Sajie Balikpapan |
Saya
suka masakan Arab, terutama nasi-nasiannya. Mungkin karena saya pecinta nasi
pera dan nasi Arab dengan beras basmatinya adalah kategori nasi pera. Saya
pernah berseloroh kepada suami dan bilang kalau ia kerja di Timur Tengah
sepertinya saya lebih mudah beradaptasi dengan masakannya ketimbang ia kerja di
Asia Timur seperti Jepang atau Korea. Padahal siapa juga mau tinggal di luar
negeri? Hehehe…
Dulu saat umrah, saya ikut mengantre di salah satu kedai makanan yang menyajikan nasi Arab. Lupa di Mekkah atau Madinah. Yang pasti di sana semua pria, dari pegawai sampai yang belanja. Saya sendirian perempuan. Melihat saya perempuan sendiri, salah seorang pengunjung berteriak. “Ladies first.” sambil menunjuk saya. Saya dipanggil karyawannya dan dilayani lebih dulu. Kemudian sekotak nasi Arab berpindah ke tangan saya setelah saya menyerahkan beberapa riyal ke mereka.
Sajie Resto di Jalan MT Haryono Balikpapan |
Ini bukan
di Arab tapi di Balikpapan. Sajie namanya. Salah satu kedai masakan Arab
di Balikpapan. Baru beberapa bulan ini buka. Dulu saya pernah menulis tentang Really
Cake, kue artis punyanya Prilly. Nah, di sanalah tempat nasi Arab itu
berada. Di Jalan MT Haryono, seberang Waroeng Steak yang jadi sponsor pemain
bulutangkis kesayangan kita itu : Daddies atau Mohammad Ahsan dan Hendra
Setiawan.
Restoran
Sajie dimiliki oleh Muhammad Sajie, seorang imigran Suriah yang bertahan hidup
dengan berjualan Shawarma. Jadi, memang resepnya otentik dari Timur Tengah
namun disesuaikan dengan lidah Indonesia. Sebenarnya makan di Sajie sudah saya
dan suami rencanakan sejak lama. Tapi tak jadi-jadi. Suatu malam teman
kantornya suami nge-WA mengirimkan foto sepiring nasi Mandie dan bilang recommended
wajib coba. Tak perlu menunggu lama, esok harinya saya dan suami langsung
beranjak ke sana.
Sabtu
itu, saya dan suami sarapan jam 10 pagi, melewatkan makan siang jadi pas sore
hari sudah dilanda kelaparan. Pas lah buat makan di Sajie. Di halaman Sajie,
lahan parkir lumayan luas. Ada parkir khusus motor juga. Tentunya seperti
layaknya rumah makan di zaman pandemi, ada tempat cuci tangan sebelum pintu
masuk.
Duduk di sini minimal 4 orang |
Pelayannya
sigap membukakan pintu saat saya masuk. Bertanya berapa orang dan mempersilakan
memilih tempat duduk. Sayangnya tidak bisa mengambil tempat lesehan ala ala
Arabia karena untuk duduk di tempat lesehan perlu minimal 4 orang. Saya hanya
datang berdua bersama suami.
Ruangannya
ber-AC. Pelayan menyerahkan buku menu. Yang saya suka buku menu itu selain ada
nama menu dan harga juga ada keterangan tentang menu tersebut. Tentu saja itu
diperlukan karena beberapa menu masih terasa awam karena menu dari Arabia sana.
Menunya ada keterangannya |
Akhirnya
saya dan suami memesan nasi mandi ayam, nasi briyani kambing, baklava, sambosa,
es kopi dan es jeruk. Buanyak ya. Tenang saya sudah bawa wadah untuk menampung
kalau tak habis. Karena niat ke sana emang mau coba aneka menu.
Saya lupa berapa lama pesanan datang. Mungkin sekitar 10 menitan atau lebih. Tapi menurut saya masih dalam batas wajar menunggu. Tak selama menunggu antrean roti panggang Citra. Wkwkwk....
Nasi Mandi Ayam |
Nasi mandi ayam dan nasi briyani kambing kemudian tersaji. Nasi Mandi, rempahnya lebih ringan ketimbang nasi briyani. Kalau teman-teman tidak terlalu suka rempah, nasi mandi adalah pilihan. Sementara untuk lauk ayam, saya rasa biasa saja tidak ada yang khas. Kalau lauk kambing nya. MasyaAllah, berempah dan empuk sekali. Daging dipotong tanpa ada perlawanan sedikitpun dan tetap bisa merasakan tekstur daging kambing tersebut. Sungguh menggoyangkan lidah saya.
Nasi briyani kambing |
Ketika nasi pertama kali disajikan kening saya berkerut dan pikiran saya bilang
kalau enggak bakalan habis nih. Eh, ternyata habis juga. Porsinya tak sebanyak
yang saya kira. Cukuplah untuk mengisi perut yang sedang lapar-laparnya.
Sambosa |
Sambosa
disajikan masih panas. Isinya full daging dengan bumbu rempah yang pas. Kriuk
kulitnya dapat dan begitu digigit disambut oleh potongan-potongan daging.
Sementara baklava, pastry manis berlapis-lapis disajikan dingin. Cocok buat dessert.
Rasanya pun enak. Sambosa dan baklava perpaduan camilan yang pas. Satu gurih,
satunya manis.
Baklava |
Minumnya
pun enak dan pas. Oh saya lupa mencicipi es jeruk suami. Es kopi yang saya
pesan juga manis dan rasa kopinya pas. Kalau pecinta kopi manis ala kopi
instant ya bakal suka. Hehehe...
Saya dan
suami pun selesai menyantap hidangan kami sore itu. Menurut saya, di Sajie
adalah sajian nasi Arab terenak yang pernah saya coba di Balikpapan. Semua
hidangan tak ada yang gagal di lidah saya. Ada sisa sepotong baklava dan
sambosa yang kemudian saya pindahkan ke snack box yang saya bawa. Selanjutnya
saya beranjak ke kasir. Kalau kata Nex Carlos saatnya bayar bayar. Hehe...
Totalnya
saya membayar 234 ribu rupiah. Dengan rincian :
Struk Sajie. Harga Sajie Balikpapan |
Malamnya
saya video call dengan kakak saya. Saya bilang, saya tadi habis makan nasi
briyani kambing. Seporsi 79 ribu. Kata kakak saya mahal sekali. Ia ternyata
lupa kalau dulu pernah juga menyantap nasi
Arab dengan menu kambing di Amuntai yang seporsi 75 ribu. Beda tipis saja
kan dengan Amuntai nasi Arab di kota yang dibilang kota mahal seperti
Balikpapan.
Suami
juga bertanya kepada saya, kapan rencana mau makan di sana. Saya bilang, tidak
dalam waktu dekat. Yah bayarnya bisa 4 kali saya beli makan di angkringan Semar
favorit saya. Wkwkwk... Tapi teringat menunya yang tak de gagal di lidah saya,
rasanya ingin mencoba menu-menu lainnya di sana. Apalagi menikmati Shawarma
yang dulu dijual Sajie sebelum restorannya dibuka. Semoga ada rezeki. Aamiin ya
Allah.
Habis pandemi ke sini lagi kah? Atau gak perlu nunggu selesai?
BalasHapusHabis PPKM darurat ya yang. InsyaAllah.
HapusHarga mahal tak apa tentunya jika sebanding dengan cita rasanya
BalasHapusBetul sekali, Bang. Karena enak-enak jadi rela merogoh kantong lebih dalam :-)
HapusWah makanan arab, belum pernah mencobanya. Pengin mencoba, tergugah dengan makanan di foto apalagi spot tempatnya bagus dan nyaman banget.
BalasHapusIya mbak. Merasakan gitu suasana ala² Arabia. Walau ga tahu juga apa di Arab sana kalau makan kaya gitu. Hehehe .. tapi saya emang suka makanan yg kaya rempah :-)
HapusBolak-balik lewat sini penasaran pengen masuk sih cuma takut nggak sesuai dengan lidah, ternyata Aman ya... thanks artikelnya sista..
BalasHapusAman sih kak. Rada ke-Indonesia-an aja masakannya. Saya dan suami sih suka :-)
Hapus