Jauh-jauh hari saya sudah sangat kepikiran dengan hal ini. Bagaimana nanti, bagaimana nanti. Sempat tanya ke beberapa teman juga tentang selamatan atau tasyakuran rumah baru. Googling juga tentang hal ini. Sebenarnya di keluarga besar saya, selamatan rumah ini bukan hal yang baru. Saya sering mendatangi, atau malah saat orangtua saya sendiri pindah rumah, saya juga terlibat di dalamnya. Tapi untuk melaksanakannya sendiri dan di Balikpapan, ini hal yang sangat baru buat saya.
Keluarga saya memang agak
rempong soal ini. Eh, enggak. Maksudnya punya standar tertentu tentang
selamatan rumah. Mama dari awal menekankan rumah baru diselamatin, dishalat
hajatin. Karena masuk ke lingkungan baru jadi saya tidak punya bayangan
bagaimananya. Beda hal dengan di kampung halaman saya, yang sudah khatam urusan
beginian karena baik di keluarga inti atau pun keluarga besar sudah sangat
sering mengadakannya.
Ketika saya beralasan terkendala budget, eh, malah dapat suntikan dana dari kakak buat selamatan. Wkwkwk ... Semacam maju kena mundur kena. Tapi maksudnya baik sih.
Oya, tata cara selamatan rumah
ala keluarga saya biasanya adalah shalat hajat, baca puji-pujian buat
Rasulullah seperti pembacaan maulid Al Habsyi, doa selamat, undang santri
hafidz baca Al-Baqarah. Ada Hadist Riwayat Muslim yang menyebutkan : “Janganlah
kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, sungguh syetan akan lari
ketakutan dari rumah yang dibacakan surah Al Baqarah di dalamnya.”
Lalu bagaimana dengan rumah baru
kami?
Akhirnya saya curhatkan lah kegalauan saya di grup. Kak Aisyah Dian pun mencoba memberikan solusi kalau mau undang ustadz ada kok link-nya jadi aman aja. Itu sudah saya tanyakan berbulan-bulan sebelumnya. Maklum ya saya kan orangnya overthinking.
Kemudian pas menjelang pindahan, ada bapak tukang yang ngerjain finishing di rumah. Kebetulan tukangnya juga tinggal di wilayah sini. Jadi saya tanya ke beliau gimana biasanya orang selamatan di lingkungan ini.
Pak tukangnya pun bilang bisa undang ustadz dan undang tetangga terserah saja. Bapak tukang juga bilang tuan rumah bebas menentukan berapa orang karena sebelum nya saya juga cerita kalau budget terbatas. Wkwkwk... Ya namanya baru pindahan yak. Kata bapak tukangnya jangan undang di grup WA nanti kebanyakan. Kalau ustadznya sesuai permintaan aja, mau shalat hajat bisa. Mau baca doa langsung bisa juga.
Trus saya tanya lagi, kalau undang ustadz dari luar gimana? Kata bapaknya jangan. Ustadz di lingkungan itu banyak. Jadi yang dari dalam aja.
Bapak tukang ini semacam Hong Banjang di drama Hometown Chachacha. Jadi kaya bisa mengerjakan semuanya. Jadinya kata si Bapak, bilang aja mau berapa orang yang diundang, nanti beliau yang ngatur buat ngundang tetangga. Hehehe.... Akhirnya mengandalkan Hong Banjang ala perumahan kami itu deh.
Nasi Kotak Buat Selamatan atau Tasyakuran Rumah Baru
Sampai di hari H, saya pesan
nasi kotak di dapur_ndoremi, punya mamanya teman sesama penulis Balikpapan :
Ayu Emil. Menu yang saya pesan 100 kotak nasi ulam dengan lauk daging / ayam, sun
goreng, dan serundeng. Saya juga pesan kue di pastel Nadiyah Balikpapan.
Pastel dan pie buah masing-masing 50 pcs.
Di sore hari sehabis ashar, kami
mengundang keluarga buat makan bersama. Alhamdulillah jadi kumpul keluarga di
rumah baru. Setelah baca doa selamat yang dipimpin bapak mertua kami pun makan
bersama.
Menjelang Maghrib, bapak-bapak kompleks
mulai berdatangan. Mana keluarga udah pada mau pulang, mana beresin bekas
makan-makan. Langsung gupuh-gupuh. Tadinya rencana awal pada shalat Maghrib di
mesjid, baru deh setelah shalat Maghrib shalat hajat di rumah baru kami. Eh,
ternyata malah shalat Maghribnya di sini. Ya udah deh yuk cus yuk...
Akhirnya gelar-gelar sajadah
buat dishalatin. Alhamdulillah cukup aja. Kemudian shalat Maghrib digelar,
setelahnya shalat hajat. Ada satu ustadz yang memimpin dan saya sukaaa sekali
doa beliau. Beliau mendoakan supaya betah di rumah baru dan selalu mendapat
berkah serta kesehatan, keselamatan dan keamanan buat rumah dan kami sekeluarga.
Beliau juga bilang, nanti di sujud terakhir kita sama-sama berdoa. Huhuhu....
Terharu....
Setelah selesai shalat hajat,
kemudian makan-makan. Karena waktu mepet menjelang isya jadi kata
bapak-bapaknya dibungkus aja. Kebetulan emang cuma nasi kotak sih. Jadi cuma
disuguhin kue dan bapak-bapak pada ngobrol. Menjelang isya udah bubar karena pada
shalat di mesjid.
Acara pun selesai. Eh belum saya
masih ada beberapa tamu yang saya repotin sampai akhir buat habisin nasi kotak
yang kebanyakan dipesan. Nah.... Kesalahan saya di sini, karena takut tidak
cukup, takut ini itu jadi kayak ngebatasin banget sama undangan. Harusnya sih
ya undang-undang aja ya. Toh mesannya juga banyak. Tapi kata suami cukup aja
kok karena ruangannya juga tidak terlalu luas.
Alhamdulillah semuanya berjalan
lancar. Nasi kotak lebihan juga kami bagikan dibantu ka Aisyah Dian dan ka
Fitri. Dan malam itu kami pertama tidur di rumah baru. Alhamdulillah…
Oh ya kemudian kakak saya nanya,
harga nasi berapa yang dipesan berapa trus dia bilang "Ada lebihan dunk?
Transfer lebihannya." Enak aja... Duit yang ditransfer tidak bisa dikembalikan.
Wkwkwk... Canda ya Gaes. Sama kakak emang biasa gitu kok saya. Hihihi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^