit sama pihak bandara.
Ketika menunggu
boarding, ada pengumuman naik pesawat untuk maskapai Lion Air. Saya jadi merasa
geli sendiri menyaksikan penumpang Lion Air satu-satu menuju pesawat. Mereka ke
Balikpapan bisa cepat sampai, sementara saya dan penumpang yang lain harus ke
Pulau Jawa dulu.
Lalu, apakah saya menyesal memilih Garuda Indonesia karena kudu menempuh perjalanan panjang?
Dari 3 kursi, duduk sendiri |
Tidak juga sih. Memilih maskapai Garuda Indonesia memang
sesuai anjuran suami. Supaya lebih aman katanya di masa pandemi ini karena
Garuda Indonesia menerapkan seat distancing. Di bulan September 2020
kemarin saya sempat naik maskapai lain dan ngeri sendiri karena tanpa ada jarak
antara penumpang. Belum lagi banyak yang batuk dan membuka masker saat pesawat
di udara.
Makanan di Garuda Indonesia |
Singkat cerita akhirnya pesawat terbang menuju Jakarta. Di masa pandemi ini ternyata tidak ada lagi proses pembagian makanan dengan minuman yang ditanya satu-satu kita mau minum apa? Yang ada langsung dibagikan jus dan kotak makan yang di dalamnya ada air mineral. Di kotak makan pun cuma ada roti, kue, dan wafer. Kemudian ada pengumuman yang menyebutkan lebih baik makanan disimpan dan tidak dimakan di pesawat sehingga kita tidak perlu membuka masker.
Di Bandara Jakarta |
Belum pukul 10 waktu
Jakarta, pesawat sudah mendarat di bandar udara Soekarno Hatta. Saya pun keluar
pesawat dan menuju terminal kedatangan. Dari terminal kedatangan, saya jalan mengikuti
arus penumpang lain menuju terminal keberangkatan. Kemudian ada desk
tempat para penumpang transit melapor. Di sana, boarding pass saya
diperiksa, kemudian diberi tahu kalau ada di gate berapa penerbangan
selanjutnya untuk kemudian naik ke lantai atas.
Lapor pindah pesawat |
Security Check |
Setelah naik escalator, saya harus melewati security check lagi. Di sana, saya diminta membuka masker untuk mencocokkan
wajah dengan tanda pengenal. Setelahnya baru masuk ke terminal keberangkatan.
Saya pun langsung berjalan menuju Gate 18. Mumpung di bandara Cengkareng jadi
kesempatan buat membeli apa yang yidak ada di Balikpapan. Saya membeli 2
makanan favorit saya dan suami kalau ke Jakarta : Bakmi GM dan Beard Papa. Keduanya
ada di Gate 18. Ada hikmahnya juga deh transit di Jakarta, jadi bisa merasakan
Kembali Bakmi GM. Hal yang dikangenin dan ga dilewatkan kalau ke Jakarta.
Bakmi GM kapan buka di Balikpapan? |
Setelah membeli
makanan, saya duduk-duduk menunggu waktu shalat tiba. Setelah shalat dzuhur dan
ashar, saya tinggal menunggu waktunya naik pesawat. Transitnya sebenarnya tiga
jam, tapi ga berasa aja ya mungkin karena di terminal 3 Bandara Soekarno Hatta
itu banyak yang bisa dijelajahi.
Pukul 12.45 akhirnya
ada panggilan naik pesawat. Saya pun beranjak dari ruang tunggu menuju pesawat.
Gugup juga sih di bagian ini karena teringat lagi pada SJ 182. Tapi ya mau
gimana, Bismillah saja. Di penerbangan kali ini sedikit berbeda karena
penumpang pesawat dikasih makanan nasi lengkap dengan alat makannya. Jadi,
tidak ada pengumuman disuruh makan di rumah saja. Ya sudah buka masker dan
makan juga. Hehehe….
Makanan di pesawat Nasi kuning + ikan suwir + perkedel jagung + sayur |
Sama seperti
penerbangan dari Banjarmasin menuju Jakarta, penerbangan dari Jakarta menuju
Balikpapan pun kali itu lebih cepat mendarat dari yang dijadwalkan. Dijadwalkan
mendarat pukul 16.45, pukul 16.10 sudah mendarat di Balikpapan. Alhamdulillah
perjalanan tidak mengalami kendala. Semua lancar dan aman. Saya pun Kembali ke
Balikpapan dengan selamat. Sebuah pengalaman baru buat saya untuk menuju
Balikpapan dari Banjarmasin tapi ke Pulau Jawa dulu lewat Jakarta.
Baca juga : Perjalanan ke Jakarta saat Banjir
Sampai di Balikpapan. Alhamdulillah |
Juaranya teh di bakmi GM-nya tak tersedia..😅
BalasHapusIya. Padahal itu yg dicari ya sampai siap-siap Tumbler. Yang ada teh pucuk. Hahaha...
Hapus