“SPBU
Handil enggak jual premium lagi,” ujar suami pada suatu ketika, bertahun-tahun
yang lalu. Kemudian sejak itu, dengan ‘keterpaksaan’ kami pun mengganti
penggunaan bahan bakar dari Premium ke Pertalite.
“SPBU yang biasa sudah tidak menjual pertalite lagi. Ke SPBU lain atau kita ganti ke Pertamax saja?” Beberapa bulan yang lalu, suami juga mengabarkan hal tersebut pada saya. SPBU yang biasa kami datangi untuk mengisi bahan bakar tidak menjual pertalite lagi.
“Ganti
pertamax saja yuk,” jawab saya. “Bagus juga kan buat mesin kendaraan?” Suami
membenarkan. Sejak saat itu, kendaraan yang kami pakai pun menggunakan pertamax
setelah sebelumnya menggunakan pertalite.
“Jadi
berasa lebih enak dibawanya,” ujar suami setelah beberapa hari menggunakan
bahan bakar pertamax. Saya pun menyetujuinya.
Hari ini saat mengikuti diskusi publik penggunaan Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru dari Berita KBR bekerjasama dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), perbincangan dengan suami beberapa waktu itu terkenang lagi. Teringat lagi dengan keputusan kami mengganti premium ke pertalite kemudian dari pertalite ke pertamax ternyata merupakan keputusan yang sangat tepat. Tepat buat awetnya mesin kendaraan, juga tepat untuk menjaga kebersihan udara serta mendukung program langit biru. Hal ini juga ternyata pas untuk menjaga kesehatan kita. Udara bersih, membuat kita juga lebih sehat dengan menghirup udara yang lebih bersih.
Diskusi Publik Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru dari Berita KBR bekerjasama dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) |
Apa sih Program Langit Biru?
Program
Langit Biru ini sebenarnya sudah digulirkan pemerintah sejak tahun 1996, artinya
sudah seperempat abad yang lalu. Entitas utama dari program langit biru itu adalah
dengan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Pak Tulus Abadi dari YLKI |
Menurut
Pak Tulus Abadi, selaku Ketua Pengurus Harian YLKI,
walau Program Langit Biru ini sudah berusia 25 tahun, tapi pada kenyataannya di
Indonesia penggunaan premium atau bahan bakar yang tidak memenuni standar untuk program tersebut masih
sangat banyak.
Selain
Program Langit Biru, Pak Jokowi juga ikut menandatangani Paris Agreement
pada tahun 2015. Paris Agreement adalah kesepakatan yang terjadi
di Paris pada KTT Perubahan Iklim PBB atau COP yang merupakan kesepakatan
internasional mengikat sebagai komitmen bersama dunia untuk melakukan
pengurangan emisi gas rumah kaca.
Untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca itu, maka kita harus memulai dengan menggunakan
bahan bakar yang ramah lingkungan. Pada pandemi kali ini, saat kita mengurangi
kegiatan di luar rumah, banyak dari kita yang melihat langit lebih biru dari
biasanya. Bahkan gunung-gunung yang dulu tak kelihatan, menjadi lebih jelas
kelihatan sekarang. Tapi tidak perlu menunggu pandemi kan untuk mewujudkan
langit biru? Kita bisa mengubahnya dengan bijak menggunakan bahan bakar ramah
lingkungan.
BBM Ramah Lingkungan
Di
pasaran, ada tiga jenis bahan bakar yang dikeluarkan Pertamina yang familiar buat
kita, yaitu premium, pertalite, dan pertamax. Dilansir dari situs Pertamina,
perbedaan dari premium, pertalite dan pertamax adalah :
Premium
merupakan bahan bakar dengan oktan 88. Premium dapat digunakan dengan pada
kendaraan bermotor dengan risiko kompresi rendah (di bawah 9:1)
Pertalite
adalah bahan bakar gasoline dengan angka oktan 90. Pertalite berwarna hijau
terang dan jernih digunakan oleh kendaraan dengan kompresi 9:1 hingga 10:1. Angka
oktan pertalite lebih tinggi dari Premium. Pertalite mampu menempuh jarak yang
lebih jauh dengan tetap memastikan kualitas. Harganya pun tak begitu jauh dari
Premium.
Pertamax
adalah bahan bakar bensin dengan angka oktan minimal 92 berstandar
international. Pertamax ini sangat direkomendasikan untuk digunakan pada
kendaraan yang memiliki kompresi rasio 10:1 hingga 11:1 atau kendaraan berbahan
bakar bensin yang menggunakan teknologi setara dengan Electronic Fuel
Injection (EFI).
Pertamax
juga dilengkapi dengan ecosave technology yang mampu membersihkan bagian
dalam mesin (detergency), serta dilengkapi dengan pelindung anti karat
pada dinding tangki kendaaan, saluran bahan bakar, dan ruang bakar mesin (currotion
inhibitor), serta mampu menjaga kemurnian bahan bakar dari campuran air
sehingga pembakaran menjadi lebih sempurna.
Dari
penjelasan di atas, bisa kita lihat kalau untuk kebaikan mesin kendaraan kita,
pertamax jauh lebih unggul. Kalau mau yang lebih bagus lagi ada pertamax turbo
yang merupakan bahan bakar untuk kendaraan bermesin bensin yang dikembangkan
bersama antara Pertamina dan Lamborgini yang dirancang untuk memenuhi
persyaratan mesin berteknologi tinggi.
Polusi Udara
= Ancaman Besar Bagi Kesehatan
Bapak Febby Tumiwa |
Menurut
Bapak Fabby Tumiwa - Executive Director, Institute
for Essential Service Reform (IESR), salah satu ancaman terbesar
bagi masyarakat sekarang adalah polusi udara yang 70-80% disumbangkan oleh
emisi pembakaran kendaraan bermotor. Adanya polusi udara menyebabkan biaya kesehatan
yang ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah sangat besar. Penyakit-penyakit
yang berkaitan dengan polusi udara mengalami peningkatan. Ada studi yang
menyebutkan puluhan triliyun biaya yang dikeluarkan karena polusi udara.
Perilaku masyarakat yang memang sudah terbiasa dengan sedikit-sedikit memakai kendaraan bermotor sebenarnya bisa dikendalikan dengan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan misalkan mengeluarkan bahan bakar yang berkualitas. Ibarat kata nih, kalau masih pakai kendaraan bermotor juga pakai lah bakan bakar mesin yang tidak terlalu mencemari lingkungan. Kalau bisa sih, ya menerapkan Go Green sebaik mungkin. Mulai membiasakan jalan kaki, bersepeda atau pun naik kendaraan umum.
Ratna Kartikasari selaku Kepala Sub
Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan menyebutkan selain regulasi yang harus dikeluarkan dari
pemerintah, cara mengurangi emisi kendaraan bermotor juga dilakukan oleh pemerintah
kota atau daerah misalkan dengan perbaikan jalur jalan kaki, sepeda atau
transportasi massal yang aman dan nyaman. Sehingga masyarakat punya pilihan untuk
pengurangan penggunaan bahan bakar.
Sementara itu, Denny Djukardi W- VP Sales Support PT. Pertamina juga menyebutkan kalau Pertamina juga sedang melaksanakan program langit biru sejajar dengan program yang dijalankan pemerintah. Program ini mencakup harga khusus buat Pertalite untuk beberapa daerah dengan banyak pertimbangan untuk menerima harga BBM yang lebih baik. Sehingga konsumen bisa mendapatkan BBM dengan kualitas yang lebih baik dengan harga tidak begitu jauh dengan premium. Harapannya, masyarakat menjadi terbiasa sehingga nantinya akan menggunakan secara permanen BBM tersebut.
Penggunaan BBM Ramah lingkungan memang harus segera kita wujudkan mengingat banyaknya ancaman dari penggunaan BBM yang tidak ramah lingkungan. Aksi nyatanya tentu saja dengan mengganti penggunaan bahan bakar mesin yang kita pakai dengan BBM yang ramah lingkungan demi terwujud langit biru. Biaya yang kita keluarkan memang akan lebih besar, tapi itu adalah investasi buat kita. Investasi untuk kendaraan lebih awet, investasi untuk bumi yang lebih baik, serta investasi untuk langit biru atau udara yang lebih baik demi kesehatan kita.
Mulai dari diri kita, mulai dari sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^